Sejarah Dan Budaya: Badong (Sebuah Tari Dan Nyaynyian Kedukaan Di Tana Toraja)

Gambar Gravatar
galampang.wordpress.com

BADONG (Sebuah Tari dan Nyaynyian Kedukaan di Tana Toraja)
Pengertian Badong
galampang.wordpress.com
Gmbr Ilustrasi Ma` Badong ,
Sumber : galampang.wordpress.com

Badong merupakan warisan kebudayaan yang sudah diwariskan bebuyutan oleh penduduk orisinil dan keturunan suku Toraja sejak berabad-abad yang lalu. Karena kekhasan , fungsi dan peranan , serta nilai kebudayaan untuk bantu-membantu mendoakan orang yang sudah meninggal menghasilkan ma’badong masih bertahan sampai kini , bahkan sering dilaksanakan.

Pelaksanaan upacara yang sakral ini tidak dinilai dengan analisa hemat atau menjadi materi kekayaan , tetapi upacara yang mengandung kekayaan yang tidak terhitung nilainya harganya , sehingga mesti tetap dilaksanakan dan dipedulikan oleh seluruh bangsa Indonesia , utamanya penduduk orisinil Tana Toraja.
Badong adalah suatu tarian dan nyanyian kedukaan berisi syair dukacita yang diadakan di upacara (pesta) kematian di Tana Toraja , Sulawesi Selatan. Tarian Badong dijalankan secara berkelompok oleh lelaki dan perempuan setengah baya atau bau tanah dengan cara membentuk bulat besar dan bergerak.
Ma’ memiliki arti ‘melakukan’ dan pa’ memiliki arti pelaku , sehingga ma’badong memiliki arti melaksanakan tarian dan nyanyian badong , dan pa’badong memiliki arti penari badong.
Deskripsi Badong

victorsumua.blogspot.com
Gmbr Ilustrasi Ma` Badong di Toraja Rambu Solo`
Sumber : victorsumua.blogspot.com

Badong dijalankan di setiap upacara kematian di Tana Toraja , dan dijalankan di tanah lapang atau pelataran yang cukup luas , yakni di tengah-tengah lantang (rumah budpekerti yang cuma dibikin untuk sekali pakai pada dikala program pesta kematian.

