Sejarah Dan Budaya: Upacara Janji Nikah Suku Toraja

Gambar Gravatar

Mengenal Upacara Pernikahan Suku Toraja
By Yohanis Tappi on Friday , June 21 , 2013 at 12:39pm
Perkampungan suku Toraja (sumber: MakassarTravel)
Toraja yakni salah satu suku yang mendiami jazirah Sulawesi , mereka sebagian besar berdiam di kabupaten yang berjulukan Tana Toraja dan Toraja Utara , sekitar 350 km sebelah utara kota Makassar ibukota propinsi Sulawesi Selatan.
Orang luar mungkin mengenal penduduk suku Toraja dengan budayanya yang eksotis serta keindahan alamnya yang memukai. Budaya yang paling kondang tentunya yakni upacara pemakaman para aristokrat yang berjalan sungguh semarak dan menghabiskan dana hingga miliaran rupiah.
Berbeda dengan suku Bugis atau Makassar yang sama-sama berada dalam propinsi Sulawesi Selatan , orang Toraja kondang dengan upacara pemakamannya yang lebih semarak ketimbang upacara pernikahan. Upacara ijab kabul sendiri sebagian besar seumpama dengan upacara ijab kabul suku Makassar atau Bugis.
Pernikahan bagi orang Toraja mesti dengan restu kedua pasang orang bau tanah , jikalau itu dilanggar maka lelaki dan perempuan yang menikah tersebut akan diasingkan atau tidak diakui selaku anak. Pada jaman dulu ijab kabul tentu belum seumpama kini , lelaki dan perempuan belum bebas berinteraksi dan orang bau tanah serta keluarga besar memegang kontrol dalam proses perjodohan tersebut.
Perjodohan atau ijab kabul diawali dengan suatu hantaran sirih dari keluarga lelaki ke keluarga kandidat mempelai wanita. Ini selaku langkah pertama untuk mengenali apakah ada jalan untuk meneruskan ke jenjang selanjutnya atau tidak. Keluarga lelaki akan menyuruh orang yang diandalkan untuk menenteng sirih ke tempat tinggal perempuan. Bila diterima dengan baik maka artinya keluarga pihak lelaki bisa melanjutkan dengan program lamaran.
Pelamaran
Pada waktu melamar disebutkan wacana ganti kerugian yang nilainya juga akan disebutkan pada upacara resmi perkawinan. Pembayaran tersebut dinilai dengan kerbau. Dalam susila ijab kabul orang Toraja tidak ada disebutkan wacana mas kawin , kecuali jikalau sang perempuan menikah dengan lelaki yang tidak disetujui orang tuanya. Si lelaki mesti mengeluarkan duit mas kawin yang terdiri dari:
  • Untuk perempuan kalangan puang 1-12 ekor kerbau.
  • Wanita kalangan tumakaka 1-3 ekor kerbau.
  • Wanita kalangan hamba 1 ekor kerbau.
Upacara ijab kabul di Toraja sungguh sederhana , tidak seumpama yang ditangani oleh orang Bugis atau Makassar. Keseluruhan upacara ijab kabul cuma berjalan beberapa hari saja. Adat dan upacara ijab kabul orang Toraja terdiri tiga tingkatan , meski itu juga tidak mengikat alasannya yakni semua tergantung pada kesanggupan dan cita-cita kedua belah pihak kandidat mempelai.

Pernikahan dengan upacara Rompo Bobo Bannang.
Pernikahan dengan susila Rompo Bobo Bannang ini yakni upacara ijab kabul yang paling sederhana. Utusan dari pihak lelaki akan menyodorkan lamaran , jikalau disetujui maka disampaikanlah waktu kedatangan mereka. Waktu kedatangan rombongan mempelai lelaki umumnya malam hari.
Ketika waktu yang diputuskan tiba , datanglah rombongan mempelai lelaki yang berisikan mempelai lelaki dengan 2 atau 4 pengikut yang naik ke atas rumah. Mereka akan menemukan pertanyaan dari orang bau tanah mempelai perempuan dengan bahasa Toraja:

To lendu konronan roomika batuto lempong kaboangian rokomiko (Adakah kau ini singgah alasannya yakni hujan atau alasannya yakni kemalaman?)

