Gbr Kawasan Situs Biting , Sumber: jurnalindonesianews
Situs Biting Yang Sangat Berharga bagi Sejarah LumajangKabupaten Lumajang terletak 112’53’- 113’23’ BT 7’54’- 8’23’ LS. Nama Lumajang berasal dari kata Lamajang dari pengumpulan data-data tertulis yakni Prasasti Mula Malurung ,Naskah Negarakertagama , Kitab Pararaton , Kitab pujangga Manik , serat Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda.
Prasasti Mula Malurung didapatkan di Kediri tahun 1975 yang berangka tahun 1177 Saka atau 1255 Masehi Prasasti ini berupa Lempengan tembaga yang berisikan 12 lempeng , pada lempeng ke VII halaman a baris ke 1-3 menyebutkan ”Sira Nararyya Sminingrat , pinralista juru lamajang pinasangaken jagat palaku ngkaneng nagara lamajang” yang artinya bahwa Beliau Nararya Seminingrat yang diperkirakan Wisnuwardhana (Raja Singhasari) ditetapkan selaku Juru Lamajang diangkat menjadi Pelindung Dunia di Negara Lumajang.
Tim Peneliti Balai Peninggalan Cagar Budaya (BPCB) Trowulan meneliti situs Biting , sumber: news.detik.com
Prasasti ini juga menyebutkan bahwa pada tahun 1255 Paduka Sri Maharaja Seminingrat (Wisnuwardhana) menobatkan putranya Nararya Kirana untuk memimpin Lumajang. Berdasarkan etimologi rakyat Lumah artinya Rumah dan Jang dari kata Yang (Hyang) artinya Dewa , jadi Rumah Dewa yang disucikan , disamping itu nama Lumajang dikaitkan dengan sejenis nama tanaman yang berkembang di wilayah ini.
Pada tahun 1295 Arya Wiraraja mendapat penggalan sebelah timur dengan Lumajang selaku ibukotanya dan ia menetap di Lumajang.(Anonim , Babad Negara Kertagama). Dalam membangun ibu kota kerajaan yang gres ini Arya Wiraraja selaku seorang negarawan yang terlatih sudah menyiapkan letak ibu kota dengan baik. Pertama yang diseleksi yakni tempat dengan dilindungi benteng dari alam yakni dikelilingi sungai (Sungai Bondoyudo , Sungai Ploso dan sungai Winong) dan supaya lebih lengkap dibuat juga sungai produksi yakni sungai Cangkring. Demikian juga pertahanan benteng ibu kota dibangun dari watu bata sepanjang 10 km dengan ketebalan 6 meter dan tinggi 8 meter. Hal ini sanggup kita lihat di dusun Biting sekarang. Disamping itu Arya Wiraraja mepersiapkan daerah-daerah penyangga ibu kota menyerupai gerbang pertahan Pajarakan di Randu Agung dan tempat basis pertanian disebelah selatang yang subur dan termasuk daerahdaerah yang kini di wilayah kecamatan Sukodono , Kecamatan Lumajang dan Kecamatan Padang.
Pada tahun 1316 M Arya Wiraraja meninggal dan Patih Nambi pulang ke Lumajang. Ia kemudian difitnah oleh Mahapatih akan memberontak pada Majapahit. Raja Jayanegara berangkat ke Lumajang dan merebut benteng Pajarakan , Patih Nambi beserta sanak saudaranya mati terbunuh. Para pembesar Majapahit yang menjadi korban Perang Lamajangadalah : Pamandana , Mahisa Pawagal , Panji Anengah , Panji Samara , Panji Wiranagari ,jaran Bangkal , Jangkung , Teguh , Sami , Lasem dan Emban yang seluruhnya ialah Pengadean (pengikut) dari Raden Wijaya. Perang besar ini kemudian disebut Perang Lamajang. (Anonim , Babad Negara Kertagama).
