KEBUDAYAAN MANDAR
A. Letak Geografis
Wilayah Suku Mandar terletak di ujung utara Sulawesi Selatan , tepatnya di Sulawesi Selatan bab barat dengan letak geografis antara 100-300 lintang selatan dan antara 1’180-1’190 bujur timur. Luas kawasan Mandar merupakan 23.539 ,40 km2 , terurai dengan:
Luas Kabupaten Mamuju dan Mamuju Utara : 11.622 ,40 Km2
Luas Kabupaten Majene : 1.932 Km2
Luas Kabupaten Polewali Mamasa : 9.985 Km2
Dahulu batasan kawasan Mandar adalah:
Sebelah Utara dengan Lalombi , kawasan Sulawesi Tengah
Sebelah timur dengan kabupaten poso , kabupaten Lawu dan Kabupaten Tana Toraja
Sebelah selatan dengan Binanga Karaeng , kabupaten Pinrang
Sebelah barat dengan Selat Makasar
Menurut catatan sejarah , pada kurun ke-XV kawasan Mandar ini meliputi
Kerajaan Balanipa ,
Majeng ,
Pembauang dan
Cenrana di pantai utara Teluk Mandar , serta
wilayah di bab utara Selat Makassar
Kerajaan Balanipa ,
Majeng ,
Pembauang dan
Cenrana di pantai utara Teluk Mandar , serta
wilayah di bab utara Selat Makassar
Suku Mandar merupakan satu-satunya suku laut di Nusantara yang berhadapan pribadi dengan laut yang dalam.
B. Sistem Budaya
Status individu dalam suku Mandar berlainan dengan suku Bugis , di Mandar , perempuan tidak hanya mengorganisir rumah tangga , tetapi mereka juga aktif dalam mencari nafkah , mereka mempunyai prinsip hidup , yakni Sibalipari yang artinya sama-sama menderita (sependeritaan) misalnya: kalau laki-lakinya menangkap ikan , sehabis hingga di darat kiprah suami sudah dianggap simpulan , maka untuk solusi berikutnya merupakan kiprah istri , terserah apakah ikan tersebut akan dijual atau disantap , dikeringkan.
Di tempat Mandar beken dengan istilah: Sirindo-rondo , Siamasei , dan Sianuang pa’mai. Sirondo-rondoi tujuannya bermitra , dalam rumah tangga kedua suami istri bergotong royong dalam membina keluarga. Siamamasei , sianuang pa’mai (sayang mengasihi , kasih mengasihi , besar hati sama besar hati sulit sama susah).
C. Sistem Sosial
Masyarakat Mandar sungguh memperhatikan ketentuan watak dan tradisi yang sudah dijalani selama berabad-abad lamanya. Salah satu pola yang tetap bertahan hingga sekarang antara lain merupakan tata cara berbusana. Masyarakat Mandar sungguh membedakan pakaian untuk bawah umur , cukup umur dan orang bau tanah , begitu juga pakaian rakyat biasa dengan golongan darah biru akan berbeda.
Aspek sosial dunia laut khas Mandar sanggup diterangkan bagaimana ikatan emosional antara punggawa posasi (nakhoda perahu) dengan sawi-nya (anak-buah perahu) selaku teman kerja , bukan selaku tuan dan hamba. Peran punggawa pottana (pemilik modal) , pappalele (perantara pedagang ikan) , pande lopi (pembuat perahu) , hingga sando (dukun perahu) , menyerupai temali yang tak berputus.
Mencari hidup di laut merupakan pekerjaan yang paling dihormati , mereka tahu betul bagaimana mengikuti kondisi dengan pergantian di laut.
D. Kebudayaan Fisik
Bahasa
Mereka memakai bahasa yang disebut dengan Bahasa Mandar. Beberapa tempat di Mandar sudah memakai bahasa:
- Bahasa Bugis: di Polmas tempat Polewali
- Bahasa Mamasa: di Mamasa
- Bahasa Jawa: di Wonomulyo
Sistem Organisasi Sosial
Suku Mandar kebanyakan mengikuti kedua garis keturunan ayah dan ibu yakni bilateral. Keluarga batih terdiri atas ayah , ibu , dan anak-anak. Keluarga luas di Mandar beken dengan ungkapan Mesangana.
Pada masa kerajaan penduduk terbagi dalam dua stratifikasi , yakni lapisan penguasa dan lapisan yang dikuasai. Lambat laun pelapisan penduduk ini kian tipis dan tidak terlihat lagi dengan terang respon pembauran dalam bentuk perkawinan.
Struktur penduduk di tempat Mandar intinya sama dengan susunan penduduk di seluruh tempat di Sulawesi Selatan , yaitu:
- Golongan darah biru raja ,
- Golongan darah biru hadat atau pia ,
- Golongan tau maradeka yakni orang biasa ,
- Golongan budak atau batua.
