Sejarah Dan Budaya: Struktur Dan Konstruksi Arsitektur Rumah Tradisional Suku Toraja

Gambar Gravatar
cover misiliana hotel toraja
Arsitektur Rumah Tradisional Suku Toraja 
cover misiliana hotel toraja
Gambar: Cover Toraja Misiliana Hotel

1. Latar Belakang Sejarah 

Menurut Dawson & Gillow (1994) Toraja merupakan nama yang diberikan oleh Suku Bugis untuk orang-orang yang tinggal di tempat pegunungan di sebelah utara semenanjung Sulawesi Selatan , yang hidup condong terisolasi. Berdasarkan tradisi yang meningkat bebuyutan , suku Toraja mempercayai bahwa nenek moyang mereka berasal dari pulau mistis yang disebut Pongko
Di masa lalu , beberapa penduduk Pongko’ berlayar mengarungi samudra kemudian armada mereka dikacaukan oleh topan dan mendarat di Sulawesi Selatan. Nenek moyang Suku Toraja meraih Tana Toraja yang kini dengan mengikuti hulu sungai Sa`dan (Kis-Jovak , 1988)
Berdasarkan anggapan sejarah , orang Toraja tergolong ras suku Proto Melayu atau Melayu Tua menyerupai halnya Suku Dayak di Kalimantan dan Suku Batak di Sumatera. Nenek moyang orang Toraja hingga ke Tana Toraja dengan menggunakan bahtera layar. Atap Rumah Tradisional Toraja menjadi simbol dengan bentuk atap yang mencuat ke atas menyerupai bahtera pada serpihan depan dan belakang. Rumah mereka pun senantiasa menghadap ke utara selaku simbol bahwa mereka berasal dari utara (Waterson , 1990).
rumah tongkonan by chikletz d3cs21o
Desa Pallawa , Kecamatan Sesean , sumber iklantravel.com
Suku Toraja merupakan suku yang menetap di pegunungan serpihan utara Sulawesi Selatan , Indonesia. Populasinya diperkirakan sekitar 1 juta jiwa , dengan sekitar 500.000 di antaranya masih tinggal di Kabupaten Tana Toraja , Kabupaten Toraja Utara , dan Kabupaten Mamasa.(Tana Toraja official website” (dalam bahasa Indonesia)
Mayoritas suku Toraja memeluk agama Nasrani , sementara sebagian menganut Islam dan kepercayaan animisme yang dimengerti selaku Aluk To Dolo. Pemerintah Indonesia sudah mengakui kepercayaan ini selaku serpihan dari Agama Hindu Dharma.Volkman , Toby Alice (1990) Kata toraja berasal dari bahasa Bugis , to riaja , yang memiliki arti “orang yang berdiam di negeri atas”. 
Pemerintah kolonial Belanda menamai suku ini Toraja pada tahun 1909.Nooy-Palm , Hetty (1975). Suku Toraja terkenal akan ritual pemakaman , rumah sopan santun tongkonan dan goresan kayunya. Ritual pemakaman Toraja merupakan insiden sosial yang penting , biasanya didatangi oleh ratusan orang dan berjalan selama beberapa hari. Sebelum masa ke-20 , suku Toraja tinggal di desa-desa otonom. Mereka masih menganut animisme dan belum tersentuh oleh dunia luar. 
Rumah Adat Tongkonan %2528Toraja%2529 2
Rumah sopan santun Tongkonan Desa Buntu Pune ,Kesu ,Toraja Utara.
sumber: http://spriyantoro.blogspot.com

Pada permulaan tahun 1900-an , misionaris Belanda tiba dan membuatkan agama Kristen. Setelah makin terbuka terhadap dunia luar pada tahun 1970-an , kabupaten Tana Toraja menjadi lambang pariwisata Indonesia. Tana Toraja dimanfaatkan oleh pengembang pariwisata dan dipelajari oleh antropolog.Adams , Kathleen M. (January 31 , 1990) 