Setelah Perang Lamajang tahun 1316 M ini kerajaan Lamajang mulai dibawah kekuasaan Majapahit dan diperkirakan Raja-raja Majapahit menempatkan keluarganya untuk memperistri keluarga dan keturunan Arya Wiraraja sehingga sanggup meredam tempat yang menjadi sumber pemberontakan tersebut. Dalam Negarakertagama karangan Mpu Prapanca , kota Lumajang banyak disinggung perjalanan keliling raja Hayam Wuruk pada tahun 1360 M untuk menjalankan upacara menghormati leluhurnya. Pada masa Majapahit final , Majapahit kemudian terbagi 2 yakni Majapahit barat dan Majapahit Timur yang kemudian membuat Perang Paregreg (1404 M-1428 M). Pada masa ini Lumajang juga memainkan peranannya yang penting selaku sentra Majapahit Timur dan pemberontakan Bhre Wirabhumi seorang putera Hayam Wuruk dari selir (anonim ,1957). Setelah Majapahait runtuh oleh demak pada tahun 1500-an , Lumajang memainkan peranannya selaku kerajaan yang tidak tunduk pada pemerintahan Demak dan Mataram. Baru pada tahun 1625-an dimana serangan ketiga kalinya Sultan Agung dari Mataram bisa menundukkan benteng Kutorenon dan aben kotanya sehingga benteng itu disebut Kutorenon (asal kata Madura dari ketonon yang artinya terbakar).
Situs Biting
Bagian dari Benteng di Situs Biting yang ialah Benteng Kerajaan Lamajang Tigang Juru (Nurul Arifin/Okezone)
Situs Biting dibawah administratif Dusun Biting , Desa Kutorenon Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang. Kata Biting berasal dari “Benteng” yakni bangunan pertahanan dari serangan musuh. Luas Dusun 135 hektar ialah dataran rendah yang dikelilingi 4 Sungai yakni sebelah Utara Sungai Bondoyudho , sebelah Timur Sungai Bodang/ Winong , sebelah selatan sungai Cangkring , dan sebelah Barat Sungai Ploso. Areal Situs yang sebagian besar ialah lahan pertanian padi dan tebu sebelah Timur dan Barat Laut , 25% areal pemukiman penduduk dan sebagian lagi areal peninggalan Situs Biting ialah sisa dari gundukan diperkirakan dinding benteng di tepian sungai yang mengelilingi situs.
Riwayat observasi Situs Biting pertama kali didapatkan oleh J. Mageman dikala menjalankan peninjaun 1861 , berikutnya dijalankan observasi oleh A. Muhlenfeld tahun 1920 dan tahun 1923 dijalankan penggalian percobaan. Oleh dinas purbakala Belanda dijalankan pemotretan tembok benteng sebelah selatan makam Menak Koncar.Tahun 1982 Kandepdikbud Kabupaten Lumajang melaporkan suasana Situs Biting. Maka dijalankan observasi lanjutan Balai Arkeologi Yogyakarta dengan ekskavasi 11 tahap dari tahun 1982-1991.
Sejarah Biting ini diperkirakan berafiliasi masa kekuasaan Arya Wiraraja dan Menak Koncar. Menurut kisah rakyat Arya Wiraraja (Banyak Wide) mempunyai 2 Putra yakni , Nambi yang diangkat Mahapatih di Majapahit , dan Arya Pinatih yang memerintah di kerajaan Gelgel Bali. Situs Biting yakni bangunan Benteng untuk menahan serangan musuh. Menak Koncar tokoh legendaris yang ialah penguasa di Lumajang yang sungguh berpengaruh. Diperkirakan kekuasaannya pada final masa kerajaan Majapahit( anonim , 1985). Daerah kekuasaan Menak Koncar tenar dengan istilah Lumajang Tigang Juru yang termasuk wilayah Lumajang , Panarukan dan Blambangan yang juga ialah bekas wilayah kekuasaan Arya Wiraraja.
