Sejarah Dan Budaya: Struktur Dan Konstruksi Rumah Tradisional Suku Batak Toba

Gambar Gravatar
rumah megah sarat filosofi adat batak toba 191827 1140 1
Rumah Tradisional Suku Batak Toba 
1. Sejarah Suku Batak Toba 
Toba tergolong dalam Suku Bangsa Batak. Suku Batak secara lazim dibedakan menjadi 6 etnik grup , yakni : Toba , Karo , Angkola , Mandailing , Pakpak atau Dairi dan Simalungun. 
rumah megah sarat filosofi adat batak toba 191827 1140 1
Rumah Adat Batak Toba , sumber Pesona Travel

Kelompok suku Batak berdiam di Propinsi Sumatera Utara. Menurut pertimbangan para antropolog dan sejarah , asal ajakan suku batak Toba tidak jauh berlawanan dengan suku-suku lain di Kepulauan Nusantara yakni berasal dari migrasi zaman Neolithikum dan Megalithikum. 

Secara khusus , menurut (Cunningham , 1958 dalam Fitri , 2004 , p.21) sejarah Suku Batak sanggup dibagi menjadi 3 periode yakni :
  • pre-contact isolation , yakni masa dimana Suku Batak masih hidup terisolasi pada tahun 2000 – 1600 SM; 
  • pre-western contact , yakni masa sebelum terjadi kontak dengan Bangsa Barat pada tahun sebelum 1600 M; dan 
  • post-western contact , yakni masa sehabis terjadi kontak dengan Bangsa Barat sampai terbentuknya pemerintahan Indonesia .
Periode tersebut menenteng perubahan pada cara hidup dan rumah tinggal suku Batak. Sebelum masa kolonial di kepulauan Nusantara , kehidupan suku Batak Toba masih bersifat kesukuan dan bercocok tanam. Setelah masa kolonial dan pemerintahan Indonesia terbentuk , terjadi pergantian dalam bidang ekonomi dan budaya. Perekonomian tidak lagi didasari kehidupan agraris dan tergantung pada hasil bumi. Lahan pertanian pun mulai beralih fungsi. Pada hasilnya suku Batak tidak lagi tinggal di desa-desa etika dan lebih menggemari rumah tinggal menyerupai gaya yang dibawa oleh pemerintahan kolonial. Akibatnya , banyak desa-desa batak yang sepi bahkan hilang , rumah-rumah tradisional yang tidak lagi dihuni dan rusak.

2. Lokasi Topografi , Iklim Wilayah Batak Toba.
Suku Batak Toba berdiam di sekeliling Danau Toba dan Pulau Samosir , termasuk Kabupaten Toba Samosir kini yang daerahnya termasuk Balige , Laguboti , Parsoburan , dan sekitarnya. Menurut Fitri (2004) , Berdasarkan info yang lebih antik , wilayah Batak Toba sanggup disebut juga selaku Batak sentra , hal ini alasannya yakni lokasinya yang berada di tengah-tengah sub-etnis suku Batak yang lainnya.
LAPORAN BATAK MINANG TORAJA ALL 2
Gambar Peta kawasan Batak Toba 
Sumber: Sargeant & Saleh (1973 , p.26-27)
Kondisi topografi wilayah sekitar Danau Toba dan Pulau Samosir sebagian ialah dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 300-1500 meter diatas permukaan air laut. Kondisi iklim ialah iklim tropis lembab dengan curah hujan yang tinggi.

3. Sistem Kekerabatan Batak Toba 
Suku Batak kondang segabai suku yang menggunakan nama keluarga selaku nama belakang yang disebut selaku marga. Marga diturunkan dari keturunan lelaki atau metode patrilineal dan dengan adanya marga memungkinkan untuk melacak nenek moyang dan asal usulnya. Menurut Fitri (2004) , marga menjadi prinsip dasar dalam 3 metode kekerabatan yang disebut Dalihan Natolu , yaitu:

Bacaan Lainnya
  • Hula-hula yakni keluarga dari pihak istri.
  • Dongan sabutuha yang secara literal bermakna kawan satu rahim , bermakna anggota keluarga dari garis keturunan lelaki atau ayah , dengan demikian semua lelaki memiliki marga yang sama
  • Boru yang bermakna anak wanita , juga bermakna keluarga dari pihak ibu.
4. Sistem Kepercayaan , Kosmologi dan Mitologi Batak Toba 
Setelah masa Kolonial Belanda , suku Batak Toba secara lazim dikuasai memeluk agama Kristen. Akan tetapi , pada masa sebelumnya , keyakinan didasari pada adanya roh-roh nenek moyang dan penyembahan dewa-dewa tertentu. Berbagai observasi terdahulu (Marsden 1788 , Waterson 1990 , Loebis 2000 , Fitri 2004) banyak membahas wacana rancangan pemikiran antik suku Batak Toba wacana asal ajakan dan dunia tempat hidup mereka.

Seperti halnya beberapa suku antik di Nusantara , rancangan wacana dunia gaib (mythical world) dan rancangan wacana asal-usul nenek moyang dan dewa-dewa , menghipnotis rancangan wacana dunia selaku tempat hidup dan pada hasilnya menghipnotis konnsep hunian.

Secara mitologis , suku Batak Toba mempercayai bahwa nenek moyang mereka , Siraja Batak yakni keturunan pribadi dari tuhan tertinggi yang disebut Debata Mulajadi Nabolon. Siraja Batak tiba pribadi dari langit dan mendarat di puncak gunung Pusuk Buhit. Akibatnya suku Batak Toba menilai Pusuk Buhit selaku sentra dari dunia dan menjadi susukan menuju ke dunia atas (Loebis , 2000). Pemikiran akan adanya dunia mistis dan pembagian dunia tersebut sungguh besar lengan berkuasa pada rancangan kosmologinya. Secara kosmologi , suku Batak Toba membagi dunia menjadi 3 layer: dunia atas , dunia tengah dan dunia bawah. Dunia atas ialah tempat bertahtanya Mulajadi Nabolon , tuhan tertinggi. Dunia tengah menjadi tempat hidup insan sedangkan dunia bawah menjadi tempat hidup bagi orang yang sudah mati , hantu dan roh-roh jahat. Konsep kosmologi yang membagi dunia menjadi 3 lapis dianggap besar lengan berkuasa pada pembagian tingkatan dalam rumah tradisional menyerupai pada Gambar 

Rumah%2BTradisional%2BSuku%2BBatak%2BToba%2Byang%2BMenggambarkan%2BKonsep%2BKosmologi
Gambar Rumah Tradisional Suku Batak Toba
yang Menggambarkan Konsep Kosmologi
Sumber: Domenig (1981 dalam Fitri , 2004 , p.38)
5. Arsitektur Tradisional Batak Toba 
Penelitian wacana arsitektur Batak sudah banyak dilaksanakan semenjak bangsa Eropa mulai mengunjungi tanah Batak. Perilaku dan cara hidup suku batak dan suku-suku di Sumatera sudah ditulis oleh Marsden (1811). Deskripsi dan rincian arsitektur batak Toba banyak diterangkan dalam publikasi Boer (1920) serta Sargeant & Saleh (1973).
Rumah Adat batak Toba

Rumah adat Bolon
Rumah Batak Balai Toba , sumber: situsbudaya.id

Pada observasi Domenig (2003) banyak diulas perihal struktur dan konstruksi rumah dan lumbung padi. Sedangkan Fitri (2004) meneliti perubahan ruang dan rancangan spatial pada rumah Batak Toba dalam thesisnya dan Loebis (2000) meneliti perubahan rancangan arsitektur tradisional Batak Toba. Dari aneka macam publikasi dan observasi sebelumnya , setidaknya mendefinisikan arsitektur tradisional Batak Toba terdiri dari ruma atau jabu dan lumbung padi atau sopo.