2. Lokasi , Topografi , Iklim 
Secara geografis , suku Toraja mendiami wilayah Propinsi Sulawesi Selatan di serpihan utara yang disebut dengan nama Tana Toraja. Luas daerahnya +3 ,178 km2 dan berada pada garis 2º40‟-3º25‟ LS dan 119º30‟-120º25‟ BB. Tana Toraja secara administratif merupakan kabupaten yang dibagi menjadi 9 kecamatan atau distrik. Ibukota Kabupaten Tana Toraja merupakan Makale (Kis-Jovak , 1988).
Toraja Destination Brochure 2017
TOURISM MAP , sumber: Toraja Destination Brochure 2017.

Menurut Dawson & Gillow (1994) Wilayah Tana Toraja secara geografis sanggup dibedakan menjadi dua golongan , yakni Mamasa dan Sa`dan. 

  • Kelompok Mamasa merupakan Suku Toraja yang mendiami area terisolasi disekitar lembah Kalumpang. Sedangkan 
  • Kelompok Sa‟dan merupakan istilah untuk Suku Toraja yang mendiami wilayah selatan , yakni tempat Makale dan Rantepao dan dimengerti dengan istilah Tana Toraja.
tana toraja map
Gambar Peta Tana Toraja , Sumber tanatoraja.indonesia-tourism
Secara lazim keadaan iklim di Tana Toraja sama dengan iklim di tempat lain Indonesia , yakni iklim tropis lembab dengan isu terkini penghujan dan kemarau. Akan tetapi , keadaan topografi yang bergunung-gunung dengan ketinggian lebih dari 1000 m dpl (diatas permukaan laut) , mempengaruhi keadaan iklim lokal. Temperatur udara condong lebih sejuk dengan kelembaban dan curah hujan yang tinggi. Pada lereng-lereng gunung masih banyak ditemui hutan-hutan dan areal persawahan. Kondisi tanahnya berbatu dan banyak ditemui tebing-tebing kerikil cadas yang menjulang. Pegunungan di Tana Toraja merupakan pegunungan cadas dengan tebing-tebing curam.
tongkonan palawa 20170829 123407
Indahnya Kompleks Tongkonan Palawa yang terekam drone
 di Desa Adat Pallawa , Kecamatan Sesean , Toraja Utara , (tribun-timur.com)

Suku Toraja menggunakan batu-batuan cadas untuk menhir-menhir dan kuburan batu. Tebing-tebing cadas yang curam juga digunakan untuk kuburan dengan cara melubangi tebing. Suku Toraja menaruh patung replika orang yang sudah meninggal lengkap yang disebut juga selaku tau-tau di wajah lubang tebing. Selain untuk kuburan kerikil , ketersediaan kerikil cadas yang melimpah digunakan untuk pondasi rumah. 


3. Sistem Kekerabatan 

Rumah pada suku Toraja selain selaku tempat tinggal juga berfungsi selaku simbol keluarga dan asal ajakan keluarga sanggup ditelusuri lewat rumah tersebut (Kis-Jovak , 1988). Sebuah rumah menggambarkan satu keluarga , apabila ada anggota keluarga yang menikah , maka akan dibangun rumah dan lumbung gres yang berdekatan.

rumah adat toraja 1
Desa Adat Pallawa , Kecamatan Sesean
sumber: iklantravel.com

Pada masa sekarang , rumah sudah mengalami pergantian fungsi. Seiring dengan banyaknya suku Toraja yang merantau ke luar Tana Toraja , maka rumah tidak lagi menjadi tempat tinggal tetapi cuma selaku simbol. Toraja menganut metode patrilineal.