Pada masa kekuasaan Islam dari kerajaan Mataram wilayah Lumajang Tigang Juru direbut. Daerah sebelah timur Lumajang dan Kuto Renong ditaklukan oleh Tumenggung Alap-Alap(anonim , 1941). Penyebutan Kuto Renong , Lumajang dan sekitarnya pada babad dan sumber-sumber berkisar kala 14-17 Masehi. Data penanggalan hasil survei dan ekskavasi berbentuk temuan fragmen keramik menyediakan kala 14-20 Masehi.
Serangkaian data tentang Situs Biting ini menyediakan bahwa Situs Biting ialah tempat penting. Masa kekuasaan Arya Wiraraja diperkirakan Biting selaku sentra pemerintahan , Secara logika apabila suatu wilayah dibentengi atau dilindungi oleh benteng pertahanan , maka wilayah tersebut ialah wilayah yang penting atau wilayah dimana penguasa dan keluarga serta tokoh-tokoh yang berdiam diri atau bertempat tinggal. Dan tokoh-tokoh ini mempunyai efek besar bagi penduduk kebanyakan dan kekuasaan Majapahit khususnya.
Arti Penting Situs Biting dan Sejarah Lumajang bagi Generasi Muda
Kabupaten Lumajang yakni suatu kota kecil pada masa pemerintahan kolonal belanda sampai Republik Indonesia. Menurunnya arti penting kota ini dikarenakan acara dan dinamika politik masa kemudian yang begitu tinggi dan kerap menjadi sentra pergola tempat (pemberontakan) yang bisa menghasilkan pemerintah sentra goyah. Kita menyaksikan Lumajang berperan penting mulai masa kerajaan Singhasari (tahun 1250-an) , masa Kerajaan Majapahit (1300-1500) , masa pemerintahan Demak dan Pajang (1500-1600) dan permulaan Kerajaan Mataram Islam. Arti penting tempat Lumajang ini mungkin alasannya yakni punya potensi ekonomi yang kaya sumber alam dan juga tempat para polotisi-politisi yang tidak mau tunduk pada hukum pusat. Hal ini sesuai dengan hasrat pendirian Luamajang oleh Arya Wiraraja selaku Kerajaan merdeka. Mungkin salah satu pertimbangan Pemerintah Kolonial Belanda tidak mau membuat Lumajang ini menjadi kota penting yakni alasannya yakni riwayat pemberontakan yang begitu panjang tersebut. Setelah menetapkan sejarah Lumajang menjadi kota yang hilang tersebut (Lumajang the Lost City) maka di masa Republik Indonesia , Kabupaten Lumajang menjadi kian kehilangan jati diri dan perkembangannya kalah oleh Kabupaten-kabupaten sekitarnya.
Nah , sejarah Lumajang mulai dirintis kembali. Penghancuran Situs Biting tidak cuma menjadi perhatian setempat namun juga nasional , ajaran Arya Wiraraja selaku pendiri Lumajang dan Majapahit Timur yang merdeka sudah mulai digali. Apakah penduduk mau membangun jati diri Lumajang yang serempak dimana kota ini pernah melahirkan pemikir dan tokoh nasional menyerupai Arya Wiraraja , Patih Nambi , Menak Koncar maupun Bhre Wirabhumi. Sekarang tinggal warga dan generasi muda Lumajang , apakah mau bangun dengan menyelamatkan sejarah kota dan jati dirinya atau membisu berpangku tangan sambil pasrah akan keterpurukan Lumajang yang tak terelakkan.
Oleh : Aries Purwantiny , SS. (Seksi Penelitian dan Pengembangan Masyarakat Peduli Peninggalan Majapahit Timur di Lumajang)
Seorang pakar sosial budaya yang aktif pada berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. Telah menempuh pendidikan di salah satu universitas swasta terbaik di Indonesia yang mengambil jurusan sosial budaya.