Sejarah Dan Budaya: Puang Bullu Matua| To Matasak Xiv

Gambar Gravatar
Puang Bullu Matua yakni seorang pemberani yang sungguh sakti dan beken dengan Tengko Batu nya yang menjadi andalannya dalam menjaga diri dari serangan musuh. Puang Bullu Matua juga ialah nenek dari Puang Tarongko.
Puang Bullu Matua lahir dari ibu berjulukan Puang Tumba’ Kaise’ dari Tongkonan Batualu sangalla’ dan ayah berjulukan Puang Lanjang Dolo yang ialah anak dari Puang Galugu dari Tongkonan Layuk Kaero sangalla’ dan Puang Tumba’ Lanjang dari Tongkonan Layuk Tondon Makale.
Puang Bullu Matua tinggal di Tongkonan Layuk Pantan Makale dan pada ketika beliau kawin dengan Puang Tumba’ Bitti’ Langi’ , cucu dari Puang Palaga di Tarongko , maka beliau lebih banyak menetap di Tongkonan Layuk Tarongko Makale. Dari hasil perkawinannya dengan Puang Tumba’ Bitti’ Langi’ , mereka dikaruniai 3(tiga) orang anak yakni : Puang Bitti’ Langi’ , Puang Kana’ dan Puang Makaun Allo (gugur dalam perang saudara).
Puang Bitti’ Langi’( anak pertama) kawin dengan Puang Tumba’ Pakolean (cucu dari Puang Rambu Langi’ dari Tongkonan Layuk Pangi) dan melahirkan Puang Tiang Langi’ yang ialah nenek dari puang Tarongko.
Puang Tiang Langi’ juga menurunkan Puang Lando Rundun yang sungguh beken dengan kecantikannya dan mempunyai rambut yang sungguh panjang. Pada ketika beliau mandi di sungai sa’dan , beliau menyisir rambutnya dan sisa rambutnya dimasukkan kedalam kendi yang yang dibikin dari buah pohon bila ,tetapi kendi yang berisi rambut dengan panjang 7 depa , 7 hasta dan 7 jengkal tersebut hanyut dibawah air sun gai sa’dan dan didapatkan oleh Puang Tomasaju , Puang Endekan ke I atau Arung Buttu Endekan I , di konferensi sungai mata allo dan sungai sa’dan didaerah enrekang. Karna Puang Tomasaju ingin tau menyaksikan rambut panjang tersebut ,maka beliau menelusuri sungai sa’dan sehingga beliau hingga di makale dan berjumpa dengan Puang Lando Rundun. Setelah beliau kawin dengan Puang Lando rundun maka beliau menenteng Puang Lando Rundun ke kerajaan enrekang dan sesampainya disana Puang Lando Rundun umum diundang Puang Manggawari oleh penduduk enrekang.
Setelah mereka hidup berkeluarga di enrekang maka keduanya meninggal dan dikuburkan di pemakaman raja raja endekan yakni pekuburan Puang Buttu Endekan.
Dengan perkawinan ini maka terjalin kembali korelasi antara keluarga Tomanurung Puang Wallang Dilangi’ dan Tomanurung Puang Palipada di kerajaan enrekang dan keluarga kerajaan Tomanurung Puang Tamboro Langi di kawasan matari’ allo , lepongan bulan. 
Puang Bullu Matua sering mengalami persoalan dan tantangan dalam kehidupannya , salah satu diantaranya yakni terjadinya perkelahian dengan Puang Raya Sampin. Peristiwa perkelahian ini dimulai pada ketika Puang Raya Sampin menjalankan upacara watak Ma’bua’ Kasalle di tongkonan layuk Kaero , maka selaku tanda persaudaraan puang bullu matua menenteng babi besar yang bertaring untuk disumbangkan dalam pesta watak tersebut. Yang dipercayakan untuk mengirim babi besar tersebut yakni dua orang suruhannya yakni Tamba Koka dan Pasele. Namun dalam perjalanan menuju lokasi pesta watak itu yakni setelah mereka hingga di kawasan sekitar waisun , burake makale , maka kedua orang tersebut menukar babi besar tadi dengan babi betina kecil dengan maksud untuk mengadu domba puang bullu matua dengan puang raya sampin.
Pada waktu rombongan puang bullu matua memasuki arena upacara , maka sambil berjalan salah satu dari kedua orang tersebut menusuk pantat babi betina kecil tersebut sehingga meringis kesakitan dengan mengeluarkan bunyi yg sungguh keras. Suara babi tersebut menawan perhatian penduduk yg hadir dalam program tersebut , tergolong puang raya sampin dan keluarganya.
