The Flying Swords Of Dragon Gate

Gambar Gravatar
The Flying Swords
The+Flying+Swords

The Flying Swords of Dragon Gate
Film The Flying Swords of Dragon Gate konon kabarnya sebagai film silat pertama di Asia yang menggunakan teknik 3 Dimensi. Ya benar 3 Dimensi, sesuatu yang tak aneh lagi dalam dunia perbioskopan khususnya bikinan Hollywood. Namun demikian ialah sesuatu yang gres dalam bikinan film silat.
Siapa yang tak kenal nama Jet li, seorang legendaris dalam film silat. Tidak hanya sebagai aktor tetapi dalam kehidupannya sendiri memang benar-benar menguasai ilmu silat. Menjadi juara 5 kali berturut-turut dari tahun 1974-1979 dalam kejuaraan Chinesse National Martial Arts Contest.
Tsui Hark yaitu seorang sutradara dan produser yang sungguh kreatif. Karya-karyanya selalu digandrungi dan dinantikan-tunggu oleh penonton. Sebagai contoh film kungfu master (once upon a time in China) yang pemainnya yaitu Jet Li juga, memberikan sesuatu yang gres baik teknik maupun jurus-jurus silatnya.
Jadi jikalau digabungkan 3 Dimensi, Jet Li dan Tsui Hark pasti merupakan sesuatu yang mempesona. Setidaknya ialah jaminan kualitas dalam kepuasan menonton.
Film dibuka dengan pemandangan pelabuhan laut beserta dengan kapal-kapal kayunya yang beragam bentuknya. Visual 3 Dimensi sungguh cantik ditampilkan seperti tiang-tiang kayu menabrak diri kita. Special imbas cukup menawan dalam pertarungan-pertandingan silat dengan senjata yang berterbangan kesana kemari. Imajinasi kita terbawa serta dalam panggung pertandingan sepertinya kita ada ditengah-tengahnya.
Jet Li bermain dengan baik dalam pertarungan silatnya cuma saja dalam sesi drama terlihat kurang cocok. Misalnya dalam adegan akhir ketika diberitahu sahabat-temannya bahwa sang kekasih Lin Yangqiu dalam kondisi luka parah dan pergi meninggalkannya, Jet Li meratapi dan ingin mengejarnya. Seharusnya mampu lebih di dramatisir dan lebih melo, sayangnya tampang Jet Li tampak masbodoh dan tanpa mulut. Sehingga tidak mampu menyedot air mata penonton.
Zhou Xun yang berperan sebagai Lin Yangqiu cukup baik dalam berperan. Pada dikala meniup seruling yang mengenang akan sang kekasih tampak mata yang basah walaupun tidak sampai menetes. Dengan ekspresi raut paras yang acuh taacuh seperti menyimpan suatu misteri, sangat sesuai dengan karakternya.
Sayangnya tidak ada penjelasan tentang kembarnya Yu Huatian (ketua agen barat) dan pisau angin. Apakah ada hubungan kerabat atau tidak. Padahal digambarkan sangat persis bahkan bawahannya pun tidak mampu membedakan mana yang orisinil dan mana yang imitasi.
Dalam perjalanan Lin Yangqiu dan Su Huirong menuju penginapan, datang-datang telah menerima perahu saat di sungai dan mendapat onta saat di gurun pasir. Tidak dijelaskan siapa yang memberi atau berbelanja. Namun itu bukanlah hal penting dan bisa diabaikan.
Sebuah dongeng sederhana yang dibungkus sedemikian rupa seperti menjadi rumit namun justru menawan. Dan mirip pada film silat yang lain, ada nilai-nilai akhlak yang bisa dipetik. Ada kisah perselingkuhan, percintaan, kesetiaan, pengkhianatan yang diramu dengan baik. Sehingga penonton yang telah pulangpun masih mampu mengingat dilubuk hati yang dalam. Apakah ada seri kedua nya ? Siapa tahu…

Pos terkait