Sejarah Dan Budaya: Anusapati

Gambar Gravatar
Candi Kidal A.JPG
Candi Kidal A
Candi Kidal di Tumpang ,
Malang , Jawa Timur
merupakan kawasan Pemujaan
Raja Anusapati
Bhatara Anusapati yakni raja kedua Kerajaan Tumapel (atau lalu tenar dengan nama Singhasari) , yang memerintah pada tahun 1227 – 1248 (versi Nagarakretagama) , atau 1247 – 1249 (versi Pararaton).
Versi Pararaton
Menurut Pararaton , Anusapati yakni putra pasangan Tunggul Ametung dan Ken Dedes. Ayahnya dibunuh oleh Ken Arok sewaktu dirinya masih berada dalam kandungan. Ken Arok lalu menikahi Ken Dedes dan mengambil alih jabatan Tunggul Ametung selaku akuwu Tumapel. Kemudian pada tahun 1222 Ken Arok menginformasikan berdirinya Kerajaan Tumapel. Ia bahkan sukses meruntuhkan Kerajaan Kadiri di bawah pemerintahan Kertajaya.
Anusapati yang sudah berkembang cukup umur merasa kurang disayangi oleh Ken Arok dibanding saudara-saudaranya yang lain. Setelah mendesak ibunya (Ken Dedes) , karenanya ia pun mengenali bahwa gotong royong ia ialah anak kandung Tunggul Ametung yang mati dibunuh Ken Arok.
Anusapati juga sukses mendapat keris bikinan Mpu Gandring yang dahulu digunakan Ken Arok untuk membunuh ayahnya. Dengan menggunakan keris itu , pembantu Anusapati yang berasal dari Desa Batil sukses membunuh Ken Arok di saat sedang makan malam , pada tahun saka 1168 (tahun 1247 M). Anusapati ganti membunuh pembantunya tersebut untuk menetralisir jejak. Kepada siapa pun ia menginformasikan bahwa pembantunya sudah abnormal dan mengamuk sampai menewaskan raja.
Sepeninggal Ken Arok , Anusapati naik takhta pada tahun saka 1170 (tahun 1248 M). Pemerintahannya dilanda kekalutan alasannya yakni kalut akan bahaya balas dendam bawah umur Ken Arok. Puri kawasan tinggal Anusapati pun diberi penjagaan ketat , bahkan dikelilingi oleh parit dalam.
Meskipun demikian , Tohjaya putra Ken Arok dari selir berjulukan Ken Umang tidak kelemahan akal. Suatu hari ia mengajak Anusapati keluar mengadu ayam. Anusapati menurut tanpa curiga alasannya yakni hal itu memang menjadi kegemarannya. Saat Anusapati asyik melihat ayam bertarung , tiba-tiba Tohjaya menusuknya dengan menggunakan keris Mpu Gandring. Anusapati pun tewas seketika. Peristiwa itu terjadi pada tahun saka 1171 (tahun 1249 M).
Sepeninggal Anusapati , Tohjaya naik takhta. Namun pemerintahannya cuma berjalan singkat alasannya yakni ia lalu tewas pada tahun saka 1172 (tahun 1250 M) akhir pemberontakan Ranggawuni putra Anusapati.[1]
Versi Nagarakretagama
Menurut Nagarakretagama , Anusapati yakni putra dari Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra , yakni nama pendiri Kerajaan Tumapel. Dengan kata lain , ia yakni putra Ken Arok , alasannya yakni Nagarakretagama tidak pernah menyebut adanya tokoh Tunggul Ametung.
Dikisahkan pula bahwa Bhatara Anusapati memerintah sejak tahun 1227 mengambil alih ayahnya. Pemerintahannya berjalan tenang. Seluruh tanah Jawa kondusif dan tunduk kepadanya. Anusapati karenanya meninggal tahun 1248 dan digantikan putranya yang berjulukan Wisnuwardhana (alias Ranggawuni). Untuk menghormati arwah Anusapati diresmikan candi di Kidal , di mana ia dipuja selaku Siwa.
Misteri Kematian Anusapati
Nama Anusapati cuma terdapat dalam Pararaton dan Nagarakretagama. Naskah Pararaton ditulis ratusan tahun sesudah zaman Tumapel dan Majapahit. Sedangkan Nagarakretagama ditulis pada pertengahan masa kejayaan Majapahit (1365).
Dalam beberapa hal , uraian Nagarakretagama condong lebih sanggup dipercaya ketimbang Pararaton , alasannya yakni waktu penulisannya jauh lebih awal. Jika dalam Pararaton disebutkan Anusapati mati alasannya yakni dibunuh Tohjaya , maka Nagarakretagama menulis Anusapati mati secara wajar.
Ada dua praduga mengapa Nagarakretagama tidak menceritakan pembunuhan Anusapati.
Pertama , alasannya yakni Nagarakretagama ialah naskah kebanggaan untuk keluarga Hayam Wuruk. Pembunuhan Anusapati yang ialah leluhur Hayam Wuruk dianggap selaku aib.
Kedua , mungkin Anusapati memang sungguh-sungguh mati secara masuk akal , bukan alasannya yakni dibunuh oleh Tohjaya.
Nama Anusapati memang tidak pernah ditemui dalam prasasti apa pun , sedangkan nama Tohjaya didapatkan dalam prasasti Mula Malurung tahun 1255 (hanya selisih tujuh tahun sesudah ajal Anusapati).
Dalam prasasti itu tokoh Tohjaya disebutkan menjadi raja Kadiri mengambil alih adiknya yang berjulukan Guningbhaya. Kaprikornus , pemberitaan Pararaton bahwa Tohjaya yakni raja Tumapel atau Singhasari yakni keliru.
Berdasarkan prasasti tersebut , tokoh Tohjaya mungkin memang tidak pernah membunuh Anusapati sesuai pemberitaan Nagarakretagama. Jika Tohjaya sungguh-sungguh mengerjakan perebutan kekuasaan dibarengi pembunuhan , maka sasarannya niscaya bukan terhadap Anusapati , melainkan terhadap Guningbhaya.
Referensi
Terjemahan Pararaton di Ki-Demang.com
Kepustakaan
Poesponegoro & Notosusanto (ed.).1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Balai Pustaka
R.M. Mangkudimedja. 1979. Serat Pararaton Jilid 2. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah
Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara

sumber : Wikipedia bahasa Indonesia , ensiklopedia bebas
Untitled 3DAYAK

Seorang pakar sosial budaya yang aktif pada berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. Telah menempuh pendidikan di salah satu universitas swasta terbaik di Indonesia yang mengambil jurusan sosial budaya.

Pos terkait