Karena dianggap selaku penghinaan lantaran menenteng babi betina kecil , maka kedatangan rombongan tersebut dibiarkan begitu saja dan tidak dihormati atau disambut sebagaimana mestinya . Juga tidak ada komentar to minaa (singgi ‘) atas kedatangan rombongan puang bullu matua , lantaran mereka merasa jengkel atas perlakuan tersebut.
Setelah program selesai maka kedua orang tersebut pulang kemakale untuk melaporkan hasil perjalanannya terhadap puang bullu matua. Pada ketika kedua orang tersebut akan melapor , puang bullu matua ketika itu sedang berada di tongkonan layuk tarongko dan berada dipinggir sungai bangun diatas watu cadas( watu papan) untuk menyaksikan kerbau belangnya yg sementara direndam di sungai. Setelah puang bullu menyaksikan kedatangan kedua orang tersebut , maka beliau eksklusif menanyakan bagaimana isi singgi’( komentar tomina) terhadap keikutsertaan kita dalam program pesta watak tersebut. Namun kedua orang itu menyampaikan bahwa singgi’ kita sungguh memalukan puang bullu dan kerabat saudaranya lantaran mencibir puang bullu dan kerabat saudaranya dengan singgi’ sbb: Tambakoka raka ia , pasele dengka tumati ,puang bullu tibullu porrokna , puang tandi pa tandi lalikan , puang pagunturan guntu’ dapo’ dll. Mendengar laporan tersebut maka puang bullu matua eksklusif murka dan menghentakkan kakinya(mentarassa) diatas watu cadas tempat beliau bangun , sehingga buah pohon enau (baluluk) dan buah kelapa yg ada disekitar lokasi tersebut berjatuhan dari pohonnya dan bekas hentakan kakinya berlobang . Lobang bekas hentakan kakinya membekas diatas watu cadas(batu papan) seumpama telapak kaki dan sanggup dilihat oleh generasi selanjutnya selaku saksi sejarah.
Setelah puang bullu matua kembali ke rumahnya , maka beliau memanggil kerabat saudaranya dan panglima perangnya untuk menyusun kekuatan untuk menyerang puang raya sampin selaku balas dendam atas penghinaan yg dilakukannya . 
Ada model lain yang menyampaikan bahwa perkelahian antara Puang Bullu Matua dan Puang Raya Sampin sebenarnya sudah ada sejak Puang Pabuaran Dolo yang ialah ayah dari Puang Raya Sampin dilantik menjadi Puang Tomatasak XII di kalindo bulanan di Kaero dan bukan Puang Lanjang Dolo , ayah dari Puang Bullu Matua yang ialah abang dari Puang Pabuaran Dolo. Makara urusan singgi’ cuma factor pemicu saja dalam perang kerabat ini , lantaran sebenarnya penyebab utamanya yakni kudeta .
Sebelum mengadakan serangan , Puang Bullu Matua mengirim mata mata untuk mengenali kekuatan pasukan puang raya sampin. Setelah mata mata itu kembali , beliau menceritrakan bahwa pasukan puang raya sampin sungguh mempunyai pengaruh dan sulit untuk dikalahkan lantaran beliau mempunyai pertahanan yang berlapis lapis dan kepala pasukan nya(to barani) yang berjulukan Kalumpini Rante , sungguh kebal dan tidak dapat ditembus oleh tombak dan bendo , lantaran mempunyai jimat jimat yg dililitkan dipinggangnya. Disamping itu pula kalumpini rante ini bisa melompat dari bubungan rumah ke bubungan rumah yg lain untuk menyerang musuh atau menghilang apabila beliau dalam kondisi bahaya. Bahkan beliau bisa melompat dari satu pohon ke pohon yang lain sambil menyerang musuh.
Mendengar laporan tersebut maka puang bullu matua merencanakan untuk membunuh kalumpini rante apalagi dahulu sebelum menyerang puang raya sampin dan pasukannya.
