Pura Besakih

Gambar Gravatar

Om Swastyastu,

Pura Besakih ialah pura paling besar yang ada di Bali. Pura Besakih juga sering disebut The Mother of Temple.

Bacaan Lainnya

Lokasi
Pura Besakih terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, kabupaten Karangasem. Letak Pura ini di kaki Gunung Agung pada lereng Barat Daya pada ketinggian lebih kurang 1000 meter dari permukaan laut yang berjarak dari kota Denpasar lebih kurang 59 km. Gunung Agung yang tingginya lebih kurang 3142 meter yakni gunung yang tertinggi di bali, dan ialah gunung berapi yang sekarang masih aktif. Menurut catatan yang ada, gunung Agung sudah pernah meletus lima kali ialah pada thn 1089, tahun 1143, tahun 1189 dan terakhir pada tahun 1963, yang menimbulakn banyak korban terutama didaerah karangasem dan klungkung. Menurut perkiraan Besakih diambil dari kata “Basuki” yang artinya “Selamat” yang mana dihubungkan dengan riwayat penanaman Panca Datu (lima jenis Logam) oleh Rsi Markandeya.

Sejarah
Berdirinya Pura Besakih dengan pastinya belum mampu diapstikan, namun berdasarkan catatan-catat an yang terdapat dalam prasasti logam maupun lontar-lontar mampu disimpulakn bahwa Pura ini pada awalnya merupakan bangunan pelinggih kecil yang lalu diperbesar dan diperluas secara sedikit demi sedikit dalam tempo yang cukup lama. Dari sumber-sumber catatan itu dikenali bahwa, pada permulaan periode ke sebelas yakni tahun 1007 Pura Besakih sudah ada, dimana pada waktu itu kala pemerintahan Airlangga di jawa timur (1019-1042) dan empu kuturan menjadi senapati di bali, yang berkedudukan di Silayukti Padangbai kabupaten karangasem. Empu Kuturan menambahdan memperluas Pura Besakih dengan membangun pelinggih-pelinggih, meru-meru menjiplak bangunan pelinggih di jawa seperti yang ada kini ini. Sumber lainnya menyebutkan bahwa Maha Rsi Markandeya pindah bareng rombongan sebanyak : 8000 orang dari gunung Rawung di Jawa Timur ke Bali untuk menetap dan membuka tanah-tanah pertanian serta mendirikan Pura Besakih untuk kawasan memohon keselamatan dan kesejahtraan dengan menanam Panca Datu seperti yang telah diutarakan diatas. Kemudian kala berikutnya dari jaman pemerintahan Sri Wira Kesari Warmadewa hingga periode pemerintahan Dalem Waturenggong. Pura Besakih tetap mendapatkan pemeliharaan yang baik dalam arti pelinggih-pelinggihnya diperbaiki, arealnya diperluas bahkan oleh Dhang Hyang Dwijendra (Pedanda Sakti Wawu Rauh) ditambah dengan pelinggih beruang tiga yang sekarang terdapat di Pura Penataran Agung Besakih pada sekitar kurun ke 16 dimasa pemerintahan Dalem Waturenggong di Bali. Selanjutnya sampai ketika ini Pura Besakih merupakan Pura paling besar di Bali, ialah pusat tempat ibadah bagi umat Hindu di Indonesia dan berada dalam pengelolaan Parisadha Hindu Dharma Pusat. Juga dibantu oleh yayasan Prawartaka Pura Agung Besakih, dengan perlindungan dari pemerintah tempat tingkat I Bali, Pemerintah daerah tingkat II se- Bali dan semua lapisan masyarakat umat Hindu Dharma.

Struktur Pura
Kelompok Pura Besakih terdiri atas 18 buah Pura yang terletak di wilayah desa Besakih dan satu buah terletak di wilayah desa Sebudhi kecamatan Selat, kabupaten Karangasem. Adapun letak Pura-Pura itu berturut-turut dari selatan ke utara ialah sebagai berikut :

1. Pura Persimpangan.
Letaknya di desa Kedungdung, di tengah-tengah ladang kurang lebih 1,5 km. Disebelah selatan Pura Penataran Agung yang merupakan Pura kecil. Di Pura ini terdapay 4 buah bangunan dan pelinggih. Fungsinya selaku tempat persimpangan sementara Bethara Besakih, saat diadakan upacara melasti (mencari toya ning) ke Toya Sah, ke Tegal Suci atau ke Batu Klotok yang dilakukan tiap-tiap tahun.