Bacaan Lainnya
Pa’badong memakai baju seragam , biasanya hitam-hitam dan memakai sarung hitam atau memakai busana budpekerti toraja. Jumlah penari sanggup meraih puluhan sampai ratusan orang , sehingga lelaki memakai seragam yang berlainan dengan para penari wanita. Terkadang para lelaki dan perempuan juga mengenakan busana budpekerti Toraja. Tetapi , alasannya merupakan badong juga terbuka untuk orang yang ingin ikut menari , jadi tamu upacara kematian yang ingin ikut ma’badong diperbolehkan berpakaian bebas.
Pada dikala ma’badong , semua anggota tubuh pada pa’badong juga bergerak , menyerupai menggerakkan kepala ke depan dan ke belakang , pundak maju-mundur dan ke kiri-ke kanan , kedua lengan diayunkan bersamaan ke depan dan belakang , tangan saling bergandengan kemudian cuma dengan jari kelingking , kaki disepakkan ke depan dan belakang secara bergantian.
Lingkaran besar yang diciptakan pada dikala ma’badong dalam beberapa dikala dipersempit dengan cara para pa’badong maju , kemudian mundur kembali dan pemperluas bulat dan saling berputar dan berganti posisi , tetapi tidak bertukar pa’badong lain yang di segi kanan atau kirinya.
Suara yang mengiringi tarian badong merupakan nyanyian para pa’badong , tanpa iringan bunyi musik. Nyanyian yang dinyanyikan merupakan lagu dalam bahasa Toraja , yang berupa syair (Kadong Badong) dongeng riwayat hidup dan perjalanan kehidupan orang yang meninggal dunia , mulai dari lahir sampai meninggal. Selain syair wacana riwayat hidup , badong pada dikala upacara kematian juga berisi doa , biar arwah orang yang meninggal dapat diterima di alam baka.
Pada biasanya , ma’badong berjalan selama tiga hari tiga malam , alasannya merupakan pada umumya upacara kematian di Toraja berjalan selama itu , tetapi tidak dijalankan sepanjang hari. Pada upacara kematian yang berjalan selama lima hari dan tujuh hari , ma’badong dilangsungkan dengan waktu yang berlainan pula , sesuai dengan impian pa’badong dan kontrak keluarga.
Pelaksaan upacara kematian di Tana Toraja cuma dijalankan oleh keturunan raja dan aristokrat , serta keluarga dengan status sosial yang tinggi , yakni mereka yang memiliki banyak harta kekayaan. Hal inilah yang memicu badong cuma dijalankan oleh golongan penduduk yang kaya , meskipun dalam kenyataannya mereka selaku penyelenggara , penari badong sendiri merupakan keluarga dan penduduk lazim yang dengan sukarela ingin mendoakan orang yang meninggal pada dikala itu.
Penari badong biasanya merupakan penduduk orisinil Tana Toraja yang sudah usang berdomisili di Toraja dan sudah mengenal besar lengan berkuasa kebudayaan Tana Toraja , sampai mereka tidak mengalami kesusahan dalam menyanyikan syair ini. Selain itu , alasannya merupakan upacara kematian masih sering diadakan , penduduk Tana Toraja tidak canggung dan sanggup ma’badong dengan baik dan lancar.