4. Sistem Kepercayaan , Kosmologi dan Mitologi 

Menurut Dawson & Gillow (1994) kepercayaan orisinil Suku Toraja merupakan megalitisme dan animism ditandai dengan pengorbanan binatang , upacara pemakaman yang megah dan pesta-pesta komunal yang besar. Akan tetapi , banyak antropolog dan sumber pustaka yang menyebutkan bahwa kepercayaan suku Toraja yang utama merupakan Aluk Tadolo. Kepercayaan tersebut sungguh kokoh pada cara pandang suku Toraja akan residensial atau rumah tinggalnya.

Menurut asal katanya dalam bahasa Toraja , Aluk memiliki arti agama , sedangkan Todolo memiliki arti nenek moyang. Menurut kepercayaan Aluk Todolo , Tuhan yang tertinggi merupakan Puang Matua , yakni pencipta insan pertama dan alam semesta. Masyarakat Toraja berkeyakinan bahwa insan diciptakan untuk hidup bersama. Agar kehidupan bareng ini tanpa hambatan , maka Puang Matua menurunkan Aluk Todolo (Laporan KKL UI , 1975)

Kosmologi%2BToraja%253B%2BPandangan%2BOrang%2BToraja%2BTerhadap%2BSemesta%2B %2BWACANA
Pandangan kosmologi atau jagad raya penduduk Toraja
berdasarkan analisis Kis-Jovak dan kawan-kawan.

Keterangan Gambar Jagad raya dalam Kosmologi Toraja menurut analisis Kis-Jovak.:

  • a. Pangko’. b. Tasik (laut). c. Gunung Bamba Puang. d. Puya (Tanah dari semua yang berjiwa). e. Padang/lino Dunia Tengah/dunia manusia. f. Langi. g. Dunia Bawah. h. Pong Tulak Padang. i. Roh di dalam bumi. j. Puang Matua di Zenith atau Ulunna Langi. k. Tongkonan.

Penerapan kepercayaan Aluk Tadolo dalam desain residensial terlihat pada gambar diatas. Menurut kepercayaan suku Toraja , sang ilahi tertinggi , Puang Matua bertahta di langit yang disimbolkan selaku sisi utara. Sedangkan dunia hidup ditopang oleh Pong Tulak Padang dan roh-roh yang berada di bawah tanah , disimbolkan selaku sisi selatan. Dan tempat hidup insan , dimana rumah diresmikan berada di atas tanah.

Konsep pembagian dunia menjadi bawah , tengah dan atas tersebut dipraktekkan pada hunian. Bagi suku Toraja , ruang di bawah kolong lantai merupakan penggambaran dunia bawah tempat roh-roh jahat bersemayam , sedangkan ruang di atas lantai menggambarkan dunia tengah , tempat hidupnya insan dimana ruang tersebut digunakan untuk tempat tinggal.

Ruang dibawah atap merupakan penggambaran dunia atas sehingga dianggap sakral. Berdasarkan pemikiran tersebut , maka suku Toraja menilai bahwa rumah tinggal merupakan penggambaran mikro dari dunia hidup sehingga rumah tradisional Toraja kadang kala disebut banua yang memiliki arti dunia (Kis-Jovak , 1988).

Dimensi%2BMetafisik%2Brumah%2Btradisional%2BToraja
Gambar  Dimensi Metafisik rumah tradisional Toraja
Sumber : Kis-Jovak (1988 , p.36-37)

Denah rumah juga dibagi menurut desain kepercayaan dan memisahkan ruang menurut sumbu utara-selatan yang dianggap sakral . Rumah Toraja senantiasa menghadap ke arah utara yang menggambarkan tempat bertahtanya Puang Matua. Pintu masuk berupa tangga yang menembus lantai terletak di sisi wajah , yakni pada ruang yang disebut tangdo. Tangdo juga digunakan selaku tempat tidur anak. Ruang tengah disebut sali , merupakan tempat beraktivitas yang dilengkapi dengan dapur. Dapur dengan perapian ditaruh di sisi timur karena sisi timur dianggap selaku lambang kehidupan di mulai , selaku penggambaran matahari terbit. Di sisi barat terdapat ruang untuk tidur anak atau apabila ada anggota keluarga yang meninggal , kadang kala dimumikan dan ditaruh di sisi ini. Ruang sumbung terletak di serpihan selatan rumah , merupakan tempat tidur untuk orang tua. Terdapat peti untuk menyimpan pusaka dan benda berharga. Posisi tidur senantiasa membujur utara selatan dengan kepala di sebelah utara. Hierarki pada skema rumah tradisional Toraja tidak berubah dan ditemui pada setiap varian. Pada beberapa varian , ada yang memiliki ruang sumbung sebanyak 2 buah , tetapi hierarki ruang tetap tangdo-sali-sumbung.