2. Pura Dalem Puri
Teletak disebelah utara tikungan jalan terkahir, sebelum hingga di desa Besakih kurang lebih 1 km disebelah barat daya Pura Penataran Agung Besakih. Di Pura ini terdapat 10 bangunan termasuk pelinggih berupa gedong beratap ijuk. Fungsinya selaku linggih bhatari Uma dan Dewi Durga, di Pura ini juga terdapat pelinggih Sang Hyang Prajapati selaku penguasa roh Manusia. Disebelah utara terdapat tanah lapang yang disebut tegal Penagsar.

3. Pura Manik Mas
Terletak dipinggiran sebelah kiri jalan menuju ke Pura Penatharan Agung, jaraknya lebih kurang 750 meter disebelah selatan Penataran Agung. DiPura ini terdapat 6 buah banguna dan pelinggih, termasuk pelinggih pokoknya berupa gedung simpan, bertiang emapt menghadap ke barat. Fungsinya sebagai linggih Ida Ratu Mas Melilit.
4. Pura Bangun Sakti
Terletak disebelah kanan jalan menuju ke Penataran Agung dan disebelah utara Pura Manik Mas. Di Pura itu terdapat empat buah bangunan dan pelinggih. Pelinggih pokok disana yaitu gedong Simpan, selaku linggih Sang Hyang Ananthaboga.

5.Pura Ulun Kulkul
Terletak lebih kurang 350 meter sebelah kiri jalan menuju Pura Penataran Agung. Di Pura ini terdapat tujuh buah bangunan dan pelinggih. Pelinggih yang terpenting disana adalah Gedong Sari beratap ijuk, sebagai linggih Dewa Mahadewa. Pura itu yakni salah satu linggih Dewa Catur Loka Phala, yakni manifestasinya Sang Hyang Widhi yang menguasai arah barat. Warna tambahan atau busana di Pura itu, pada waktu upacara, dipergunakan kain serba kuning.

6. Pura Merajan Selonding
terletak diseblah kiri Pura Penataran Agung, disana terdapat lima buah bangunan dan pelinggih. Di Pura itu tersimpan prasasti dan pratima-pratima, dan juga tersimpan gambelan slonding. Menurut catatan sejarah Pura itu yaitu bekas bagian dari istana raja yang berjulukan Sri Wira Dalem Kesari. Kini Pura ini fungsinya selaku tempat penyimpanan benda-benda Pusaka.

7. Pura Gowa
Terletak disebelah kanan jalan berhadapan dengan Pura Merajan Slonding, dikomplek itu terdapat Gowa yang besar, tetapi bab-bagiannya telah banyak yang runtuh. Menurut doktrin rakyat, Gowa itu tembus ke Gowa Lawah, disebelah timur kusamba, selaku gowa untuk Sang Hyang Basuki. Di Pura itu terdapat empat buah pelinggih.

8. Pura Banuwa
Terletak disebelah kanan jalan dihadapan Pura Besakih, kurang lebih 50 meter dari Pura Penataran Agung. Dalam Pura itu terdapat empat buah bangunan dan pelinggih pemujaan pokok di Pura itu ditujukan terhadap Dewi Sri dan setiap sasih kepitu (sekitar bulan januari). Disana diadakan upacara Ngusaba Ngeed dan Ngusaba Buluh yang bermaksud mohon kesejahteraan di sawah dan di ladang.

9. Pura Mrajan Kanginan
Terletak di sebelah Timur Pura Banuwa, di Pura itu terdapat tujuh bauh bangunan dan pelinggih . Disana ada pelinggih untuk Empu Bradah.

10. Pura Hyang Aluh
Terletak disebelah barat Pura Penataran Agung yang jaraknya kurang lebih dua ratus meter. Didalam terdapat tujuh buah banguanan dan pelinggih. Pelinggih pokok pada Pura ini berupa Gedong untuk linggih Ida Ratu Ayu.

11. Pura Basukihan
Letaknya disebelah kanan tangga naik menuju Pura Penataran Agung, disana terdapat sepuluh buah bangunan dan pelinggih. Pelinggih pokoknya berbenuk meru dengan atapnya bertingkat sembilan, selaku linggih Sang Hyang Naga Basuki.