Selain ma’badong , biasanya di upacara kematian Tana Toraja juga ada tari ma’gellu (tarian tradisional Tana Toraja) , pengenalan keluarga yang berduka cita , pengenalan kerbau bonga (belang) dan kerbau biasa yang disembelih , mapasilaga tedong (beradu kerbau , yang nantinya akan disembelih selaku pengirim arwah orang yang meninggal menuju surga) , pengarakan peti menuju wilayah yang ditawarkan , penaburan duit logam untuk diperebutkan oleh tamu upacara , dan pembakaran kerbau dan babi sembelihan yang nantinya akan dibagi terhadap keluarga , tamu , dan penduduk lazim , dan ritual-ritual lainnya.
Tata Cara Pelaksanaan Badong
Sebelum upacara diadakan , yakni pada dikala antisipasi upacara , para anggota keluarga yang berduka cita menegaskan siapa pun yang hendak menjadi pa’badong untuk upacara kematian , yakni keluarga , sanak kerabat , rekan , tetangga , dan orang lain.
Hingga pada dikala upacara kematian berjalan , orang-orang yang sudah diputuskan sebelumnya menuju wilayah yang sudah diputuskan , pada dikala yang sudah diputuskan pula.
Para pa’badong bangkit dan saling menanti kawan yang lain berada di posisi masing-masing , kemudian pemimpin badong (pemberi isyarat yang diseleksi dari pa’badong-pa’badong) menampilkan isyarat untuk mengawali tarian mereka.
Pada permulaan ma’badong , para pa’badong menyanyikan empat badong secara berturut-turut sesuai dengan fungsinya , yakni badong pesan yang tersirat , badong ratapan , badong berarak , dan badong selamat (berkat). Setelah itu , dilanjutkan oleh para pa’badong yang sudah mempersiapkan doa dan nyanyian riwayat hidup yang sudah dipersiapkan. Jika datang waktu yang sudah diputuskan , tetapi syair badong , doa , dan nyanyian riwayat hidup belum simpulan , para pa’badong akan berhenti secara bersamaan dan mereka kembali ke lantang (rumah papan dan kayu yang digunakan cuma untuk upacara) untuk beristirahat , sampai pada waktu yang mereka rencanakan bareng , mereka akan ma’badong lagi.
Cara ini berjalan sampai tarian dan nyanyian pa’badong simpulan dan upacara kematian juga selesai.
Formula Badong
Banyak hal yang sudah menjadi kewajiban selaku tata baku dalam upacara badong. Di antaranya merupakan selaku berikut :
  • Untuk membentuk bulat selaku nyanyian doa , penari badong paling sedikit mesti berjumlah lima orang.
  • Syair lagu badong merupakan syair yang sudah terorganisir sesuai dengan keempat fungsi disertakan dengan riwayat hidup orang yang meninggal dunia.
  • Badong dilaksanakan di upacara pemakaman di lapangan terbuka yang dikelilingi lantang (rumah adat).
  • Badong dilaksanakan oleh lelaki dan perempuan dewasa.
  • Badong cuma dijalankan di upacara kematian dan bersifat sakral , bukan untuk permainan sehingga tidak akan dijalankan di upacara yang lain.
  • Rangkaian gerakan badong berupa gerakan kepala , pundak , tangan , dan kaki , serta perputarannya tidak mengalami pergeseran dan kombinasi , tetapi berupa sistem yang masih sama dengan yang diwariskan turun-temurun.
Fungsi Badong
Fungsi Badong merupakan dibagi dalam empat belahan , yaitu 
  1. badong pa’ pakilala (badong nasihat) , 
  2. badong umbating (badong ratapan) , 