Maka disusunlah planning pembunuhan kalimpini rante dengan cara mencuri babi besar yg bertaring milik penduduk sangalla’ tergolong babi puang raya sampin yg dipelihara oleh masyarakatnya. Babi curian tersebut setelah dimasak(dipiong) maka kulit pa’piongnya dan taring(tora) babinya ditumpuk dirumpun bambu dibelakang rumah kalumpini rante. Tumpukan kulit pa’piong dan taring babi tersebut disembunyikan sedemikian rupa sehingga tidak dipahami oleh kalumpini rante. Hal ini dilaksanakan setiap malam sehingga babi babi besar milik penduduk dan puang raya sampin nyaris habis dan tumpukan kulit pa’piong dibelakang rumah kalumpini rante kian banyak. Karena saban hari penduduk senantiasa melaporkan kehilangan babinya , maka puang raya sampin mengutus pasukannya untuk mengadakan pengusutan dan menangkap pencurinya. Namun setelah diselidiki , ternyata kalumpini rante yang ditetapkan selaku pelaku pencurian , lantaran terbukti dirumpun bambu dibelakang rumahnya tertumpuk kulit pa’piong dan taring babi yang banyak sekali.
Mendengar gunjingan ini puang raya sampin menjadi sedih dan gundah lantaran jikalau kalumpini rante dibunuh maka mereka akan kehilangan tobarani yg ialah tulang punggung pasukannya , tetapi jikalau dibiarkan hidup maka babi babi besar milik penduduk akan habis dicuri. Setelah dirundingkan dengan tokoh tokoh watak maka dipastikan bahwa kalumpini rante mesti dibunuh untuk kepentingan penduduk yg sudah mulai resah.
Untuk membunuh kalumpini rante ,ternyata tidak ada seorang pun yang berani , lantaran disamping beliau kebal terhadap senjata tajam , beliau juga apabila dalam kondisi ancaman bisa dengan secepat kilat melarikan diri dan menghilang masuk hutan , sehingga sungguh berbahaya bagi setiap orang yang ingin membunuhnya.
Pada sebuah program rambu solo’ yang dilaksanakan oleh keluarga puang raya sampin , kebetulan ditengah tengah lokasi upacara berkembang pohon pinang yang sungguh besar dan sudah sungguh tinggi /tua sehingga sudah sulit untuk dipanjat.Kesempatan ini dimanfaatkan untuk membujuk kalumpini rante mudah-mudahan memanjat pinang ini dengan argumentasi tidak ada lagi orang lain yang berani memanjat pohon ini kecuali kalumpini rante.
Hal ini diterima baik oleh kalumpini rante selaku sanjungan untuk memamerkan kemampuannya didepan penduduk banyak. Sebelum memanjat pinang tersebut maka beliau dibujuk untuk melepaskan jimat jimatnya yg melingkar dipinggangnya dengan argumentasi agar tidak mengusik kecepatannya untuk memanjat pohon pinang tersebut. Hal ini sanggup diterima oleh kalumpini rante. Setelah beliau melepas jimat jimatnya , beliau mulai naik dengan secepat kilat dan mengambil buah pinang yang ada diatas. Kemudian dibagian bawah dari batang pohon pinang tersebut dipasang sura yakni bambu runcing yang sudah diberi racun.Setelah beliau turun menenteng pinang yg sudah didapat , maka beberapa tentara yg sudah disiapkan eksklusif menombak badan kalumpini rante sehingga beliau eksklusif jatuh diatas sura tersebut sehingga eksklusif meningggal ,karena jimat jimat yg menempel ditubuhnya sudah tidak ada lagi. Setelah kalumpini rante meninggal maka penduduk eksklusif bersorak sorai lantaran pencuri yg selama ini mencuri babi mereka sudah meninggal.
Mendengar tamat hidup kalumpini’ rante , maka puang bullu matua mengutus pasukannya untuk secepatnya menghentikan pencurian babi di sangngalla’ agar puang raya sampin yakin bahwa yg mencuri babi selama ini yakni kalumpini ‘ rante.
Setelah kalumpini’ rante meninggal maka puang bullu matua mulai menyusun taktik untuk menyerang puang raya sampin di tongkonan layuk kaero. Setelah antisipasi sudah dianggap cukup maka dimulailah perang melawan puang raya sampin sehingga pecahlah perang kerabat yang kedua di Tanah Toraja yang disebut Rari Tosangtaran Lolo ma’penduanna.
Serangan ini dijalankan dengan tiba-tiba dan sengaja dilaksanakan pada ketika puang raya sampin sementara menjalankan pesta watak perkawinan keluarganya di sangalla’.
Perang ini berjalan cukup usang , tetapi pada alhasil pasukan puang raya sampin sanggup dipukul mundur kedaerah sekitar tongkonan layuk kaero. Hal ini disebabkan lantaran puang raya sampin tidak menyiapkan perang untuk waktu yg cukup usang lantaran tidak mengenali ada musuh yang hendak menyerang mereka dengan tiba tiba. Disamping itu pula kalumpini’ rante yang sungguh ditakuti dan menjadi andalan/tulang punggung pasukan mereka sudah meninggal.
