![]() |
Gambar: Cover Toraja Misiliana Hotel |
1. Latar Belakang Sejarah
![]() |
Tongkonan Karuaya Desa Tumbang Datu , Sangalla’ sumber femina.co.id/travel |
![]() |
Desa Pallawa , Kecamatan Sesean , sumber iklantravel.com |
![]() |
Rumah sopan santun Tongkonan Desa Buntu Pune ,Kesu ,Toraja Utara. sumber: http://spriyantoro.blogspot.com |
![]() |
TOURISM MAP , sumber: Toraja Destination Brochure 2017. |
Menurut Dawson & Gillow (1994) Wilayah Tana Toraja secara geografis sanggup dibedakan menjadi dua golongan , yakni Mamasa dan Sa`dan.
- Kelompok Mamasa merupakan Suku Toraja yang mendiami area terisolasi disekitar lembah Kalumpang. Sedangkan
- Kelompok Sa‟dan merupakan istilah untuk Suku Toraja yang mendiami wilayah selatan , yakni tempat Makale dan Rantepao dan dimengerti dengan istilah Tana Toraja.
![]() |
Gambar Peta Tana Toraja , Sumber tanatoraja.indonesia-tourism |
![]() |
Indahnya Kompleks Tongkonan Palawa yang terekam drone di Desa Adat Pallawa , Kecamatan Sesean , Toraja Utara , (tribun-timur.com) |
Suku Toraja menggunakan batu-batuan cadas untuk menhir-menhir dan kuburan batu. Tebing-tebing cadas yang curam juga digunakan untuk kuburan dengan cara melubangi tebing. Suku Toraja menaruh patung replika orang yang sudah meninggal lengkap yang disebut juga selaku tau-tau di wajah lubang tebing. Selain untuk kuburan kerikil , ketersediaan kerikil cadas yang melimpah digunakan untuk pondasi rumah.
3. Sistem Kekerabatan
Rumah pada suku Toraja selain selaku tempat tinggal juga berfungsi selaku simbol keluarga dan asal ajakan keluarga sanggup ditelusuri lewat rumah tersebut (Kis-Jovak , 1988). Sebuah rumah menggambarkan satu keluarga , apabila ada anggota keluarga yang menikah , maka akan dibangun rumah dan lumbung gres yang berdekatan.
![]() |
Desa Adat Pallawa , Kecamatan Sesean sumber: iklantravel.com |
Pada masa sekarang , rumah sudah mengalami pergantian fungsi. Seiring dengan banyaknya suku Toraja yang merantau ke luar Tana Toraja , maka rumah tidak lagi menjadi tempat tinggal tetapi cuma selaku simbol. Toraja menganut metode patrilineal.
Menurut Dawson & Gillow (1994) kepercayaan orisinil Suku Toraja merupakan megalitisme dan animism ditandai dengan pengorbanan binatang , upacara pemakaman yang megah dan pesta-pesta komunal yang besar. Akan tetapi , banyak antropolog dan sumber pustaka yang menyebutkan bahwa kepercayaan suku Toraja yang utama merupakan Aluk Tadolo. Kepercayaan tersebut sungguh kokoh pada cara pandang suku Toraja akan residensial atau rumah tinggalnya.
Menurut asal katanya dalam bahasa Toraja , Aluk memiliki arti agama , sedangkan Todolo memiliki arti nenek moyang. Menurut kepercayaan Aluk Todolo , Tuhan yang tertinggi merupakan Puang Matua , yakni pencipta insan pertama dan alam semesta. Masyarakat Toraja berkeyakinan bahwa insan diciptakan untuk hidup bersama. Agar kehidupan bareng ini tanpa hambatan , maka Puang Matua menurunkan Aluk Todolo (Laporan KKL UI , 1975)
![]() |
Pandangan kosmologi atau jagad raya penduduk Toraja berdasarkan analisis Kis-Jovak dan kawan-kawan. |
Keterangan Gambar Jagad raya dalam Kosmologi Toraja menurut analisis Kis-Jovak.:
- a. Pangko’. b. Tasik (laut). c. Gunung Bamba Puang. d. Puya (Tanah dari semua yang berjiwa). e. Padang/lino Dunia Tengah/dunia manusia. f. Langi. g. Dunia Bawah. h. Pong Tulak Padang. i. Roh di dalam bumi. j. Puang Matua di Zenith atau Ulunna Langi. k. Tongkonan.
