Sejarah Suku Toraja
By Yohanis Tappi on Friday , June 21 , 2013 at 12:43pm
Sejarah Suku Toraja Tana Toraja (wikipedia) Suku Toraja , tergolong salah satu bangsa Proto Malayan (Melayu Tua) yang terdapat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah.
Menurut teori migrasi , nenek moyang suku bangsa Toraja , berasal dari dataran tinggi Cina Selatan atau dari Indochina pada masa ribuan tahun silam.
Dalam perjalanan mereka menyusuri sungai Mekong di semenanjung Indochina dengan memanfaatkan bahtera yang yang dibikin dari kayu-kayu besar yang terdapat di sepanjang pantai Vietnam dan Kamboja. Mereka menuju ke maritim Cina Selatan menyeberang ke Philipina , semenanjung Melayu dan selanjutnya menyebar ke pulau-pulau Nusantara.
Rombongan ini mulai berpencar di Semenanjung Makassar dan menyerupai kebiasaan bangsa Proto Malayan yang lebih senang bertempat tinggal di pegunungan , memutuskan melanjutkan perjalanan dengan bahtera menyusuri sungai Karama di Sulawesi Tengah dan Sungai Sa’dan di Sulawesi Selatan. Melalui sungai Sa’dan , mereka berlayar hingga di suatu kampung yang diberi nama Endekan yang artinya “Kami naik”.
Dalam perjalanan menuju ke pegunungan , mereka tiba di suatu kampung yang mereka namakan “Padang Dirura” di mana wilayah itu kini tergolong kecamatan Alla’ kabupaten Enrekang. Mereka menghasilkan wilayah itu selaku pemukiman dan lewat musyawarah , diangkatlah Puang Tangdilino dengan Puang Buean Manik isterinya selaku Pemimpin (kepala pemukiman).
Beberapa waktu kemudian di saat Puang Tangdilino mendengar bahwa rekan-rekan mereka yang berlayar lewat sungai Karama di Sulawesi Tengah sudah tiba di kampung Kalambe’ kini disebut Rantepao , barulah Puang Tangdilino dengan Puang Buean Manik isterinya melanjutkan surveynya ke Tana Toraja dan tibalah di suatu pemukiman yang disebut “Tallung Penannian” (palipu’ , Tengan dan Marinding) yang artinya 3 golongan penduduk yang hidup sehati , sejiwa dan sepikir.
Puang Tangdilino suami-isteri kesengsem dengan kesatuan “Tallung Penanian” sehingga mereka mengadakan musyawarah yang didatangi oleh ketua rombongan dari Kalambe’ , Tallung Penanian maupun penduduk Padang Dirura untuk menghasilkan beberapa hukum dan mengangkat beberapa pemangku etika dan mulai di saat itu setiap ada program apapun bentuknya dalam lingkungan mereka mesti lewat musyawah pemangku etika dari masing-masing anak suku Toraja.
Suku Toraja , berisikan beberapa sub-suku , yaitu:
- Toraja Bare’e
- Toraja Tokea
- Toraja Rongkong
- Toraja Kolonedale
- Toraja Seko
- Toraja Galumpang
- Toraja Mamasa
- Toraja Duri
- Toraja Sa’dan
- Toraja Tae’
Toraja Tae’ dan Toraja Sa’dan lah yang selanjutnya mendiami kabupaten Tana Toraja hingga di saat ini.
Puang Tagdilino dengan Puang Buean Manik , tiba dari Enrekang pada malam hari menjinjing rangka bangunan rumahnya. Pada malam hari mereka beristirahat di suatu desa pegunungan. Pagi hari selanjutnya mereka melanjutkan perjalanan mereka ke Marinding.
Karena mereka sudah terlalu lelah , pintu mereka tertinggal di wilayah mereka bermalam. Mereka tiba di Banua Puan dan Puang Tangdilino menyaksikan wilayah itu baik. Lalu Puang Tangdilino memerintahkan pengikutnya mendirikan rumah dari kerangka bangunan yang dibawa.
Setelah dipasang , pintu rumah tidak ada. Barulah mereka sadar bahwa pintu rumahnya tertinggal di wilayah istirahat semalam. Puang Tangdilino kemudian memerintahkan pengikutnya kembali ke wilayah menginap untuk mengambil pintu rumah. Sesampai di wilayah menginap sebelumnya , ternyata pintu rumah yang dicari tidak ada sebab sudah dipasang di rumah orang sana.
Orang di sana menitip pesan terhadap orang suruhan Puang Tangdilino bahwa pintu rumahnya Puang sudah dipasang di rumah orang di sana , apakah Puang tega mencopot kembali pintu yang sudah dipasang?. Lalu Puang Tangdilino berkata , kalau begitu wilayah itu mesti dinamai “Ba’ba-ba’ba” dan itulah yang dipahami hingga hari ini.
Setelah rumah Puang Tangdilino simpulan dibangun , maka wilayah itu dinamai “Tongkonan Banua Puang” yang artinya rumah wilayah kerajaan pertama di Toraja. Karena di Marinding dilarang ada gelar Puang , maka diganti namanya menjadi “Banua Puan” dan itulah yang dipahami hingga hari ini. Bertahun-tahun lamanya Puang Tangdilino dan Puang Buean Manik tinggal di Tongkonan Banua Puan dan di sanalah mereka melahirkan 9 orang anak. Dari mereka lah meningkat keturunan-keturunan Toraja hingga kini.
Sumber:
pemuda-toraja-di-morowali-ptm

Seorang pakar sosial budaya yang aktif pada berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. Telah menempuh pendidikan di salah satu universitas swasta terbaik di Indonesia yang mengambil jurusan sosial budaya.