Grup Musik Harus Akil Mengelolah Fans

 Apa artinya fans bagi eksistensi sebuah band Grup Band Harus Pintar Mengelolah Fans

Apa artinya fans bagi keberadaan sebuah grup musik? Jawabannya telah niscaya, sangat, sangat dan sungguh memiliki arti. Karena, tanpa adanya fans, suatu  band tidak ada apa-apanya. Dengan banyaknya fans, secara tidak eksklusif grup musik memiliki tanggung jawab “embel-embel”, adalah membuat puas kehausan akan karya musik yang anggun. Tidak cukup itu, para personel grup band juga sungguh diharapkan mampu menjadi teladan yang bagi bagi para fans.

Namun, tidak sedikit yang berpendapat, jika saja hasil karya sebuah grup musik memang manis, maka fans dengan tercipta dengan sendirinya. Tidak cuma itu, bila hasil karyanya menjadi masterpiece, maka fans akan terbentuk secara regeneratif. Inilah dahsyatnya musik. Anda niscaya mengenal band-grup band legend yang sampai ketika ini musiknya masih digandrungi, padahal grup band-nya telah mati/bubar, namun dari waktu-kewaktu selalu muncul fans gres. The Beatles misalnya. Band yang lahir tahun 1968 di Inggris ini, sampai dikala ini masih memiliki jutaan fans di penjuru dunia. Begitu juga dengan Rolling Stones. Band rock n roll yang digawangi Mick Jagger juga masih eksis hingga ketika ini. Ratusan karyanya masih direkam ulang dan dikoleksi oleh mereka yang hidup di jaman sekarang.

Untuk perkara musik Indonesia, kita mengenal nama kalangan Koes Plus. Band jaman orba ini,  mempunyai ratusan karya masterpiece yang sampai sekarang masih digandrungi oleh jutaan penggemarnya di Indonesia, juga mancanegara. Hasil karyanya yang  manis, mudah dan enak didengar bisa menciptan fans yang loyal sampai kini, padahal band-nya telah membubarkan diri. Para fans seakan tak maumelupakan karya-karyanya. Dibeberapa kawasan di Indonesia mereka menggelar panggung seminggu sekali untuk menyanyikan grup band-band pujaannya. Tidak  cuma itu, sejumlah musisi yang masih eksis di jaman kini, juga acap kali membawakan lagu grup musik ini.

Band atau musisi Indonesia lainnya  yang mempunyai fans cukup banyak, mirip Iwan Fals, Slank, Dewa 19, Superman Is Dead, Netral, hingga Noah.

Memang, jika suatu karya musisi/grup musik manis, fans akan tercipta dengan sendirinya. Namun, apabila fansnya cukup banyak, maka manejemen grup band harus segera mengelolanya. Dengan administrasi yang bagus, sungguh memungkinkan mereka diorganisir per wilayah. Dan masing-masing wilayah mempunyai ketuanya sendiri-sendiri, ada juga yang membentuk kepengurusan dalam bentuk mirip dengan organisasi partai.

Fans telah niscaya akan menyenangi karya band pujaannya itu, dan sebisa mungkin hadir dalam setiap konser yang digelar. Bahkan banyak fans yang bela-belain tiba ke konser atau pertunjukkan grup musik yang dicintai meski berada diluar kota daerah tinggalnya. Mereka tidak segan-segan menyisakan uangnya untuk mampu membeli CD, merchandise,  dan hadir dalam setiap konsernya. Fans menjadi segmen tersendiri bagi market suatu grup musik.

Selain itu para fans juga bisa “dimanfaatkan” untuk membantu mengamankan jalannya pertunjukkan. Bila terbentuk fans per kawasan, maka sebelum band datang, sang kordinator wilayah menolong menginformasikan dan menyerukan terhadap para anggotanya untuk mampu menonton konser secara tertib. Dengan cara ini,mampu jadi kerusuhan dikala konser mampu dicegah.  Tidak hanya hingga situ, untuk distribusi CD album juga mampu digunakan teknik seperti ini, sehingga album mampu hingga ketangan para penikmat musik mereka, dan mereka gembira serta menyimpan dengan baik. Seorang kordinator juga mampu menghimbau penggemanya untuk membali abum baru yang asli dan tidak melakukan pembajakan.

Salah satu band yang mengurus penggemarnya dengan baik ialah kelompok Slank. Band anak gang potlot ini mempunyai massa penggemar yang cukup besar di banyak kawasan. Di markasnya,  yang kebetulan bersahabat dengan penulis tinggal, setiap bulannya menggelar pertemua atau jumpa. Slank membawakan lagu dan berdialog dengan para penggemarnya. administrasi slank juga memanfaatkanya keberadaan fans-nya dengan membuat merchandise resmi slank, dimana mereka cuma bisa menerimanya disana. Memang meski pengerjaan merchandise ini disiapkan secara masak-masak dan kreatif, tetapi tidak sedikit yang menirunya. Sekalipun demikian, keberadaan Slank diarea jalan potlot banyak melahirkan kios/toko disekitar sana yang memasarkan beragam merchandise slank. Mereka yang tidak kebagian merchandise asli, mampu mendapatkan barangyang seperti ditoko teresebut.

Namun,  mengorganisir fans butuh keseriusan sendiri. Penulis beranggapan, setiap hasil karya musisi/grup band yang bagus dan disukai juga menjinjing tanggung jawab gres, yakni membentuk aksara para penggemarnya. Artinya dalam setiap pertemuan tatap wajah dengan musisi pujaannya, pesan-pesan susila juga  mesti kencang didengungkan. Sehingga, hal ini menjadi alat kontrol mereka dalam bertindak, tergolong dikala menonton konser. Meski tidak semua penggemar (fans) memiliki latar belakang sosial dan pendidikan yang serupa, tetapi pesan-pesan moral yang persyaratan, misalkan berdasarkan nilai agama dan budaya, aksi negatif bisa dicegah
-http://www.indonesiantunes.com

Pos terkait