Sejarah Dan Budaya: Kebudayaan Madura

Gambar Gravatar
Untitled 4
A. Letak Geografis dan Penduduknya

Untitled 4
Sumber: buku BAHAN AJAR BUDAYA NUSANTARA
oleh: WORO ARYANDINI DAN TIM

Pulau Madura terletak di timur bahari Pulau Jawa , kurang lebih 7 derajat sebelah timur katulistiwa di antara 112 derajat dan 114 derajat bujur timur. Pulau ini dipisahkan dari Pulau Jawa oleh Selat Madura ,

Bacaan Lainnya
Suku Madura berasal dari Pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya , menyerupai Gili Raja , Sapudi , Raas , dan Kangean. Selain itu , orang Madura banyak tinggal di bab timur Jawa Timur yang biasa disebut wilayah Tapal Kuda , yakni dari Pasuruan hingga utara Banyuwangi.
B. Sistem Budaya
Karena Pulau Madura gersang dan tidak subur , memunculkan mereka mesti bersusah payah untuk mencari mata pencaharian. Hal itu memunculkan mereka menjadi mempunyai budaya mudah tersinggung. Sifat yang menyerupai ini melahirkan tradisi carok pada penduduk Madura.
Bila tersinggung , mereka mempunyai suatu peribahasa lebbi anggun pote tollang , atembang pote mata. Artinya , lebih baik mati dibandingkan dengan malu.
C. Sistem Sosial
Anak perempuan yang sudah menikah tetap tinggal di pekarangan orangtuanya. Anak pria yang sudah menikah pindah ke pekarangan istri atau mertuanya. Tanean lanjang ini merefleksikan variasi uksorilokalitas dan matriloklitas. Rumah pertama yang merupakan rumah asal dengan demikian menjadi kawasan paling penting dari pekarangan. Rumah ini dihuni oleh para orang tua. Di rumah-rumah selanjutnya tinggal anak perempuan yang sudah menikah dengan suaminya menurut urutan umur. Jarang sekali anak perempuan yang lebih muda menikah lebih dulu dibandingkan dengan kerabat perempuannya yang lebih tua. Setelah orangtuanya meninggal , anak perempuan tertua akan mnempati rumah kediaman orangtuanya dan anak perempuan yang kedua menempati rumah kediaman kerabat perempuannya yang tertua. Menantu pria yang pertama , sekarang menjadi kepala tanean lanjang.
Walaupun tanean lanjang itu dihuni oleh satu atau lebih keluarga luas , keluarga-keluarga inti tetap merupakan kesatuan sosial terpenting. Setiap keluarga mengorganisir rumahtanganya sendiri dan menguasai sebidang lahan tertentu Tetapi di antara keluarga-keluarga inti dari suatu pekaranagn ini terdapat koordinasi yang erat. Para penghuni saling menolong dalam mengerjakan pekerjaan di lahan-ahan dan sering mempunyai ternak dan perlengkapan pertanian secara bersama. Para perempuan saling menolong dalam hal membeli , masak pun kadang dilaksanakan bareng dan secara terencana saling mengorganisir bawah umur mereka. Para penghuni dari satu tanean lanjang merupakan figurasi sosial paling penting di pedesaan sesudah keluarga inti.
D. Kebudayaan Fisik
1. Bahasa
Bahasanya berlainan dengan Bahasa Jawa , malah banyak kemiripannya dengan Bahasa Indonesia. Sebagai contoh , suatu peribahasanya: ’lebbi anggun pote tollang , atembang pote mata.’
lebbi = lebih
bagus = bagus
pote = putih
tollang = tulang
atembang = dibandingkan dengan , tinimbang (Bahasa Jawa)
mata = mata
2. Sistem Organisasi Sosial
Sebagian penduduk pedesaan hidup terpencar di pedalaman dalam rumah-rumah petani yang bergabung dalam kelompok-kelompok kecil. Di Madura bab timur , perumahan petani yang berkelompok menjadi satu disebut tanean lanjang , arti harfiahnya merupakan ’pekarangan panjang’. Di pekarangan terdapat rumah , dapur , sangkar , dan sering suatu langgar. Dapur dan sangkar diresmikan berhadapan dengan perumahan (’petani mesti sanggup memantau istri dan ternaknya’). Pada malam hari langgar digunakan untuk tidur anak pria yang sudah besar. Di pekarangan terdapat aneka macam macam tanaman untuk menyanggupi keperluan hidup: sayur-mayur , buah-buahan , bunga , rempah-rempah , tali-temali , minyak , kayu untuk bangkit , kayu bakar , tanaman kacang-kacangan , umbi-umbian , pohon kelapa , pohon pisang , pohon pepaya , siwalan dan memba (untuk materi obat-obatan). Setiap tanean lanjang mempunyai pintu resmi. Dianggap tidak sopan bagi orang luar jika masuk menggunakan jalan yang menyimpang. Setelah tamu mohon izin dari salah seorang penghuninya , ia diperbolehkan masuk di pekarangan.
3. Sistem Pengetahuan
Mereka memahami bahwa garam sanggup dibentuk dari air laut. Penangkapan ikan dengan skema dilaksanakan di kawasan yang dangkal di teluk.
4. Sistem Teknologi
Mereka mencari ikan dengan menggunakan skema , pukat , dan pancing. Pembuatan gula merah , dan menghasilkan tikar.
5. Sistem Ekonomi
Tanah di Madura kurang subur untuk dijadikan kawasan pertanian. Jagung dan singkong merupakan tanaman kebijaksanaan daya utama dalam pertanian subsistem di Madura. Ternak sapi juga merupakan bab penting ekonomi pertanian di pulau ini dan menampilkan pemasukan perhiasan bagi keluarga petani selain penting untuk acara karapan sapi. Perikanan kecil-kecilan juga terdapat , selain kebijaksanaan daya tembakau , dan penghasil garam. Selain itu juga menghasilkan gula siwalan , dan tikar
6. Sistem Religi
Mereka dipahami mempunyai tradisi Islam yang mempunyai efek , sekalipun kadang mengerjakan ritual Pethik Laut atau Rokat Tasse ( larung sesaji). Meskipun miskin Orang Madura berupaya menyisakan sedikit penghasilannya untuk ongkos naik haji.
7. Kesenian
Untitled 5
Sumber: buku BAHAN AJAR BUDAYA NUSANTARA
Qleh: WORO ARYANDINI DAN TIM
Salah satunya merupakan tradisi karapan sapi yang merupakan perlombaan pacuan sapi. Karapan sapi sudah ada sebelum periode XV Masehi.
Catatan
  • Suku Madura kondang kepribadiannya yang keras , yang diakibatkan oleh kondisi geografis kawasan mereka bermukim.
  • Perekonomiannya cuma memadai untuk keperluan pribadi.
  • Keseniannya yang unik merupakan Karapan Sapi.
Sumber : 
buku BAHAN AJAR BUDAYA NUSANTARA oleh: WORO ARYANDINI DAN TIM
Untitled 3DAYAK

Seorang pakar sosial budaya yang aktif pada berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. Telah menempuh pendidikan di salah satu universitas swasta terbaik di Indonesia yang mengambil jurusan sosial budaya.

Pos terkait