![]() |
Gmbr: ilustrasi Rumah Suku Bugis , sumber: portalbugis.com |
Rumah budbahasa suku Bugis sanggup di bedakan menurut status sosial orang yang menempatinya , beberapa di antaranya :
- Saoraja (Sallasa) mempunyai arti rumah besar yang di tempati oleh keturunan raja (kaum bangsawan) dan
- Bola yakni rumah yang di tempati oleh rakyat biasa.
Tipologi kedua rumah ini yakni sama-sama rumah panggung , lantainya memiliki jarak tertentu dengan tanah , bentuk denahnya sama yakni empat persegi panjang.
Perbedaannya yakni saoraja dalam ukuran yang lebih luas begitu pula dengan tiang penyangganya , atap berupa prisma selaku epilog bubungan yang lazim di sebut timpak laja yang bertingkattingkat antara tiga hingga lima sesuai dengan kedudukan penghuninya.
Rumah bugis sebenarnya tahan gempa dan banjir. Karena Rumah bugis yang sebenarnya menggunakan parelepang (fattoppo dan fadongko) yang tidak disambung. Karena struktur kayu yang tidak disambung sanggup meredam getaran hingga getaran yang frekuensinya tinggi. Namun kini mencari kayu yang sungguh panjang sangatlah susah , sehingga parelepang diganti dengan pattolo (ukurannya lebih kecil).
Jadi , kalau tinggal di tempat riskan gempa , Rumah bugis yakni penyelesaian yang sempurna agar rumah Anda tidak terporaporandakan gempa. Begitu juga dengan banjir , asal banjirnya tidak melampaui 2 meter dan pondasinya tidak mudah terbawa arus.
Rumah Bugis Tradisional merupakan teladan versi rumah Asia tenggara yakni rumah panggung dari kayu , yang atapnya berlereng dua dan kerangkanya berupa aksara ”H” berisikan tiang dan balok yang dirakit tanpa pasak atau paku , Tianglah yang menopang lantai dan atap sedangkan dinding cuma diikat pada tiang luar.
Karakteristik fisik itu , yang menghasilkan versi rumah itu mudah dibongkar atau malah dipindahkan merupakan salah satu aspek yang mengakibatkan pemukiman orang bugis kadang kala berpindah dan tidak terpusat pada suatu pemukiman permanen.
Rumah bugis memiliki keunikan tersendiri , ketimbang rumah panggung dari suku yang lain ( Sumatera dan Kalimantan ). Bentuknya lazimnya memanjang ke belakang , dengan tanbahan disamping bangunan utama dan bab depan (orang bugis menyebutnya lego lego)
Bagaimana sebenarnya arsitektur dari rumah panggung khas bugis ini? Berikut yakni bab bagiannya khususnya :
1. Alliri (Tiang)
Model rumah bugis pada awalnya cuma didedikasikan bagi kelompok bangsawan. Misalnya , cuma mereka yang boleh menggunakan tiang sisi empat atau sisi delapan , sedangkan orang biasa cuma boleh menggunakan tiang bundar. Tiang rumah (alliri) bertumpu di atas tanah dan berdiri hingga ke loteng serta menopang berat atap. Tetapi kini , kian banyak rumah besar yang tiangnya tidak di ditanam lagi , namun ditumpukan di atas pondasi batu. Biasanya berisikan 4 batang setiap barisnya. jumlahnya tergantung jumlah ruangan yang hendak dibuat. namun kebanyakan , berisikan 3 / 4 baris alliri. Kaprikornus totalnya ada 12
2. Awa Bola ( Kolong Rumah )
Awa bola merupakan kolong yang terletak pada bab bawah , yakni antara lantai dengan tanah. Kolong ini biasa pada zaman dahulu dipergunakan untuk menyimpan alat pertanian , alat berburu , alat untuk menangkap ikan dan hewanhewan peliharaan yang di pergunakan dalam pertanian.
3. Arateng dan Ware’ ( Penyangga Lantai dan Penyangga Loteng )
Pada setiap tiang dibentuk lubang sisi empat untuk menyisipkan balok pipih penyangga lantai (arateng) dan balok pipih penyangga loteng (ware’) , yang menghubungkan panjang rangka rumah. Dahulu , rumah yang tiangnya ditanam tidak menggunakan balok penyangga loteng , dan balok penyangga lantai tidak disisipkan pada tiang , namun diikat.