“Het Toba-Bataksche Huis” oleh D. W. N. de Boer diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh J.C. Kriest dan Tjandra P. Mualim; dilampirkan dalam “Traditional Building of Indonesia” yang ialah hasil inventaris Sargeant & Saleh , 1973.
5.1. Pola Pemukiman Batak Toba 
Desa suku Batak Toba disebut juga selaku Huta. Boer (1920) mendeskripsikan bahwa desa dikelilingi tembok semacam benteng yang yang dibikin dari tanah. Desa memiliki dua pintu masuk (harbangan) dan menara pengawas (hubu-hubu) di pojok benteng. Ruang terbuka di desa atau halaman berorientasi timur-barat , rumah dan sopo berdiri saling berhadapan. Ujung atap rumah menghadap selatan sedangkan ujung atap sopo menghadap utara , kedua ujung atap melindungi halaman dari sinar matahari (Gambar 2.3).
Ilustrasi%2BBagan%2BPenataan%2BRumah%2Bdan%2BLumbung%2BPadi%2Bdalam%2BHuta
Gambar  Ilustrasi
Bagan Penataan Rumah dan Lumbung Padi dalam Huta
Sumber: Boer (1920)

Sementara itu , hasil observasi Sargeant & Saleh (1973) mendapati bahwa orientasi rumah berlawanan pada setiap desa , disekitar Balige , atap rumah memanjang utara-selatan , sedangkan rumah yang berada di lereng bukit , atap rumah mengikuti derajat kemiringan lereng dan di Samosir , memanjang timur-barat. Dengan demikian sanggup dibilang bahwa tidak ada orientasi tertentu yang menertibkan arah hadap desa , rumah dan lumbung padi.
Suasana%2BKampung%2BJulu
Gambar Suasana Kampung Julu.
Deretan bangunan menggunakan atap sirap.
 Sumber: Sargeant & Saleh (1973)

Aturan yang baku dalam pola pemukiman Batak Toba yakni posisi alaman yang senantiasa berada ditengah , diantara jajaran jabu dan sopo. Gambaran huta yang masih orisinil banyak didapati dalam literatur lama. Kondisi huta di masa sekarang sudah banyak berubah dengan keadaan halaman yang sudah diperkeras atau adanya bangunan gres yang dibangun diantara jabu atau sopo.

Gambaran%2Bkampung%2Bdi%2BPulau%2BSamosir
Gambaran kampung di Pulau Samosir.
Sebuah peti mati dari kerikil berdiri di tengah ruang terbuka.
Sumber: Sargeant & Saleh (1973)

5.2. Karakteristik Arsitektur Rumah Tradisional Batak Toba 
Rumah Tradisional Batak Toba sering disebut juga selaku ruma atau Jabu. Ruma atau jabu , kaya dengan simbolisasi dan berfungsi selaku sentra mistis dari suatu klan atau keluarga dan ialah simbol utama dari identitas suku (Fitri , 2004). Bentuk jabu dan sopo sungguh mirip. Bahkan dalam hal ukuran ,
kadangkala ukuran sopo nyaris sama dengan jabu. Domenig (2003) melakukan perbandingan antara konstruksi jabu dengan sopo dan menyimpulkan bahwa karakteristik metode struktur rumah atau jabu ialah “warisan‟ atau menggandakan dari sopo. Hal ini alasannya yakni suku Batak Toba memiliki tradisi antik merubah sopo yang semula ialah lumbung padi menjadi rumah atau jabu kalau terjadi penambahan jumlah penduduk.
COLLECTIE TROPENMUSEUM Batak huizen in een dorp op Sumatra. TMnr 60018260
Batak huizen in een dorp op Sumatra.
COLLECTIE TROPEN MUSEUM 1932

