Syarat-syarat Kalimat Santun
Kalimat yang cermat dan santun yakni kalimat yang sempurna dalam penyeleksian kata atau diksi. Dalam penyeleksian kata atau diksi yang sempurna , ada beberapa poin penting yang mesti diamati , yakni menggunakan konotasi yang bagus , menyingkir dari kalimat yang ambigu , menggunakan kata teladan yang sempurna , dan memperhatikan suasana kebahasaan.
#1 Menggunakan Konotasi yang Baik
Kriteria pertama yang mesti diperhitungkan agar menerima kalimat yang santun yakni penggunaa konotasi. Untuk menerima kalimat yang santun , kita mesti cermat dalam menegaskan kata atau diksi yang sempurna yakni dengan cara memperhatikan konotasi kata apakah konotasi tersebut terdengar sopan atau tidak.
Penggunaan konotasi yang bagus untuk membuat kesan sopan berhubungan dengan nilai rasa dari makna suatu kata. Nilai rasa ini dpengaruhi oleh beberapa aspek menyerupai budaya , lokasi , masa , konteks kalimat , dan sebagainya. Adakalanya konotasi yang bagus terdengar tidak sopan dalam konteks kalimat tertentu yang berlainan penerapannya.
Suatu kalimat akan bernilai santun jikalau kita menggunakan kata-kata yang berkonotasi baik secara lazim dan menyingkir dari penggunaan kata-kata berkonotasi tidak baik yang sanggup menyinggung perasaan.
Kata-kata yang berkonotasi baik dan sopan antara lain istri , ajun , honor , hamil , tunawisma , dan sebagainya. Sedangkan kata-kata yang berkonotasi tidak baik dan kurang sopan antara lain bini , pembantu , upah , bunting , gelandangan , dan sebagainya.
Konotasi Baik | Konotasi tidak Baik |
Andre menjemput istrinya ke lokasi kerja | Andre menjemput bininya ke lokasi kerja |
Dian melakukan pekerjaan selaku ajun rumah tangga di kota | Dian melakukan pekerjaan selaku pembantu rumah tangga di kota |
Setiap permulaan bulan , Rina bertugas mengirim honor pegawai | Setiap permulaan bulan , Rina bertugas mengirim upah pegawai |
Dea meminimalisir aktivitas alasannya yakni sedang hamil | Dea meminimalisir aktivitas alasannya yakni sedang bunting |
Karena kekurangan modal , lelaki itu menjadi tunawisma di Jakarta | Karena kekurangan modal , lelaki itu menjadi gelandangan di Jakarta |
Baca juga : Contoh Kalimat Konotasi Positif dan Konotasi Negatif.
#2 Menghindari kalimat yang Ambigu
Kalimat ambigu yakni kalimat yang mempunyai arti ganda sehingga membuat kebingungan dan sanggup memicu kesalahpahaman. Makna ganda umumnya muncul alasannya yakni penggunaan kata atau jeda yang tidak tepat. Agar suatu kalimat mencakup kalimat cermat dan santun , maka kalimat tersebut dilarang mempunyai arti ganda.
Agar tidak mempunyai arti ganda , maka kita mesti cermat dalam menegaskan kata dan menggunakan jeda. Penggunaan jeda yang salah sanggup membuat makna kalimat yang berlainan sehingga sanggup meminimalisir nilai rasa dari kalimat tersebut. Agar tidak muncul makna ganda , maka penulisan mesti dilafalkan dengan jeda dan intonasi yang jelas.
Kalimat Ambigu | Makna |
Pemimpin perusahaan itu sudah tidak beruang | Tidak memiliki ruang |
Tidak memiliki uang | |
Demi kamu/ anjing Dani akan dipindahkan ke hutan | Pemindahan anjing dijalankan demi kau |
Demi kau anjing/ Dani akan dipindahkan ke hutan | Dani dipindahkan demi kamu/ menilai kau anjing |
#3 Menggunakan Kata Acuan yang Tepat
Kalimat yang cermat dan santun sanggup diperoleh dengan penggunaan kata teladan yang tepat. Dengan menggunakan kata teladan yang sempurna , maka kesalahan dalam penafsiran sanggup kita hindari. Dengan demikian , isu yang ingin disampaikan sanggup diterima oleh pendengar dan memiliki nilai rasa yang santun.
Kalimat yang menggunakan kata teladan tidak sempurna akan membuat kebingungan alasannya yakni terkesan ambigu. Akibatnya , maksud yang ditangkap oleh pendengar belum pasti sama dengan maksud yang ingin disampaikan oleh pembicara. Dengan kata lain , kalimat tersebut mengandung beberapa kemungkinan.
Penggunaan Kata Acuan | Makna |
Anda memasuki wilayah bebas parkir/ | Boleh parkir sesukanya di wilayah itu |
Tidak boleh parkir di wilayah itu | |
Area ini yakni tempat parkir | Boleh parkir di tempat itu |
Dilarang parkir di sini | Tidak boleh parkir di tempat itu |
Dari ketiga contoh kalimat di atas , kalimat pertama ialah kalimat yang menggunakan kata teladan tidak sempurna yakni wilayah bebas parkir. Kalimat pertama membuat kebingungan alasannya yakni ada dua kemungkinan maknanya. Agar lebih terperinci tujuannya , maka kalimat pertama sanggup diganti dengan kalimat kedua atau ketiga sesuai dengan maksud yang diinginkan.
Baca juga : Syarat-syarat Penggunaan kalimat Komunikatif.
#1 Memperhatikan Situasi Kebahasaan
Kriteria berikutnya yang juga mesti diamati oleh pembicara agar menerima kalimat yang cermat dan santun yakni suasana kebahasaan. Situasi kebahasaan sanggup diamati lewat gerak-gerik pembicara. Saat berkomunikasi semestinya pembicara tidak menggunakan gerak-gerik yang bertentangan dengan makna kalimat dan terkesan kurang santun.
Salah seorang pakar dan konsultan pendidikan yang kini mengabdikan hidup menjadi guru di pedalaman nun jauh di pelosok Indonesia.