  3. badong ma’ palao (badong berarak) , dan 
  4. badong pasakke (badong selamat atau berkat).
Badong pa’ pakilala
  • E..! Umbamira sangtondokta ?
  • To mai sangbanuanta ?
  • Sangti’ doan tarampakta ?
  • Ke de’ ko anta umbanting !
  • Rapana ta’ rio-rio ,
  • Tatannun rosso maa.
  • Tang marandenkoka iko ?
  • Tae’ko dallo riomu ?
  • Lako te datu masallo’ ?
  • Ambe’ perangikan mati’ ,
  • Ambe’ tanding talingakan ,
  • Angki lolloan batingki.
  • Ke umpokadaki’ bating ,
  • Untannun mario-rio ;
  • Da’ tabarrugai bating ,
  • Da’ talalan peninggoi.
  • Umbating tengki’ siada’ ,
  • Rintin sipakilalaki’ ;
  • Tae’ki’ lindona senga’ ,
  • Rampo ma’kekeran bassi.
  • Da’ anta lambi bating ru’seng ,’
  • Tu rintin pa’ealian ;
  • Anta masakke mairi’ ,
  • Madariding sola nasang.
Badong umbating
  • Tonna masaki ulunna ,
  • Tiku ramman beluakna ;
  • Nenne’ samandu-mandunna ,
  • Kerangan umbongi-bongi.
  • Samari terlihat sarrona ,
  • Te upu’ pekaindo’na ;
  • Ka’tu angin dipudukna ,
  • Ronta’ tondon to batanga.
  • Sokan sokannamo ia ,
  • Te dao nene’ mendeatanta ;
  • Sola to dolo kapuanganta ,
  • Unnamboran tinaranna.
  • Namboran salarika ,
  • Nasio’ tang tongan dika ;
  • Dengka tau tang nabasa ,
  • Tang nalulun baratai ?
  • La ditulakraka langi’ ,
  • La dimnangairika ? ;
  • Sokan2 ia Nene’ ,
  • Tang ma’ga’ta’ to dolota.
  • Ke napapatui lenki’ ,
  • Ke nasanda simisa’ki’ ;
  • Sanda’2 dilempangan ,
  • Pangkun dipentilendungan.
  • Tallang turanannaki’ Puang ,
  • Awo’ bela’-belaranna ;
  • Aur tebas-tebasannya ;
  • Ke disaile sulei ,
  • La dibandika menasan.
  • Inde dao to tungara ,
  • Rintin to mennulu sau’ ;
  • Umpolo bintanna Sali ,
  • Sirundu’ karasan tanga.
  • Malemi situru’ gaun ,
  • Sikaloli’ rambu ruaja ;
  • Naempa-empa salebu’ ,
  • Sau’ tondok Pong Lalondong.
  • Unnola tossoan Adang ,
  • Panta’daran Tau bunga’ ;
  • Dadi deatami lolo’ ,
  • Kombongmi to palullungan.
  • La umbengki’ tua’ sanda ,
  • Paraja sanda’ mairi’ ;
  • Anta masakke mairi’ ,
  • Madarinding sola nasang.
Badong ma’palao
  • Tiromi tu tau tongan ,
  • Tu to natampa puangna ;
  • Tae’ sanglindo susinna ,
  • Sanginto’ rupa-rupanna.
  • Pada ditampa bintun tasak ;
  • Pada dikombang bunga’ lalan ;
  • Sumbang bulan naesungi ,
  • Kurapak allo natadongkonni.
  • Mallulun padang naola ,
  • Umpamampu’ padang2 ;
  • Buda kinallo lalanna ,
  • Dikki’ barra’ karunna.
  • Malemi naturu’ gaun ,
  • Naempa-empa salebu’ ;
  • Sau’ tondok Pong Lalondong.
  • Ilo’ bambana makkun.
  • La sangtondok to dolona ,
  • Sangisungan to menggaraganna ;
  • Ia nasang mintu’ tau ,
  • Mairi’ sangtolinoan.
Badong passakke
  • Sampa’ batingkira tondo ,
  • Pango’tonan marioki ;
  • Napokinallo ilalan ,
  • Sau’ rumombena langi’.
  • Sau’ tondok Pong Lalondong ,
  • Ilo’ tondok to Mario ;
  • Ganna’ sampin pebalunna ,
  • Sukku’ todeng tunuanna.
  • Nariamo tangkean suru’ ,
  • Nasaladan kada rapa’ ;
  • Anta masakke mairi’ ,
  • Madarinding sola nasang.