3. Sistem Pengetahuan
Interaksi penduduk Mandar dengan lautan menciptakan pola wawasan yang berafiliasi dengan laut , yaitu: berlayar (paissangang asumombalang) , kelautan (paissangang aposasiang) , keperahuan (paissangang paalopiang) , dan kegaiban (paissangang). Pengejawantahan dari wawasan tersebut di antaranya adaah rumpon atau roppong dan Perahu Sandeq.
4. Sistem Teknologi
Perahu
Layar itu dapat mendorong Sandeq hingga berkecepatan 20 knot. , Perahu ini juga digunakan para nelayan untuk memasang perangkap (rumpon) pada animo ikan melayang bertelur (motangnga). Alat transportasi kelautannya tak seluruhnya sama. Ada yang memakai sandeq ada yang makai baago bahtera Mandar yang tak bercadik.
Sarung Mandar
Pada biasanya sarung Mandar warnanya suram , menyerupai hitam , merah bau tanah , dan coklat tua.
Alat – alat bikinan ,
berupa:
berupa:
Pertanian
Mengolah sagu
Mengolah kopra
Berburu
Perahu
Beternak
Menangkap Ikan
Tenun
Memasak
Mendirikan rumah
Menganyam
Pertukangan
Senjata:
Gayang (keris) ,
doe (tombak) ,
badiq (badik) ,
jambia (belati) ,
kanda wulo (parang panjang) ,
suppiq (sumpit) ,
panah.
Gayang (keris) ,
doe (tombak) ,
badiq (badik) ,
jambia (belati) ,
kanda wulo (parang panjang) ,
suppiq (sumpit) ,
panah.
Alat – alat upacara
Alat – alat transportasi.
5. Sistem Ekonomi
Mereka nyaris seluruhnya hidup selaku nelayan.
6. Sistem Religi
Umumnya suku Mandar merupakan penganut agama Islam yang setia , tetapi tidak lepas dari keyakinan menyerupai pemali , jimat , dan sesaji. Di tempat pedalaman di Pitu Ulunna Salu sebelum Islam masuk , religinya merupakan watak Mappurondo berpegang Pemali Appa Randanna , menyerupai ritual Mappasoro (menghanyutkan sesaji di sungai) atau Mattula bala’ (menyiapkan sesaji untuk menolak musibah) dan lain sebagainya.
7. Kesenian
Seni Sastra:
Prosa dan Puisi
Prosa dan Puisi
Seni Tari:
- Jenis tari tradisional:
- Sarwadang ,
- Kumabaq ,
- Cakkuriri ,
- Palappaq ,
- Losa – losa ,
- Sawawar ,
- Sore ,
- Dego.
Dewasa ini sudah timbul tari kreasi gres seperti:
- Tari Tomassengaq ,
- Tari Pahlawan ,
- Beruq-beruq to Kandemeng ,
- Tari Layang-layang ,
- Tengga-tenggang Lopi ,
- Parri-Parriqdiq ,
- Toaja
Seni Vokal dan Instrumental;
Seni vokal sanggup dipahami lewat lagu-lagu rakyat antara lain:
Seni vokal sanggup dipahami lewat lagu-lagu rakyat antara lain:
- Ayngang Peondo
- Ayangang Meqdaq
- Ayangan Toloq
- Ayangan
- Ayangang Nasauaq Dialangang
- Ayangang Buraq Sendana
- Ayangan Sayang-sayang
- Ayangan Tomenjari Luyung
- Andu-andu ruqdang , Kelloqmaq , Gayueq , Kanjilo
Seni Rias
Seni Rupa;
diukir dengan motif
diukir dengan motif
- huruf Arab ,
- motif naga dan tumbuh-tumbuhan ,
- motif garis , daun , bunga , sisi empat , bundar dan sisi tiga.
Catatan
- Penduduknya beragama Islam , tetapi masih dipengaruhi oleh tradisi-tradisi dinamisme sehingga masih mengadakan upacara sesajen.
- Mata penelusuran mereka merupakan melaut atau menjadi nelayan.
- Sistem korelasi suku Mandar kebanyakan mengikuti tata cara bilateral.
- Kesenian yang diunggulkan merupakan saeyang pattuqduq.
- Rumah watak Suku Mandar mesti menyanggupi syarat ekonomi , teknis dan kesehatan.
- Perkawinan berisikan 14 tahap.
- Bahasa yang digunakan penduduk Mandar disebut Bahasa Mandar.
Sumber:
Buku BAHAN AJAR BUDAYA NUSANTARA , Oktober 2011 , Dr. Woro Aryandini , SS , MSi dan tim
Buku BAHAN AJAR BUDAYA NUSANTARA , Oktober 2011 , Dr. Woro Aryandini , SS , MSi dan tim

Seorang pakar sosial budaya yang aktif pada berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. Telah menempuh pendidikan di salah satu universitas swasta terbaik di Indonesia yang mengambil jurusan sosial budaya.