
War of The Arrows
————————–
Tahun-tahun terakhir ini di Indonesia mengalami “serbuan” dari negara Korea. Sudah bukan menjadi diam-diam biasa lagi dalam bidang elektronika, audio dan visual serta otomotif kita menyaksikan merek-merek Korea telah membanjiri pasar Indonesia. Demikian juga yang berbentukbudaya baik yang berbentuklagu, grup band, sinetron dan film sudah menginfiltrasi penduduk Indonesia baik yang muda maupun yang tua. Sehingga muncullah istilah demam K-Pop dan salah satunya adalah film ini yang masuk ke Indonesia.
Film ini memiliki latar belakang pendudukan bangsa Manchu dinasti Qing (China) kepada dinasti Joseon (Korea) di tahun 1636. Dikisahkan ada dua orang kakak beradik ialah Nam Yi (Park Hae Il) dan Ja In (Moon Chae Won) yang melarikan diri ketika keluarga dan desa mereka diserang oleh tentara Manchu. Lalu tinggal di suatu keluarga yang ialah sobat karib dari sang ayah. Pada saat dewasa Ja In dinikahkan dengan Seo Goon (Kim Mu Yeol) yang merupakan putra dari keluarga tsb. Sayangnya sempurna pada hari ijab kabul itu serdadu Manchu menyerang desa dan menahan Ja In dan Seo Goon beserta penduduk lainnya selaku tawanan. Nam Yi yang pada saat itu berada di luar desa tiba terlambat. Dengan sulit payah Nam Yi berupaya mengejar-ngejar dan menyelamatkan adiknya yang dibawa oleh prajurit Manchu dengan bermodalkan senjata panah.
Cerita yang ditampilkan biasa-umumsaja dan standard. Dialog dan mimik muka pada nyaris semua pemain terlihat kaku seperti pada tipikal film korea lainnya. Alur kisah yang mampu ditebak. Ada bagian yang terlalu dipaksakan yakni dengan kehadiran macan yang membantu disaat Nam Yi terdesak dan terpojok.
Karakter Nam Yi sungguh lemah dan tidak konsisten. Di awal diceritakan bahwa suka mabuk dan berkelahinya biasa-biasa saja. Bahkan sang ayah angkat sempat menegurnya. Namun secara tiba-tiba, entah mampu mukjizat dari mana bisa menjadi seorang pemanah yang ulung padahal latihan saja tidak pernah. Upaya pencarian mati-matian untuk memperoleh sang adik seperti memiliki kekerabatan dan jalinan yg rekat. Namun di awal ditunjukkan bahwa sang kakak dingin dan tidak menghadiri perkawinan sang adik. Tidak ada aura kerekatan antara kakak dan adik sehingga relasi yang ada tidak begitu terperinci.
Karakter Ja In juga lemah. Di satu pihak ialah perempuan biasa tetapi dilain pihak datang-datang menjadi ahli panah padahal tidak pernah latihan. Tidak ada tampilan yang mampu membuat penonton muncul emosinya padahal seharusnya mampu lebih dieksplorasi.
Film ini bukan film silat atau kungfu alasannya adalah tidak ada adegan perkelahiannya atau duel satu lawan satu. Film ini bukan film perang alasannya adalah tidak ada pertandingan prajurit dengan tentara atau pasukan dengan pasukan secara battle. Film ini juga bukan film drama alasannya tidak ada emosi yang bisa dibangun buat penonton. Film ini cuma sekedar tontonan saja.
Hanya ada satu adegan yang menarik menurut aku ialah pada ketika Nam Yi mengendarai kuda dan sedang dibidik hendak dipanah oleh pemimpin tentara Manchu. Semula Ja In berteriak-teriak untuk memperingatinya tetapi sebab jarak yang jauh jadi tidak terdengar oleh Nam Yi. Apakah yang harus dilakukan ? Tiba-datang beliau mengambil panah, bukannya pemimpin prajurit Manchu yang dipanah melainkan kuda yang ditunggangi oleh Nam Yi.
Jangan ketimbang film mandarin karena masih lebih unggul film mandarin baik dari segi tema, teknik, tugas dan Istimewa efek.