Sejarah Dan Budaya: Lukisan Gua Prasejarah Di Sulawesi Tenggara

Gambar Gravatar
GuaLiangKobori2CSulawesiTenggara

Gua%2BLiang%2BKobori%252C%2BSulawesi%2BTenggara

Gua Liang Kobori , Sulawesi Tenggara
sumber : http://arcapentura.blogspot.co.id
Berdasarkan hasil observasi para arkeolog , gua dan ceruk (gua dangkal) yang didapati lukisan prasejarah di Pulau Muna berada di tempat Liabano , Kotobu. Diantaranya gua Kolumbo , La Kabori , Mentanduro , Gua Toko , dan wa Bose , sedangkan untuk ceruk-ceruknya yang mempunyai lukisan prasejarah yakni Ida Malangi , La Nasrofa , La Sabo , dan Tangga Ara.
Lukisan gua prasejarah yang terdapat di Pulau Muna (Sulawesi Tenggara) sudah banyak diteliti oleh E.A. Kosasih (1977). Dari sisi gaya lukisannya lazimnya berlainan dengan lukisan gua yang diketemuka di Sulawesi Selatan , utamanya dengan kompleks Maros. Cap jari tangan yang menjadi ciri khas lukisan gua di daerah Maros , tidak diketemukan di Pulau Muna. Dilihat dari gaya lukisannya , corak lukisan di Pulau Muda justru lebih bersahabat kemiripannya dengan gaya lukisan yang terdapat di Pulau Kei , di Papua , dan Seram.
Gaya Lukisan
Lukisan gua di Pulau Muna lazimnya mempunyai warna coklat mirip dibentuk dari tanah liat. Lukisa gua di Pulau Muna didominasi oleh lukisan insan yang digambarkan dalam banyak sekali perilaku misalnya penggambaran pertikaian dengan menggunakan sejata , memegang sejenis pedang , aktivitas perburuan , menari , mirip menaiki kuda dan bahkan ada yang mirip terbang. Penggambaran insan dilukiskan dengan pecahan anggota tubuh yang dibentangkan ke arah samping.
Selain itu juga ada lukisan yang berpola seumpama binatang mirip anjing , babi , buaya atau kadal , kuda , rusa , ular dan sebagainya. Pola matahari dan geometris juga didapatkan dan yang paling memukau yakni penggambaran bahtera yang mirip sedang dinaiki.
Pola%2Blain%2BLukisan%2BGua%2BSulawesi%2BTenggara
Pola lain Lukisan Gua Sulawesi Tenggara
sumber: wacana nusantara
Penggambaran Kehidupan
Kompleks lukisan gua prasejarah di Pulau Muna menjelaskan tingkat perbedaan signifikan dari lukisan gua di Sulawesi Selatan , tidak saja teknik penggambaran serta warna yang digunakan , tetapi juga terlihat dari pola yang lebih bermacam-macam dalam menggambarkan kehidupan mereka.
Di gua Metanduro misalnya , ada lukisan gua yang menggambarkan adegan berburu binatang yang ditemani dua ekor anjing. Pola lukisan ini juga diketemukan di Ceruk La Sabo , yakni adegan perburuan yang sedang membidik senjata ke sekelompok rusa yang tengah berlarian. Adegan perburuan menjelaskan penggunaan tombak selaku alat berburu dan aktivitas perburuan dengan ditemani atau menggunakan binatang peliharaan untuk menolong perburuan hewan.
Selain selaku pemburu , insan juga digambarkan sedang bertempur dengan menjinjing senjata dan perisai. Penggambaran serdadu juga diketemukan di Ceruk Tangga Ara meskipun pada beberapa bagiannya terlihat kurang sempurna.
Di Gua Kobori terdapat lukisan yang menjelaskan acara insan mirip sedang menari dan bahkan ada lukisan yang menggambarkan insan yang dapat melayang layaknya burung. Penggambaran insan burung bahkan terlihat mempunyai pola cakar pada pecahan tangan serta kakinya. Penggambaran menari mungkin masih berafiliasi dengan unsur-unsur profan dan mempunyai derajat kesakralan , yang berafiliasi dengan kesejahtraan hidup mereka. Penggambaran insan melayang (manusia burung) kelihatannya ditujukan terhadap unsur magis-religi selaku pecahan dari dogma mereka. Hal yang mempunyai nilai kesakralan juga di ketemukan di Gua We Bose. Di Gua ini terdapat lukisan yang berupa genital (kelamin perempuan) , lukisan ini mungkinmemiliki makna yang berafiliasi dengan kesuburan.
Penggambaran bentuk bahtera di beberapa gua yang ada di Pulau muna menjelaskan kalau bahtera itu sudah memperoleh pengaruh dari teknologi terbaru yang kelihatannya dikembangkan pada awal-awal masehia. Penggambaran bahtera di Gua Kobori dianggap spektakuler ditunjukan oleh bahtera dengan layar yang berupa persegi panjang dan pola yang hampir vertikal. Perahu itu digambarkan mempunyai dayung dan juga kemudi , di dalam bahtera itu bahkan digambarkan orang yang sedang naik; awak perahu. Pola unik yang lain didapatkan di Gua Toko , yang memperlihatkan bentuk pohon kelapa dan jagung.
Melihat bentuknya , pola bahtera digambarkans selaku bahtera niaga dan untuk mencari ikan. Lukisan gua yang lain yang berafiliasi dengan aktivitas sosial-ekonomi masyarakatnya yakni bentuk lukisan pohon kelapa dan jagung di Gua Toko mempunyai makna sosial-ekonomi yang erat keterkaitannya dengan mata pencaharian mereka. Gambar-gabrat itu juga menjelaskan mereka sudah mengenal metode pertanian dan tradisi bercocok tanam.
Penggambaran yang tertera dalam lukisan Gua di Sulawsi Tenggara ini minimal sanggup memberi kita citra ihwal kehidupan insan pada masa itu yang selain sudah mampuu “berkesenian” mereka juga bisa mengungkapkan simbol-simbol kehidupan mereka.
sumber:
WACANA NUSANTARA — 13 OCT , 2009
arcapentura.blogspot.co.id
Untitled 3DAYAK

Seorang pakar sosial budaya yang aktif pada berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. Telah menempuh pendidikan di salah satu universitas swasta terbaik di Indonesia yang mengambil jurusan sosial budaya.

Pos terkait