Penerapan kepercayaan Aluk Tadolo dalam desain residensial terlihat pada gambar diatas. Menurut kepercayaan suku Toraja , sang ilahi tertinggi , Puang Matua bertahta di langit yang disimbolkan selaku sisi utara. Sedangkan dunia hidup ditopang oleh Pong Tulak Padang dan roh-roh yang berada di bawah tanah , disimbolkan selaku sisi selatan. Dan tempat hidup insan , dimana rumah diresmikan berada di atas tanah.
Konsep pembagian dunia menjadi bawah , tengah dan atas tersebut dipraktekkan pada hunian. Bagi suku Toraja , ruang di bawah kolong lantai merupakan penggambaran dunia bawah tempat roh-roh jahat bersemayam , sedangkan ruang di atas lantai menggambarkan dunia tengah , tempat hidupnya insan dimana ruang tersebut digunakan untuk tempat tinggal.
Ruang dibawah atap merupakan penggambaran dunia atas sehingga dianggap sakral. Berdasarkan pemikiran tersebut , maka suku Toraja menilai bahwa rumah tinggal merupakan penggambaran mikro dari dunia hidup sehingga rumah tradisional Toraja kadang kala disebut banua yang memiliki arti dunia (Kis-Jovak , 1988).
![]() |
Gambar Dimensi Metafisik rumah tradisional Toraja Sumber : Kis-Jovak (1988 , p.36-37) |
![]() |
Gambar Denah rumah tradisional Toraja Sumber: Kis-Jovak (1988 , p.37) |
Pemukiman suku Toraja berisikan beberapa rumah yang dibangun berjajar. rumah senantiasa dibangun dengan sumbu utara-selatan dimana sisi wajah rumah senantiasa menghadap ke utara dan si seberangnya diresmikan lumbung padi atau alang dengan arah hadap ke selatan. Antara rumah dan lumbung senantiasa terdapat jalan atau ruang halaman yang cukup lebar. Jalan atau ruang halaman yang berada di antara jajaran lumbung dan rumah menjadi ruang komunal bagi warga , tempat upacara-upacara sopan santun berlangsung.
![]() |
Gambar Pola pemukiman suku Toraja di Pallawa , distrik Tikala Sumber: Kis-Jovak (1988 , p.24) |
![]() |
Sebuah perkampungan dengan Jajaran Rumah dan Lumbung Padi suku Toraja , Sumber: wikipedia , Peter Ruckstuhl , 1986 |
![]() |
Gambar Ilustrasi pengelompokan tipe banua Sumber: Kis-Jovak (1988) |
- rumah tinggal atau banua (tongkonan) ,
- lumbung padi atau alang ,
- rumah penjaga padi atau lantang ,
- kandang binatang atau pangkung dan
- rumah pemakaman atau patane
Kemudian Kis-jovak juga membagi banua menjadi 5 tipe menurut kemajuan dan bentuk atapnya (Gambar Ilustrasi pengelompokan tipe banua Sumber: Kis-Jovak (1988)) , yaitu:
- Banua tipe rendah dengan satu lantai Jenis banua yang paling antik dan sederhana , konstruksi atap lurus , belum melengkung. Konstruksi panggung dengan cara menumpuk kayu bulat. Dinding gevel miring dan atap menonjol keluar.
![]() |
Gambar 2.26 Banua tipe rendah dengan satu lantai Sumber: Kis-Jovak (1988 , p.76) |
- Banua Tipe Tinggi dengan Beberapa Lantai Merupakan pengembangan dari banua tipe rendah. Lantai panggung cukup tinggi , serpihan depan menggunakan tiang sedangkan serpihan belakang menggunakan batang kayu yang ditumpuk. Tonjolan atap mulai melengkung dengan lengkungan atap yang rendah. Terdapat perbedaan tinggi ruang.
![]() |
Gambar Banua tipe tinggi dengan beberapa lantai Sumber: Kis-Jovak (1988 , p.78-79) |
- Banua Tipe Kuno dengan Tiang Poligonal Rumah Panggung dengan tiang-tiang yang diikat balok horisontal. Garis atap lebih panjang dengan lengkungan yang masih rendah. Penutup atap selain menggunakan bambu , ada pula yang menggunakan lempengan batu. Terdapat 4 level ketinggian ruang yaitu: tangdo , sali dan 2 buah sumbung. Terdapat tulak somba , atau tiang yang berdiri bebas untuk menopang ujung atap yang memanjang.
![]() |
Gambar 2.28 Banua tipe antik dengan tiang poligonal (Sumber: Kis-Jovak , 1988 , p.84-85) |
- Banua Tipe Menengah dengan tiang polygonal Lengkungan atap cukup tinggi dan epilog atap menggunakan bambu. Pintu masuk berada di sebelah utara , kanal masuk menggunakan tangga dari bawah ke atas. Terdapat 3 level ruang dengan perbedaan level lantai.