Denah%2Brumah%2Btradisional%2BToraja
Gambar Denah rumah tradisional Toraja Sumber: Kis-Jovak (1988 , p.37)

5. Arsitektur Rumah Tradisional Toraja 
5.1. Pola Pemukiman 
Pemukiman suku Toraja berisikan beberapa rumah yang dibangun berjajar. rumah senantiasa dibangun dengan sumbu utara-selatan dimana sisi wajah rumah senantiasa menghadap ke utara dan si seberangnya diresmikan lumbung padi atau alang dengan arah hadap ke selatan. Antara rumah dan lumbung senantiasa terdapat jalan atau ruang halaman yang cukup lebar. Jalan atau ruang halaman yang berada di antara jajaran lumbung dan rumah menjadi ruang komunal bagi warga , tempat upacara-upacara sopan santun berlangsung.
Pola%2Bpemukiman%2Bsuku%2BToraja%2Bdi%2BPallawa%252C%2Bdistrik%2BTikala
Gambar Pola pemukiman suku Toraja di Pallawa , distrik Tikala
Sumber: Kis-Jovak (1988 , p.24)

Rumah Toraja dibangun di atas tanah lapang. Karena keadaan alam Tana Toraja yang bergunung-gunung , maka biasanya jumlah rumah dalam suatu desa tidak terlampau banyak. Di masa lalu , menurut Dawson & Gillow (1994) , desa Toraja berlokasi di atas puncak-puncak pegunungan dan dikelilingi benteng dan sulit diakses. kadangkala cuma sanggup diakses lewat terowongan yang dibangun dengan melubangi tanah atau dinding batu. Hal ini kemungkinan disebabkan lantaran pertempuran antar desa diikuti dengan memenggal kepala yang banyak terjadi di masa lampau. Sampai dikala ini , pedesaan dengan gugusan rumah tradisional di Tana Toraja masih banyak yang berada di lokasi yang sulit dijangkau.
Sebuah%2Bperkampungan%2Bsuku%2BToraja
Sebuah perkampungan dengan Jajaran Rumah dan Lumbung Padi suku Toraja , 
Sumber: wikipedia , Peter Ruckstuhl , 1986

5.2. Karakteristik Arsitektur Rumah Tradisional Toraja 
Rumah tradisional Toraja memiliki beberapa sebutan. Sebutan yang terkenal merupakan Tongkonan. Kis-Jovak (1988) , menyatakan bahwa orang Toraja menyebut rumah tradisional Toraja selaku banua yang memiliki arti penggambaran kecil dari dunia. Senada dengan Kis-Jovak , Dawson & Gillow (1994) menyebutkan bahwa rumah Toraja sanggup disebut Banua Toraja atau Tongkonan. Tongkonan memiliki arti „to sit‟ atau tempat dimana anggota keluarga sanggup berjumpa dan mendiskusikan permasalahan penting , melakukan upacara atau kegiatan sopan santun lainnya.
Ilustrasi%2Bpengelompokan%2Btipe%2Bbanua
Gambar Ilustrasi pengelompokan tipe banua Sumber: Kis-Jovak (1988)
Kis-Jovak (1988) membagi arsitektur Toraja menjadi 5 jenis , yaitu:
  • rumah tinggal atau banua (tongkonan)
  • lumbung padi atau alang
  • rumah penjaga padi atau lantang ,
  • kandang binatang atau pangkung dan 
  • rumah pemakaman atau patane