Dengan dikepungnya tongkonan layuk kaero dari segala arah maka untuk menghantam mundur pasukan puang bullu matua dan sekaligus melepaskan tongkonannya dari kepungan musuh , maka salah satu anak dari puang raya sampin turun eksklusif dibarisan depan untuk ikut bertempur memimpin pasukannya , tetapi beliau tewas dalam pertempuran tersebut.
Dengan tamat hidup anaknya maka puang raya sampin sungguh berduka dan eksklusif menghentikan pertempuran tersebut dan meninggalkan tongkonan layuk kaero menuju ke kawasan perbatasan toraja dengan palopo yakni kawasan sekitar palopo selatan. Dengan kepergian puang Raya Sampin tersebut maka Tongkonan Layuk Kaero eksklusif dibawah penguasaan puang Bullu Matua.
Namun demikian walaupun puang raya sampin kalah dalam pertempuran tersebut dan anaknya meninggal dalam pertempuran , tetapi beliau sudah bersumpah untuk sebuah ketika nanti akan mengadakan serangan respon ke makale hingga salah satu anak dari puang bullu matua terbunuh .
Untuk menyiapkan serangan respon tersebut maka puang raya sampin membentuk pasukan yg cukup besar didaerah perbatasan dan secara membisu diam juga mengkoordinir kembali sisa sisa pasukannya yg setia kepadanya di sangalla dan melengkapinya dengan perlengkapan perang. Persiapan ini cukup usang dan mengkonsumsi waktu bertahun tahun.
Setelah antisipasi perang sudah dianggap cukup maka dimulailah serangan respon ke makale. Karena puang bullu matua dianggap seorang yang sungguh sakti khususnya dengan tengko batunya , maka Serangan ini dijalankan secara membisu diam dan mencari waktu sempurna pada ketika puang bullu matua sementara menjalankan pesta watak rambu solo lantaran ada salah seorang keluarganya yang meninggal.
Karena pasukan puang bullu matua diserang dengan tiba tiba maka pada permulaan pertempuran ini sanggup dimenangkan oleh puang raya sampin sehingga pasukan puang bullu matua sanggup dipukul mundur hingga didaerah sekitar tongkonan layuk tarongko dan tongkonan ini nyaris saja direbut oleh pasukan puang raya sampin.
Namun dengan kesaktiannya bareng tengko batunya dan pengalaman yang lumayan banyak dalam pertempuran ,maka sambil bertahan puang bullu matua bareng dengan anak- anaknya dan saudara-saudaranya mulai mengkonsolidasikan seluruh pasukannya dan merekrut pasukan pemanis dari banyak sekali kampung , kemudian beliau menjalankan serangan respon , sehingga pasukan puang raya sampin sanggup dipukul mundur kembali hingga di kawasan lea /lion erat kampung turunan yakni kawasan perbatasan antara tondon makale dengan sangngalla’.
Pasukan puang raya sampin yang memperoleh pemanis pasukan dari sangngalla’ mulai bertahan di tempat ini sehingga terjadilah perang habis habisan yang memicu gugurnya ratusan tentara terbaik dari kedua belah pihak , tergolong salah satu anak dari puang bullu matua yakni puang Makaun Allo , gugur dalam pertempuran ini , lantaran beliau ikut memimpin pasukannya dalam serangan respon tersebut.
Mendengar gunjingan bahwa anaknya meninggal dalam pertempuran dan kepalanya tidak didapatkan lagi lantaran dibawa lari oleh pasukan musuh , maka puang bullu matua sungguh sedih dan murka besar sehingga beliau menetapkan untuk ikut eksklusif bertempur dibarisan depan . Hal ini memicu pasukan puang bullu matua bertambah semangat , tergolong penduduk makale yg tanpa diperintah ikut menyampaikan diri untuk maju ke medan perang bertempur habis habisan untuk membalas dendam atas tamat hidup puang makaun allo , sehingga puang raya sampin sanggup dikalahkan dan mengundurkan diri kembali ke sangalla’.