![]() |
Gambar Banua tipe menengah dengan tiang polygonal Sumber: Kis-Jovak (1988 , p.94-96) |
- Banua Tipe Modern dengan tiang segiempat Banua tipe ini mulai menggunakan perlengkapan pertukangan terbaru tetapi tetap menggunakan metode tradisional. Lebih berfungsi untuk tujuan ritual dari pada tempat tinggal. Tidak ditemui perapian , dinding tidak terlampau tebal. Atap cukup panjang dan tinggi tetapi ruang di dalamnya relatif kecil. Kolom berupa segiempat dan berdiri di atas kerikil yang sudah dibentuk. Tulak somba berdiri di atas kerikil terbuat meruncing.
![]() |
Gambar Banua tipe terbaru dengan tiang segiempat (Sumber: Kis-Jovak , 1988 , p.100) |
Tahapan pembangunan rumah tradisional masih dijalankan secara sopan santun dan lewat proses yang sarat dengan ritual dan upacara adat. Pemilihan material yang digunakan menurut ketersediaan material di alam. Pondasi menggunakan kerikil kali atau kerikil cadas yang tersedia di sekeliling sedangkan konstruksi rumah menggunakan jenis kayu atau bambu yang dulu banyak ditemukan.
![]() |
Tampak samping Rumah Tongkonan sumber (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , 1993) |
![]() |
Tampak depan Rumah Tongkonan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , 1993) |
Teknik pembangunan menggunakan teknik antik dengan Sistem sambungan masih menggunakan pasak , takikan dan ikatan serta perlengkapan sederhana , tetapi bisa menciptakan bangunan yang tahan selama ratusan tahun. Sistem tersebut oleh Rapoport (1969) , merupakan ciri-ciri arsitektur tradisional atau vernakular.
![]() |
Konstruksi rumah tradisional penduduk Toraja di Dusun Lolai , Toraja Utara sumber ANTARA FOTO/Dewi Fajriani |
![]() |
Pembangunan Tongkonan (rumah sopan santun Toraja) di Sangalla , Tana Toraja sumber: ANTARA FOTO/Zabur Karuru/ss/mes/13 |
![]() |
Pembangunan Tongkonan (rumah sopan santun Toraja) di Sangalla , Tana Toraja ANTARA FOTO/Zabur Karuru/ss/mes/13 |
![]() |
Persektip konstruksi tongkonan dan alang , Tangdilintin. Op. Cit. , hal. 46. |
Legenda:
- 1.Lentong Garopang. 2.Lentong bamban. 3.A’riri posi. 4.Roroan baba. 5.Roroan lambe’ 6.Tangdan 7.Tangdan Lambe’ 8.Pata’ 9.Pangngosokan 10.Sali. 11.Sangkinan Rinding. 12.Rinding. 13.Pangngosokan Rinding. 14.Sambo Rinding. 15.Sangka’ 16.Kadang pamiring 17. Pata’sere 18. Tulak sumba 19. Katorok. 20. Parampak. 21. Pangngoton. 22. Takek longa 24. Katarok. 25. Rampan longa 26. Bantuli
- Tangdilinting L. T. Tongkonan (Rumah Adat Toraja) dengan Struktur , Seni dan Konstruksinya , Yayasan Lepongan Bulan. Tana Toraja 1978.
- Kis-Jovak , J. I. (1988). Banua Toraja: changing patterns in architecture and symbolism among the Sa’dan Toraja , Sulawesi , Indonesia. Amsterdam: Royal Tropical Institute.
- Dawson , B. , & Gillow , J. (1994). The Traditional Architecture of Indonesia. New York: Thames and Hudson
- https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Toraja
- http://tanatoraja.indonesia-tourism.com/map.html
- Sumalyo , Yulianto , 2001 , Kosmologi Dalam Arsitektur Toraja. Dimensi Teknik Arsitektur
- (1975). Laporan Kuliah Kerja Lapangan: Toraja. Jakarta: Jurusan Arsitektur Universitas Indonesia. (1979). Laporan Kuliah Kerja Lapangan: Sumatera barat. Bandung: Departemen Arsitektur ITB.
- STUDI STRUKTUR DAN KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL SUKU BATAK TOBA , MINANGKABAU DAN TORAJA Oleh: Esti Asih Nurdiah , ST. , MT.

Seorang pakar sosial budaya yang aktif pada berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. Telah menempuh pendidikan di salah satu universitas swasta terbaik di Indonesia yang mengambil jurusan sosial budaya.