Kemudian dijawab oleh salah satu perwakilan mempelai lelaki dengan:

Toeroka lendu to konronan watu toeroki lempang to kabuangin apa lamu ulu’ rukon olukna rompo kopa loma luntun roku bicarana pasuelle allo. (kami tidak singgah alasannya yakni kehujanan , namun kami akan tiba untuk mengadakan ijab kabul sesuai aturan dari dulu terhadap nenek moyang kita).

Bacaan Lainnya
Orang bau tanah perempuan membuka pintu dan mempelai lelaki beserta rombongannya naik ke atas rumah. Mereka lalu dijamu makan dan minum. Sesudah makan , tamu-tamu pulang ke tempat tinggal sementara mempelai lelaki tetap tinggal di rumah mempelai wanita. Dengan resmi upacara ijab kabul secara Bobo Bannang dianggap selesai.

Pernikahan dengan upacara Rompo KaroEng.
Pernikahan dengan upacara Rompo KaroEng bekerjsama nyaris sama urutannya dengan upacara Rompo Bobo , cuma ada sedikit perhiasan pada rincian pelaksanaannya. Upacara dimulai dengan lamaran yang ditandai dengan delegasi lelaki yang menenteng sirih. Jika lamaran diterima maka keluarga perempuan akan menyeleksi hari pernikahan.
Di hari yang disepakati , mempelai lelaki akan tiba bareng rombongan pengiring yang berisikan kerabat dan handai taulan. Semua pengiring yakni lelaki juga. Tiba di pekarangan rumah , iring-iringan ini akan disambut oleh keluarga mempelai lelaki dengan sambutan dan tanya jawab yang serupa dengan upacara Rompo Bobong. Setelah akibat maka rombongan lelaki akan dipersilakan duduk di lumbung.
Ketika malam tiba , rombongan mempelai lelaki akan dipersilakan naik ke atas rumah. Di sana mereka dijamu makan dan minum. Setelah makan dan minum , orang bau tanah perempuan akan membacakan aturan pernikahan. Dalam susila Toraja , jikalau terjadi sesuatu yang membatalkan ijab kabul atau terjadi perceraian maka pihak yang dianggap bersalah mesti mengeluarkan duit denda atau disebut Kapa sesuai tingkatannya. Denda tersebut dinilai dengan kerbau.
Sesudah pembacaan aturan ijab kabul maka rombongan mempelai lelaki akan meninggalkan rumah mempelai perempuan meninggalkan mempelai lelaki sendirian. Dengan itu secara resmi upacara Rampo KaroEng dianggap selesai.