Kemudian Kis-jovak juga membagi banua menjadi 5 tipe menurut kemajuan dan bentuk atapnya (Gambar Ilustrasi pengelompokan tipe banua Sumber: Kis-Jovak (1988)) , yaitu:

  • Banua tipe rendah dengan satu lantai Jenis banua yang paling antik dan sederhana , konstruksi atap lurus , belum melengkung. Konstruksi panggung dengan cara menumpuk kayu bulat. Dinding gevel miring dan atap menonjol keluar.
Banua%2Btipe%2Brendah%2Bdengan%2Bsatu%2Blantai
Gambar 2.26 Banua tipe rendah dengan satu lantai
Sumber: Kis-Jovak (1988 , p.76)
  • Banua Tipe Tinggi dengan Beberapa Lantai Merupakan pengembangan dari banua tipe rendah. Lantai panggung cukup tinggi , serpihan depan menggunakan tiang sedangkan serpihan belakang menggunakan batang kayu yang ditumpuk. Tonjolan atap mulai melengkung dengan lengkungan atap yang rendah. Terdapat perbedaan tinggi ruang.
Banua%2Btipe%2Btinggi%2Bdengan%2Bbeberapa%2Blantai
Gambar  Banua tipe tinggi dengan beberapa lantai
Sumber: Kis-Jovak (1988 , p.78-79)

  • Banua Tipe Kuno dengan Tiang Poligonal Rumah Panggung dengan tiang-tiang yang diikat balok horisontal. Garis atap lebih panjang dengan lengkungan yang masih rendah. Penutup atap selain menggunakan bambu , ada pula yang menggunakan lempengan batu. Terdapat 4 level ketinggian ruang yaitu: tangdo , sali dan 2 buah sumbung. Terdapat tulak somba , atau tiang yang berdiri bebas untuk menopang ujung atap yang memanjang.
Banua%2Btipe%2Bkuno%2Bdengan%2Btiang%2Bpoligonal
Gambar 2.28 Banua tipe antik dengan tiang poligonal
(Sumber: Kis-Jovak , 1988 , p.84-85)
  • Banua Tipe Menengah dengan tiang polygonal Lengkungan atap cukup tinggi dan epilog atap menggunakan bambu. Pintu masuk berada di sebelah utara , kanal masuk menggunakan tangga dari bawah ke atas. Terdapat 3 level ruang dengan perbedaan level lantai.
Banua%2Btipe%2Bmenengah%2Bdengan%2Btiang%2Bpolygonal
Gambar Banua tipe menengah dengan tiang polygonal
Sumber: Kis-Jovak (1988 , p.94-96)

  • Banua Tipe Modern dengan tiang segiempat Banua tipe ini mulai menggunakan perlengkapan pertukangan terbaru tetapi tetap menggunakan metode tradisional. Lebih berfungsi untuk tujuan ritual dari pada tempat tinggal. Tidak ditemui perapian , dinding tidak terlampau tebal. Atap cukup panjang dan tinggi tetapi ruang di dalamnya relatif kecil. Kolom berupa segiempat dan berdiri di atas kerikil yang sudah dibentuk. Tulak somba berdiri di atas kerikil terbuat meruncing.
Banua%2Btipe%2Bmodern%2Bdengan%2Btiang%2Bsegiempat
Gambar Banua tipe terbaru dengan tiang segiempat
(Sumber: Kis-Jovak , 1988 , p.100)
5.3. Sistem Struktur dan Konstruksi 
Tahapan pembangunan rumah tradisional masih dijalankan secara sopan santun dan lewat proses yang sarat dengan ritual dan upacara adat. Pemilihan material yang digunakan menurut ketersediaan material di alam. Pondasi menggunakan kerikil kali atau kerikil cadas yang tersedia di sekeliling sedangkan konstruksi rumah menggunakan jenis kayu atau bambu yang dulu banyak ditemukan.
Tampak%2Bsamping%2BRumah%2BTongkonan
Tampak samping Rumah Tongkonan
sumber (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , 1993)