pengertian dalam bahasa indonesia kurang lebih selaku berikut:
Badong pa’ pakilala (Badong nasihat)
  • Hai..! Di manakah orang sekampung kita ?
  • Yaitu tetangga kita ?
  • Rumpun keluarga kita ?
  • Ayo! Berdirilah kemudian kita menuangkan kesedihan kita
  • Saya melongo dengan sungguh sedih
  • Mari kita menguraikan kesedihan hati.
  • Tidakkah engaku berduka ?
  • Tidakkah kesedihan di hatimu?
  • Kepada raja yang budiman ini ?
  • Bapa dengarkanlah kami.
  • Ya bapa miringkanlah telinga.
  • supaya kami bisa menyodorkan syair kesedihan kami
  • Kalau kita hendak menyampaikan kesedihan ,
  • janganlah kita perolokkan kesedihan ,
  • jangan kita buat menyerupai permainan.
  • Kalau kita bersedih saling memperingati :
  • Kita bukanlah orang lain ,
  • Tiba untuk mengkonsumsi besi (berduka)
  • Jangan kita sebut bersedih itu salah ,
  • Mengungkapkan ragam pertentangan
  • Supaya kita selamat sekalian
  • Bersentosa semuanya.
Badong umbating (Badong ratapan)
  • Pada waktu kepalanya sakit ,
  • Semua rambutnya merasakannya ;
  • Makin keras sekerasnya ,
  • Bertambah dari malam ke malam.
  • Hanya sedih keluh penghabisannya ,
  • Sehabis ratapan mengundang ibunya ;
  • Putuslah angin pada mulutnya (artinya mati);
  • Habislah jiwa pada badannya (artinya mati)
  • Sayang sioh sayang beliau ,
  • Yang di atas nenek leluhur kita ;
  • Bersama pertuanan kita ,
  • Mengamburkan sumpitannya.
  • Dihamburkan salakah ,
  • Diukur tidakkah benar;
  • Adakah orang yang yang tak dikena ,
  • Yang tidak disapu ratakan ?
  • Akan ditantangkah langit ke atas ,
  • Akan ditaruhkan kayu pilar?
  • Sayang sioh sayang ia Nenek ,
  • Leluhur kita tidak adil.
  • Kalau ditunjukkan terhadap kita ,
  • Kalau dikenakan pada kita masing-masing;
  • Tak akan sanggup dielakkan ,
  • Tak sanggup dilindungi.
  • Seakan kita ini pohon bambu tebangan Tuhan ,
  • Kalau kita menoloh kembali ,
  • Kita tidak akan menenteng penyesalan.
  • Ini di atas orang melentang ,
  • Yang berbaring arah ke selatan ;
  • Melintasi ikatan papan lantai ,
  • Mengikuti balak tengah rumah.
  • Sudah pergi bareng dengan embun ,
  • Bersama dengan asap bara api ;
  • Diikut-ikuti oleh awan ,
  • Ke selatan negeri tuhannya jiwa di negeri jiwa
  • Mengikuti jejak Adam ,
  • Mengikuti insan pertama ;
  • Sudah menjadi berhala di sana ,
  • Sudah menjadi pelindung.
  • Akan menampilkan kita berkat yang cukup.
  • Keselamatan masing2 sekalian ;
  • Supaya kita selamat sekalian ,
  • Semuanya bersentosa.
Badong ma’palao (Badong berarak)
  • Lihat orang yang sebenarnya ,
  • Orang yang ditempa oleh ilahnya ;
  • Sepertinya tidak sepadan ,
  • Yang setara dengan keadaannya.
  • Bersamaan ditempa dengan bintang gemerlap.
  • Bersamaan dibikin dengan bunga’ lalan (nama bintang)
  • Bulan purnama yang didudukinya ,
  • Sinar matahari yang ditempatinya.
  • Padang berlumpur dilewati olehnya ,
  • Menganguskan rerumputan ;
  • Banyak perbekalan di jalannya ,
  • Berasnya melimpah pada waktu sore.
  • Telah berangkat disertai embun ,
  • Diikuti awan-awan ;
  • Ke selatan negeri Pong Lalondong.
  • Di sana kotanya yang tetap.
  • Akan senegeri dengan nenek moyangnya ,
  • Sekedudukan dengan yang menenpanya ;
  • Semua yang berwujud insan ,
  • Dengan insan di bumi.
Badong passakke (Badong selamat = berkat)
  • Begitulah uraian kesedihan kau ,
  • Penjelasan kesedihan kami ,
  • Menjadi bekal perjalannya ,
  • Keselatan ujung2nya langit.
  • Ke selatan negeri tuhannya jiwa.
  • Di sana negeri orang yang bersedih ;
  • Cukup dengan kain pembungkusnya ,
  • Genap kerbau bantaiannya.
  • Sudahlah ditatang dengan tangkean suru ,
  • Telah dipelihara dengan kata sepakat.
  • Supaya kita semua selamat ,
  • Kita sekalian bersentosa
  • Beberapa foto ma’badong
para lelaki cukup umur ma’badong dengan seragam baju putih dan sarung hitam , sedangkan di samping mereka ada barisan keluarga dan tamu murung melalui lantang (rumah budpekerti untuk upacara).
Pa’badong sedang melaksanakan upacara ma’badong , dan ada seorang pemimpin yang mengenakan busana berbeda.
Penari dan pemusik ba’gellu mengiringi upacara-upacara budpekerti di Tana Toraja , salah satunya di upacara kematian.
Setiap upacara kematian , ma’silaga tedong juga dijalankan sebelum atau sesudah ma’badong.
Sumber:
tulisananakkos.wordpress.com
DAFTAR PUSTAKA
L. Pakan , Badong Njanjian Kedukaan di Tana Toradja di Kabupaten Tana Toradja , [i.t][t.p][t.th] , Dari Majalah Bahasa dan Budaya ,
Danandjaja , James , Folklor Indonesia , Pustaka Utama Grafiti , Jakarta , 1994.
Pudentia , MPSS Metodologi Kajian Tradisi Sastra Lisan , Asosiasi Tradisi Lisan (ALT) , 2008.
http://kfk.kompas.com/sfkphotos/2009/02/27/tarian-mabadong-5293
http://wapedia.mobi/id/Ma%27badong
http://bimbinganmu.blogspot.com/2008/03/mabadong.html
http://students.ukdw.ac.id/23050034/kesenian.htm
Untitled 3DAYAK

Seorang pakar sosial budaya yang aktif pada berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. Telah menempuh pendidikan di salah satu universitas swasta terbaik di Indonesia yang mengambil jurusan sosial budaya.

Pos terkait