Selanjutnya , Domenig (2003) membagi arsitektur tradisional Batak Toba menjadi 4 tipe , yaitu: 
  • „Open‟ sopo , ialah bangunan serba guna dengan loteng tertutup dan tanpa dinding. Dapat difungsikan selaku tempat berkumpul warga , tempat tidur tamu lelaki atau cowok yang belum menikah , dan lumbung padi.
Contoh%2Btipe%2BOpen%2BSopo
Gambar Contoh tipe Open Sopo
Sumber: Sargeant & Saleh (1973 , p.16)
  • Jabu sopo , ialah tempat tinggal permanen untuk keluarga. Secara struktur ialah sopo yang sudah dilengkapi dinding. Tangga berada di luar dan pintu di dinding depan. Bentuk rumah ini disebut selaku bentuk rumah yang banyak ditemui di Samosir Sargeant & Saleh (1973). Pada Gambar dibawah , mengobrol pola jabu sopo. Dinding segitiga yang diberi pernak-pernik mulanya ialah dinding gevel sopo , sementara dinding yang tidak diberi pernak-pernik ialah dinding yang disertakan dikala sopo dirubah menjadi ruma.
Sopo%2Byang%2Btelah%2Bdiubah%2Bmenjadi%2Bjabu
Sopo yang sudah diubah menjadi jabu
 di Sigumpar , akrab Balige.
Sumber: Sargeant & Saleh (1973 , p.11)
  • Ruma sisampuran , ialah tempat tinggal permanen , pintu berada di dinding depan. Biasanya terdapat loteng dan balkon di bawah atap.
Ruma%2BSisampuran%2Bdi%2BTomohok%252C%2BSamosir
Gambar Ruma Sisampuran di Tomohok , Samosir.
Sumber: Domenig (2003 , p.67)
  • Ruma Sitolumbea , ialah tempat tinggal permanen. Tangga berada di bawah kolong dan pintu masuk berupa tingkap lantai. Terdapat loteng dan balkon di bawah atap.
Ruma%2BSitolumbea
Ruma Sitolumbea di Lumban Garaga (Uluuan) , 1979
Sumber: Domenig (2003 , p.68)

Sargeant & Saleh (1973) , mendeskripsikan sopo selaku bangunan dengan 3 tingkat lantai (level).
Lantai tanah di kolong rumah digunakan untuk sangkar ternak.
  • Lantai kedua berjarak ±1.60 m di atas tanah , ialah lantai untuk acara sehari-hari atau tempat para cowok tidur di malam hari. 
  • Lantai ketiga ialah loteng di bawah atap yang ditopang tiang kuat yang berjumlah umumnya 6 buah , digunakan untuk menyimpan beras. 
rumah adat batak
Rumah etika Batak Toba  Rumah Bolon
sumber : simarmata.or.id

Sedangkan ruma dipahami dengan adanya tangga dan pintu tingkap di lantai , walaupun ada beberapa rumah yang memiliki tangga dan pintu masuk di depan; serta dinding yang melingkupi ruang dalam. Tinggi lantai dari atas tanah ±1.60 m dan kolong juga digunakan untuk sangkar binatang ternak.

Tahapan membangun ruma diterangkan dalam Boer (1920) , dimulai dengan memutuskan mutu kayu lewat uji bunyi batang kayu.
  • Batang kayu yang bersuara paling jernih dikala dipukul akan ditaruh pada pojok kanan rumah , atau posisi A 
  • Terbaik kedua akan ditaruh pada posisi O , kemudian posisi G dan 
  • yang paling jelek ditaruh pada posisi H. 

Peletakan kolom ini selaras dengan pembagian ruang dimana pemilik rumah akan tidur di pojok kanan rumah (Jabu bona) akrab perapian , sisi paling penting dari rumah ada di sebelah kanan. Setelah memosisikan dan mendirikan keempat tiang pada posisi masing-masing , berikutnya tiang yang yang lain akan diresmikan dan dijajarkan dari penggalan depan rumah.

Denah%2Bpeletakan%2Bkolom%2Bpada%2Bjabu
Gambar Denah peletakan kolom pada jabu 
Sumber: Boer (1920)
Referensi:

https://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Batak
http://marketeers.com/rumah-adat-batak-toba-sarat-akan-filosofi-hidup/
https://perpustakaan.id/rumah-adat-batak/
http://www.becaksiantar.com/2013/08/rumah-adat-batak-makna-dan-filosofi.html
http://www.bukdeinfo.com/2017/09/penjelasan-8-rumah-adat-tradisional.html
STUDI STRUKTUR DAN KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL SUKU BATAK TOBA , MINANGKABAU DAN TORAJA Oleh: Esti Asih Nurdiah , ST. , MT.

Untitled 3DAYAK

Seorang pakar sosial budaya yang aktif pada berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. Telah menempuh pendidikan di salah satu universitas swasta terbaik di Indonesia yang mengambil jurusan sosial budaya.

Pos terkait