Tampak%2Bdepan%2BRumah%2BTongkonan
Tampak depan Rumah Tongkonan
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , 1993)

Teknik pembangunan menggunakan teknik antik dengan Sistem sambungan masih menggunakan pasak , takikan dan ikatan serta perlengkapan sederhana , tetapi bisa menciptakan bangunan yang tahan selama ratusan tahun. Sistem tersebut oleh Rapoport (1969) , merupakan ciri-ciri arsitektur tradisional atau vernakular. 

pembuatan%2Brumah%2Btradisional%2Bmasyarakat%2BToraja%2Bdi%2BDusun%2BLolai%252C%2BKapala%2BPitu%252C%2BToraja%2BUtara
Konstruksi rumah tradisional penduduk Toraja 
di Dusun Lolai ,  Toraja Utara
sumber  ANTARA FOTO/Dewi Fajriani
pembangunan%2BTongkonan%2B%2528rumah%2Badat%2BToraja%2529%2Bdi%2BSangalla%252C%2BTana%2BToraja
Pembangunan Tongkonan (rumah sopan santun Toraja)
di Sangalla , Tana Toraja
sumber: ANTARA FOTO/Zabur Karuru/ss/mes/13
membangun tongkonan myglbx prv
Pembangunan Tongkonan (rumah sopan santun Toraja) di Sangalla , Tana Toraja
ANTARA FOTO/Zabur Karuru/ss/mes/13
capture 20161016 105347
Persektip konstruksi tongkonan dan alang , Tangdilintin. Op. Cit. , hal. 46.

Legenda: 

  • 1.Lentong Garopang.  2.Lentong bamban.  3.A’riri posi.  4.Roroan baba.  5.Roroan lambe’  6.Tangdan  7.Tangdan Lambe’  8.Pata’  9.Pangngosokan  10.Sali.  11.Sangkinan Rinding. 12.Rinding. 13.Pangngosokan Rinding. 14.Sambo Rinding. 15.Sangka’  16.Kadang pamiring  17. Pata’sere  18. Tulak sumba  19. Katorok. 20. Parampak.  21. Pangngoton.  22. Takek longa  24. Katarok.  25. Rampan longa  26. Bantuli 
Referensi :
  • Tangdilinting L. T. Tongkonan (Rumah Adat Toraja) dengan Struktur , Seni dan Konstruksinya , Yayasan Lepongan Bulan. Tana Toraja 1978.
  • Kis-Jovak , J. I. (1988). Banua Toraja: changing patterns in architecture and symbolism among the Sa’dan Toraja , Sulawesi , Indonesia. Amsterdam: Royal Tropical Institute.
  • Dawson , B. , & Gillow , J. (1994). The Traditional Architecture of Indonesia. New York: Thames and Hudson
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Toraja
  • http://tanatoraja.indonesia-tourism.com/map.html
  • Sumalyo , Yulianto , 2001 , Kosmologi Dalam Arsitektur Toraja. Dimensi Teknik Arsitektur 
  • (1975). Laporan Kuliah Kerja Lapangan: Toraja. Jakarta: Jurusan Arsitektur Universitas Indonesia. (1979). Laporan Kuliah Kerja Lapangan: Sumatera barat. Bandung: Departemen Arsitektur ITB.
  • STUDI STRUKTUR DAN KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL SUKU BATAK TOBA , MINANGKABAU DAN TORAJA Oleh: Esti Asih Nurdiah , ST. , MT.
Untitled 3DAYAK

Seorang pakar sosial budaya yang aktif pada berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. Telah menempuh pendidikan di salah satu universitas swasta terbaik di Indonesia yang mengambil jurusan sosial budaya.

Pos terkait