Pernikahan degan upacara Rompo Allo.
Pernikahan dengan upacara Rompo Allo yakni upacara tingkat ketiga dari ijab kabul suku Toraja. Pernikahan dengan upacara ini berjalan beberapa hari dengan upacara yang lebih besar. upacara ini umumnya cuma ditangani oleh mereka dari kalangan bangsawan.
Pernikahan diawali dengan paingka kada atau mengevaluasi kandidat mempelai wanita. Penyelidikan ini ditangani untuk mencari tahu apakah kandidat mempelai perempuan itu belum ada yang melamar ataukah memang ada kesempatan bagi kandidat mempelai lelaki untuk meminangnya.
Jika pengusutan sudah akibat dan ternyata perempuan yang diincar belum ada yang melamar dan keluarganya berkenan untuk menemukan sang lelaki , maka selanjutnya ditangani umbaa pangan atau melamar secara resmi. Pinangan ditandai dengan sirih pinang yang dikirim delegasi dari kandidat mempelai lelaki terhadap orang bau tanah kandidat mempelai wanita. Pengantar sirih pinang ini berisikan beberapa orang perempuan dan lelaki yang berpakaian adat.
Setelah pinangan diterima , delegasi mempelai lelaki akan tiba lagi untuk membicarakan waktu yang sesuai untuk upacara pernikahan. Setelah hari ijab kabul disepakati maka kedua pihak akan mengadakan persiapan. Keluarga mempelai perempuan akan memotong babi selaku aba-aba yang mau dihidangkan pada upacara peresmian pernikahan. Seekor babi juga diiris untuk peresmian pinggan susila (dulang). Dulang ini dijejer sebanyak-banyaknya 12 buah dan sedikitnya 8 buah. Disiapkan sebelum rombongan pengantin datang.
Di hari yang sudah disepakati , rombongan lelaki akan tiba jam 7 malam. Jumlah rombongan tidak terbatas , berisikan kerabat dan handai taulan. Upacara ini disebut Topasulau atau mengirim mempelai lelaki , sementara rombongannya sendiri disebut Topasolan.
Rombongan ini berurutan mulai dari penanda jalan paling depan , lalu pemikul kayu bakar , beberapa lelaki , mempelai lelaki , pengiringnya serta sering pula rombongan penari Paburak yang menari sepanjang jalan. Ada pantangan yang berlaku dalam iring-iringan ini , di antaranya yakni anggota rombongan dihentikan saling bersinggungan pada waktu berjalan. Jika iring-iringan mereka berjumpa ular atau lipan maka mereka mesti kembali dan dihentikan meneruskan perjalanan.
Setiba di rumah mempelai perempuan , rombongan mulanya akan disuruh menanti di lumbung atau kawasan terbuka yang lain untuk disuguhi sirih pinang. Setelah itu rombongan akan dipersilakan naik ke atas rumah dan mengambil kawasan yang sudah ditentukan. Mempelai perempuan akan keluar dari sombung (kamar tertentu yang sudah disediakan) dan duduk berdampingan dengan mempelai lelaki diapit oleh imam masing-masing.
Setelah duduk berhadap-hadapan maka dimulailah upacara makan bersama. Kedua mempelai akan makan dari dulang yang serupa yang sudah diisi dengan buku leso (kaki belakang babi). Makan bareng ini selaku prosesi peresmian ijab kabul yang dibarengi dengan pembicaraan kapa dilampok antara imam kedua belah pihak.
Setelah akibat maka rombongan pengirim mempelai lelaki akan meninggalkan rumah mempelai perempuan sekaligus mengambarkan usainya upacara ijab kabul tersebut.
Tiga hari setelah upacara ijab kabul diadakanlah kunjungan jawaban yang disebut pasule barasang ke tempat tinggal mempelai pria. Keluarga mempelai lelaki akan memotong seekor babi untuk jamuan terhadap pihak mempelai wanita.
Demikianlah sedikit klarifikasi wacana upacara ijab kabul orang Toraja. Jaman kini upacara-upacara tersebut sudah disempurnakan dengan upacara keagamaan. Mayoritas orang Toraja beragama nasrani sehingga upacara ijab kabul mereka lalu akan disempurnakan dengan upacara ijab kabul di gereja.
Catattan : Ulasan diatas cuma berlaku untuk kerabat kita di Toraja yang menganut Aluk Todolo dan Nasarani , itupun tidak semua alasannya yakni dampak pertumbuhan dan modernitas kebudayaan , sedang Saudara kita di Toraja yang beragama Muslim di sesuaikan dengan susila kebiasaan Muslim , dsb. 
Sumber :
pemuda-toraja-di-morowali-ptm
Untitled 3DAYAK

Seorang pakar sosial budaya yang aktif pada berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. Telah menempuh pendidikan di salah satu universitas swasta terbaik di Indonesia yang mengambil jurusan sosial budaya.

Pos terkait