Upacara Rambu Solo, Pemakaman di Tana Toraja

Di Toraja kematian harus dirayakan dengan meriah. Nama ritualnya upacara Rambu Solo. Upacara ini melebihi perayaan syukuran atas sebuah kelahiran.

Hari pemakaman menjadi wujud pengabdian dan penghormatan bagi yang “hidup” kepada yang telah “mati”.

Ritual adat pemakaman ini dinamakan Upacara Rambu Solo

Dalam kepercayaan animisme kuno, Aluk To Dolo, masyarakat suku Toraja percaya bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya.

Kematian juga bukan sesuatu yang datang secara tiba-tiba melainkan sebuah proses bertahap menuju Puya (dunia arwah).

Prosesi pemakaman di Tana Toraja tidak seperti pemakaman di Indonesia pada umumnya.

Jasad anggota keluarga yang meninggal baru akan dimakamkan ketika keluarga yang ditinggalkan sudah mampu mengumpulkan dana untuk menyelenggarakan Upacara Rambu Solo.

Selama belum dimakamkan, jasad tetap berada di rumah atau diletakkan di Tongkonan (Rumah Adat Toraja).

Tongkonan erat kaitannya dengan spiritualitas suku Toraja sebab di sinilah adanya kontak vertikal dengan leluhur tercinta.

Selama disimpan, jenazah dibungkus dengan beberapa helai kain dan disuntik dengan cairan formalin agar tidak mengeluarkan bau.

Barulah setelah Upacara Rambu Solo berlangsung, maka sempurnalah kematian seseorang.

Ritual adat pemakaman ini langgeng di kalangan masyarakat Toraja sejak pertengahan abad ke 17 Masehi.

Prosesi Upacara

Rambu Solo dilaksanakan pada siang hari, saat matahari mulai condong ke barat dan biasanya memakan waktu 2-3 hari bahkan 2 minggu.

Secara umum, prosesi pemakaman Rambu Solo dibagi dalam dua kategori yaitu prosesi pemakaman (Rante) dan pertunjukan seni.

Ketika hendak menjalani prosesi pemakaman, jenazah sudah dibungkus (Ma’tudan Mebalun) serta peti kayunya sudah dihiasi dengan benang emas dan perak (Ma‘Roto).

Setelah itu, jenazah dipindahkan ke sebuah lapangan khusus. Pemindahan jenazah ini diiringi arak-arakan panjang dan doa-doa melalui nyanyian duka cita.

Tak ketinggalan, musik dan tari-tarian adat juga ikut memeriahkan suasana pemakaman adat Toraja ini.

Di lapangan, kerbau-kerbau yang telah dipersiapkan oleh keluarga maupun pemberian pelayat, langsung dipotong dengan cara ditebas di bagian leher.

Sebelum dipotong, kerbau-kerbau diadu terlebih dahulu. Pertunjukan adu kerbau ini menjadi hiburan menarik bagi masyarakat setempat.

Ritual selanjutnya Jenazah diarak ke kompleks pemakaman.

Di tengah perjalanan akan ada kegiatan menyebar uang dan masyarakat yang mengarak Jenazah akan rebutan untuk mendapatkan uang tersebut.

Barulah kemudian diselenggarakan ibadah persemayaman, ungkapan belasungkawa, ucapan terimakasih dari keluarga, dan prosesi pemakaman.

Jenazah dikuburan di atas tebing di ketinggian bukit batu.

Orang Toraja percaya bahwa semakin tinggi kuburan seseorang maka semakin dekat pula ia dengan alam roh.

Setelah Upacara Rambu solo usai maka ia telah meninggal dunia untuk selama-lamanya.

Di kehidupan setelah mati. Ia akan bertransformasi menjadi arwah gentayangan (Bombo), arwah setingkat dewa (To Mebali Puang) atau arwah pelindung (Deata).

Penulis : Sarisyahrial
Source :South Sulawesi Travel Guide

Originally posted 2020-08-23 00:34:06.

About Me

Seorang Blogger asal Makassar, Sulawesi Selatan. Kini menggeluti dunia blogging dan SEO.

Tinggalkan komentar