Untuk menyingkir dari terjadinya perang susulan yg mungkin terjadi dikemudian hari maka puang Mengkendek turun tangan selaku penengah dan memanggil kedua belah pihak untuk berdamai. Didalam obrolan perdamaian tersebut gres terungkap bahwa dalang dari perang kerabat ini yakni kedua orang tersebut yakni tamba koka dan pasele , lantaran puang bullu matua tidak pernah mengantarkan babi betina kecil dalam pesta watak ma’bua’ kasalle yang dilaksanakan oleh puang raya sampin. Begitu pula dengan singgi yang disampaikan dalam pesta watak tersebut tidak pernah hingga menjelek jelekkan puang bullu matua dan kerabat saudaranya , tetapi itu cuma hasil rekayasa dari kedua orang tersebut.
Agar perang kerabat ini tidak terulang lagi dikemudian hari , maka diadakanlah perdamaian antara kedua belah pihak dengan mengadakan tananan basse dan mengangkat sumpah keramat dengan menguburkan seekor kerbau jantan bertanduk tekken langi’. Kemudian disepakati bahwa mulai ketika itu perang dianggap selesai dan dihentikan lagi terjadi perang antara makale dan sangngalla’ dan barang siapa yg lebih dahulu menyerang akan memperoleh sanksi dari basse yang sudah ditetapkan. Dengan adanya basse ini maka tidak pernah lagi terjadi perang antara makale dan sangngalla’ lantaran takut terhadap basse yang sudah ditetapkan. Kemudian disepakati bahwa kedua orang yang menjadi biang keladi penyebab terjadinya perang kerabat tersebut mesti dieksekusi mati .
Sebagai tindak lanjut dari sanksi mati terhadap kedua orang tersebut , maka keduanya ditangkap dan kepalanya dipancung dipinggir jalan didepan Tongkonan puang Bullu Matua di Tongkonan Layuk Pantan makale yakni kawasan sekitar pinggir jalan raya menuju waisun burake makale.
Kepala dari kedua orang tersebut digantung dipinggir jalan dan kaki serta tangannya diiris potong dan dijadikan tongga’ pematang sawah (tana’ tampo uma ) dipinggir jalan tersebut , dengan maksud mudah-mudahan penduduk yang melalui disitu sanggup menyaksikan bahwa orang yang berbuat jahat akan dieksekusi setimpal dengan perbuatannya sehingga mereka tidak mengikuti perbuatan dari kedua orang tersebut.
Setelah program perdamaian selesai maka dilanjutkan dengan pesta pemakaman dari puang makaun allo , yang meninggal dalam perang tersebut di kawasan lea/lion , tondon makale. Acara pemakaman ini dilaksanakan secara besar besaran oleh puang bullu matua untuk mengenang anaknya yang sudah berkorban dalam pertempuran ini.
Kemudian pada dinding watu sebelah kanan dari tempat pelaksanaan pesta ini dibuatkan liang untuk tempat pemakaman jenasah dan diatasnya ditaruh patung ( tau tau) dari puang makaun allo yang kepalanya tidak ada(terpotong).
Kalau kita berjalan mengikuti jalan potong dari tondon makale menuju sangngalla’ , maka kita akan mendapati kampung lea/lion erat turunan sehingga kita sanggup menyaksikan patung (tau tau tanpa kepala) dari puang makaun allo pada dinding watu sebelah kanan di pinggir jalan tersebut.
Hal ini sengaja dibentuk mudah-mudahan setiap orang yang melewati disitu sanggup menyaksikan dan menjadi perayaan bahwa perang tidak ada keuntungannya dan cuma akan membuat korban dari kedua belah pihak , khususnya korban jiwa dan korban harta benda.
Pada masa tuanya dimana cucu-cucunya sudah mulai sampaumur , maka puang bullu matua membagi Kerajaan lepongan bulan menjadi 3(tiga) kerajaan diatas sebuah landasan Sumpah yang disebut Basse Tallu Lembangna yakni Basse Kakanna ( Makale ) , Basse Tangngana ( Sangngalla ) dan Basse Adinna ( Mengkendek ).
Demikianlah riwayat hidup singkat dari puang bullu matua selaku seorang pemberani yang sungguh sakti dan beken dengan tengko batunya , yang menjadi andalannya untuk menjaga diri dari serangan musuh.
Sumber:

http://puangbullumatua.blogspot.co.id/2014_08_01_archive.html
http://puangtarongko.blogspot.co.id/2015/06/riwayat-hidup-puang-bullu-matua_95.html

https://manukallodanga.wordpress.com
https://sultansinindonesieblog.wordpress.com
Untitled 3DAYAK

Seorang pakar sosial budaya yang aktif pada berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. Telah menempuh pendidikan di salah satu universitas swasta terbaik di Indonesia yang mengambil jurusan sosial budaya.

Pos terkait