12. Pura Penataran Agung Besakih
Terletak ditengah-tengah golongan Pura yang tergolong lingkungan Pura Besakih. Komplek Pura Penataran Besakih tergolong Komplek Pura yang terbesar di Pura Besakih. Terdiri dari tujuh tingkat halaman dengan jumlah bangunan dan pelinggih semuanya sebanyak 53 buah. Disana terdapat meru yang besar-besar beratap tujuh tingkat 11,9,7,5,3. Pelinggih yang merupakan pemujaan pokok disana, yakni Padma Tiga selaku linggih Sang Hyang Widhi Wasa dalam manefestasinya sebagai Tri Purusa yakni Ciwa, Sadha Ciwa dan Parama Ciwa yang sekaligus ialah Poros dari Pura-Pura yang yang lain.

13. Pura Batu Madeg
Terletak kurang lebih 150 meter disebelah kanan (utara) Pura Penataran Agung. Pura ini adalah komplek Pura yang besar, dan disana ada 29 buah bangunan dan pelinggih, pelinggih pokoknya berupa meru besar beratap ijuk beratap sebelas. Bangunan ini merupakan linggih Dewa Wisnu sebagai manefestasi Sang Hyang Widhi, yang menguasai arah sebelah utara . Warna pakaian di Pura tersebut adalah serba hitam.

14. Pura Kiduling Kreteg
Terletak kurang lebih 300 meter disebelah kiri (selatan) Pura Penataran Agung, daitas sebuah Bukit. Didalamnya terdapat 21 buah bangunan dan Pelinggih. Pelinggih pokoknya adalah meru besar beratap tingkat sebelas selaku linggih tuhan Brahma yakni manefestasi dari Sang Hyang Widhi sebagai penguasa arah selatan. Komplek Pura itu adalah merupakan komplek Pura yang besar nyaris sama besarnya dengan komplek Pura Batu Madeg. Warna busana di Pura tersebut warna Merah.

15. Pura Gelap
Terletak kuranglebih 600 meter pada suatu bukit sebelah timur Pura Penataran Agung. Didalamnya terdapat enam buah bangunan dan pelinggih. Pelinggih pokoknya yaitu meru beratap 3 sebagai linggih Dewa Isawara yaitu manefestasi Sang Hyang Widhi selaku penguasa arah sebelah timur. Warna pakaian Pura tersebut ialah warna serba putih.

16. Pura Peninjauan
Terletak kurang lebih 1 km disebelah kanan Pura Penataran Agung pada suatu bukit didalamnya terdapat duabelas buah bangunan dan pelinggih. Pelinggih palin pokok disana berbentuk meru beratap tingkat sebelas tempat Empu Kuturan memohon restu kepada Sang Hyang Widhi dalam rqangka suatu upacara di Gunung Agung.

17. Pura Pengubengan
Letaknya 1,5 km disebelah utara Pura Penataran Agung, didalamnya terdapat enam buah bangunan dan pelinggih. Fungsinya selaku tempat “Ngayat atau ngubeng” yaitu sebuah upacara permakluman terhadap Sang Hyang widhi bahwa di Pura Penataran Agung akan dilangsungkan Upacara. Pelinggih pokoknya disana yakni meru beratap tingkat sebelas.

18. Pura Tirtha
Letaknya lebih kurang 300 meter disebelah timur bahari Pura Pengubengan. Disana terdapat dua buah bangunan dan pelinggih dan air suci (tirtha). Jika ada upacara di komplek Pura besakih, maka di Pura inilah memohon tirtha(air suci).

19. Pura Pasar Agung
Letaknya di lereng Gunung Agung, melalui desa selat ke desa Sebudi , kemudian mendaki kurang lebih empat jam mendaki ke arah utara. Pelinggihnya semua hancur waktu Gunung Agung meletus pada tahun 1963, dan menjelang karya Eka Dasa Rudra di besakih sudah mulai diperbaiki secara sedikit demi sedikit hingga kini. Selain dari Pura yang disebutkan tadi disekitar Pura Besakih, masih banyak lagi Pura-Pura Pedharman, yang menjadi penyiwaan warga-warga tetapi bekerjsama tidak mampu dipisahkan dengan Pura Agung Besakih itu sendiri.

Om Santi, Santi, Santi Om

Baca Juga Nama Bahasa Daerah Bali

Pos terkait