4. Ale Bola ( Badan Rumah )
Ale bola merupakan tubuh rumah yang berisikan lantai dan dinding yang terletak antara lantai dan loteng. Pada bab ini terdapat ruanganruangan yang dipergunakan dalam kesibukan seharihari menyerupai menerima tamu , tidur , bermusyawarah , dan banyak sekali aktifitas lainnya. Badan rumah tediri dari beberapa bab rumah seperti: Lotang risaliweng , Pada bab depan tubuh rumah di sebut yang berfungsi selaku ruang menerima tamu , ruang tidur tamu , tempat bermusyawarah , tempat menyimpan benih , tempat membaringkan jenazah sebelum dibawa ke pemakaman.
5. Posi’ Bola ( Pusat Rumah )
Rumah Bugis memiliki struktur dasar yang terdiri atas 3 kali 3 tiang (3 barisan tiang memanjang dan 3 baris melebar) berupa persegi empat dengan satu tiang ditiap sudutnya , dan pada setiap sisi terdapat satu tiang tengah , serta sempurna di tengah persilangan panjang dan lebar terdapat tiang yang disebut ”pusat rumah”(posi bola). Umumnya , rumah orang biasa terdiri atas empat tiang untuk panjang dan empat untuk lebar rumah.
6. Timpa’ Laja
Berbagai ciri khas juga disertakan pada rumahrumah kelompok aristokrat tinggi untuk memamerkan status sosial mereka. Ciri paling menonjol yakni jumlah bilah papan yang menyusun dinding bab wajah atap rumah (timpa’ laja’ , dari bahasa Melayu tebar layar): Dua lapis untuk tau deceng , Tiga untuk ana’cera’ , lima untuk ana’ ma’tola ,dan tujuh untuk penguasa kerajaankerajaan utama bugis ,luwu’ ,bone , wajo’ ,soppeng , dan sidenreng. Sementara itu , cuma golongan ana’ cera’ ke atas yang berhak menggunakan tangga yang naik membujur.
7. Addengeng (Tangga)
Sementara itu , cuma golongan ana’ cera’ ke atas yang berhak menggunakan tangga yang naik membujur. Dan cuma kelompok aristokrat tertinggi boleh menggunakan tangga berupa latar miring tanpa anak tangga , yang dibikin dari bilabila bambu yang , notabene , sungguh licin dan disebut sapana ( bahasa Sansekerta yang mungkin diadopsi melalui bahasa Melayu: Sopana ’tangga’).
8. Tamping
Pada sisi panjang (bagian samping tubuh rumah) lazimnya disertakan tamping , yakni semacam serambi memanjang yang lantainya sedikit lebih rendah , dengan atap tersendiri; pintu masuk bab depan berada di ujung depan tamping dan kalau ruang dapur tidak terpisah dapurnya berada di ujung di belakang tamping. Kalaupun ada komplemen lain , dengan rancangan lebih kompleks , bentuk sisi empat tetap jadi pola dasar.
9. Rakkeang ( Langit-langit )
Rakkeang , yakni bab diatas langit-langit(eternit). Dahulu lazimnya digunakan untuk menyimpan padi yang gres di panen.
10. Anjong
Selain selaku dekorasi rumah , anjong juga memiliki makna tertentu bagi orang bugis. Anjong merupakan salah satu ciri khas orang bugis , dimana pada rumah orang aristokrat memiliki lebih dari dua anjong. Sedangkan anjong pada rumah orang biasa tidak lebih dari dua.
Pada dasarnya , rumah tersebut memiliki atap (pangate’) dua latar dengan suatu bubungan lurus (alekke’) , yang berlawanan dengan bubungan lengkung yang terdapat pada rumah toraja , Batak , dan Minangkabau , serta pada rumah Jawa. Dindingnya (renring) yang dibikin dari materi ringan , sementara lantainya (salima) berjarak sekitar 2meter / kadangkadang lebih dari permukaan tanah dan kolong rumah (awa bola) lazimnya dibiarkan terbuka.
sumber:
oleh: Ahmad , KERUKUNAN KELUARGA BUGIS WAJO

Seorang pakar sosial budaya yang aktif pada berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. Telah menempuh pendidikan di salah satu universitas swasta terbaik di Indonesia yang mengambil jurusan sosial budaya.