Ada Prestasi Ada Uang! Itu Keliru Kata AFR

Ada prestasi ada uang ini adalah slogan yang kian melekat pada bidang olahraga sekarang ini. Tentunya hal ini sangat mengkhawatirkan.

Pegiat olahraga tenis Indonesia, Agus Ferry Raturandang menyorotinya hal ini. Pria yang akrab disapa AFR ini mengatakan, ada yang salah dengan slogan ini. Itu keliru.

Bacaan Lainnya

Kenapa prestasi olahraga Indonesia, tak kunjung berkembang? Yah, karena adanya slogan ini. Slogan ini bila ditafsirkan, jika mau berprestasi maka harus ada uang.

Menurut AFR, ini salah kaprah. Slogan ini disalah artikan. Dan bila mind set ini dipelihara maka yakin dan percaya dunia olahraga Indonesia tak akan pernah maju.

Yang tentunya, berlaku pula pada cabang olahraga tenis yang sejuah ini memang hanya dipandang sebelah mata oleh warga Indonesia.

“Sebenarnya, jika berprestasi maka uang akan datang dengan sendirinya,” kata AFR, Selasa (14/7/2020).

Terkhusus Bidang AFR mencontohkan, para peraih medali SEA Games 2019 lalu. Baik itu atlet pendulang emas, perak, dan perunggu. Mereka kebanjiran bonus.

Katakanlah SEA Games 2019 di Filipina. Atlet pendulang medali emas peorangan bisa mendapat bonus sebesar Rp500 juta. Sedangkan untuk medali perak Rp300 juta dan perunggu Rp150 juta.

Ini belum termasuk kategori tim. Dimana nilai bonusnya pun tak kalah besar. Seperti kategori tim yang beranggotak di atas 4 orang maka masing-masing atlet mendapatkan Rp350 juta, medali perak Rp175 juta, dan perunggu Rp100 juta.

Itu karena apa?

Menurut AFR, karena mereka bisa berprestasi. Bisa menembus dan meruntuhka ego mereka bahwa ada uang ada prestasi itu sesuatu yang harus dibuang jauh-jauh.

Minset seperti itu merusak dan bakal membuat tak adanya regenerasi di sejumlah bidang olahraga. Tentunya, salah satunya adalah di bidang tenis.

Tak hanya itu, kata AFR, karena atlet-atlet ini bisa terus berprestasi. Maka wajar bila pada setiap digelar pesta olahraga atau event multi event, mereka bisa meraih bonus sebanyak-banyaknya.

Skala terkecil buah dari kerja keras seorang atlet bisa dilihat langsung pada setiap pagelaran multi multi event nasional atau bahkan daerah.

Di event ini kita bisa melihat hanya segelintir atlet saja yang bisa berprestasi. Dan mungkin hanya itu-itu saja yang selalu kebanjiran bonus hingga ratusan juta bahkan bisa miliaran rupiah

Itu lagi-lagi karena apa? Kata AFR lagi, itu tak mudah untuk meraihnya. Menurutnya, seorang atlet itu harus betul-betul punya komitmen untuk berlatih dan berprestasi.

“Semua atlet harus berinvestasi dan ini harus dilakukan sejak dini,” bebernya.

Tidak ada prestasi yang intans, kata AFR, diperlukan keteguhan dan nilainya tidaklah kecil. Sebutlah, seorang atlet itu harus sudah mandiri berlatih sejak dari yunior sampai dengan senior.

“Tugas orang tua sangat berperan di sini.”

Buang Jauh-Jauh Mind Set Itu

Tetapi jika telah mencapai prestasi seperti contoh diatas maka uang itu dengan mudah datangnya.

Ini bertentangan dengan teori yang selama dipegang, ada uang ada prestasi. Sebagian masyarakat berpegang akan teori tersebut .

Karena semua berpatokan seperti itu menyebabkan prestasi jalan ditempat.

Masalah pola pikir seperti diatas mulai 2020 harus diubah. Kalau tidak maka prestasi tetap berjalan ditempat.

Sebagai contoh sebagian besar petenis tidak mau kerja keras mengejar prestasi, sewaktu masa yunior seharusnya goalnya Grand Slams Yunior.

Sudah berapa banyak petenis Indonesia mengenyam GrandSlam yunior. Apalagi yang merasakan Grand Slam bisa dihitung .

Keinginan untuk menikmati uang tanpa investasi sulit sekali men dapatkan petenis elit dunia.

Selama 2019 petenis putra kecuali Christopher Rungkat, tidak mau bekerja keras seperti yang dilakukan petenis putri.

Sebenarnya uang ada tetapi salah pemanfaatannya. Tidak seperti putri2 kita yang justru lebih smart.

Uang dari KONIDA untuk persiapan PON 2020 dimanfaatkan untuk try out.

Masalah dana pelatnas juga ada untuk tryout. Yang jadi pertanyaan kemana larinya dana try out tersebut?

Penulis : AFR
Seorang pembina, pemerhati tenis nasional, dan Promotor Remaja Tenis Indonesia.

Pos terkait