
Prometheus (IMAX 3D)
———————————
Nama Ridley Scott sudah tak abnormal lagi di telinga penonton film. Dia menyutradarai film ini selaku film yang kedua puluh sembilan sepanjang kariernya, termasuk film pendek dan tv. Dia jugalah yang menyutradarai Alien yang dirilis pada tahun 1979 dengan bintangnya Sigourney Weaver dan merupakan cikal bakal makhluk abnormal dalam dunia perfilman.
Film ini berbicara wacana petualangan ialah yang bersifat fiksi yang dibalut dengan bagian filosofi. Sebuah fiksi moderen yang mengatakan ihwal periode depan, planet gres, makhluk abnormal dan pesawat ruang angkasa. Sebuah filosofi dasar ihwal keberadaan insan dibumi ini. Siapakah yang membuat insan ? Bila ada segelintir orang yang menganggap bahwa aliens yakni sang pencipta maka diburulah doktrin tersebut dengan mengirim sebuah tim ekspedisi pada tahun 2093 ke sebuah planet bernama LV223 yang jauh letaknya dari bumi. Dibutuhkan waktu 2 tahun lebih untuk mencapainya dengan pesawat ruang angkasa bernama Prometheus.
Cerita berjalan lambat dan hampir 1 jam pertama film ini berisi obrolan saja tanpa ada adegan agresi atau perkelahian. Makara jangan berharap film ini yaitu film seru dengan banyak ledakan dahsyat atau tembak-menembak seperti film alien pertama.
Pesawat ruang angkasa Prometheus dipimpin oleh Kapten Janek (Idris Elba). Sebagai pemimpin pesawat, ia bersikap tegas dan mampu membuat keputusan di dikala yang sulit. Ada satu lagi robot berbadan manusia yang berjulukan David (Michael Fassbender). Michael mampu memerankannya dengan baik, tidak kaku namun juga tidak luwes sebagai representasi dari setengah manusia dan setengah robot.
Sedangkan Vikers (Charlize Theron) yaitu perwakilan dari perusahaan Weyland yang sekaligus selaku orang yang merekrut anggota tim. Dia ternyata yakni anak dari Peter Weyland sang pemilik perusahaan. Perannya disini cukup anggun dan menjiwai selaku anak yang punya sedikit persoalan dengan sang ayah. Sang ayah ingin tetap eksis sebagai pemimpin perusahaan bahkan rela berjumpa dengan alien yang dianggapnya sebagai pencipta insan, sekaligus ingin disembuhkan atau dimudakan kembali. Sebaliknya Vikers menilai ayahnya sudah tua dan sudah saatnya menurunkan tahta kepadanya.
Ahli peneliti arkeologi yang bergabung dalam tim adalah Elizabeth Shaw (Noomi Rapace) yang berpacaran dengan Charlie (Logan Marshall). Noomi menampilkan permainan yang cukup elok dengan karakternya yang bertarung melawan alien. Alangkah baiknya jikalau tugas Noomi ditukar dengan Charlize Theron. Karena wajah Noomi terbilang terlalu manis untuk adegan perkelahian sedangkan paras Charlize lebih maskulin dan cocok untuk adegan perkelahian. Logan bermain dengan standard saja dan tidak ada yang lebih.
Beberapa hal yang menjadi kelemahan dalam film ini adalah di permulaan film ditunjukkan sosok alien yang sedang ”bunuh diri” tetapi tidak dijelaskan lebih lanjut apa hubungannya dengan film secara keseluruhan sebab memang tidak ada alur cerita yang flashback pada adegan tsb. Pada awal adegan tsb terlihat juga pesawat alien yang bundar ceper seperti piring terbang. Namun pada final film tampak pesawat melayang alien berlawanan bentuknya, lebih mirip kue donat yang telah digigit artinya bentuknya lonjong melingkar dan tengahnya lubang, mirip abjad U.
Tidak diterangkan mengapa David memperlihatkan virus alien kepada Charlie lewat minuman juga mengapa virus alien disimpan oleh David. Tidak diterangkan juga mengapa bisa muncul hologram alien yang berlari di lorong dan hologram alien yang membangkitkan pesawat. Pada saat pertengkaran alien insan dan alien gurita mengapa mampu timbul alien gres lagi. Ini kan pertengkaran dan bukan perkawinan, sesuatu yang terlalu dibentuk-buat. Tidak dijelaskan mengapa alien yang berbentuk insan pada tidur dalam peti dan bisa bangkit lagi.
Kelebihan film ini pada performa visualnya yang begitu indah dan mempesona terlebih penulis menontonnya di cinema IMAX 3Dimensi. Gambar terlihat lebih alami, jernih dan adegan seolah-olah ada didepan kita sebab layar IMAX 3Dimensi lebih lebar dibanding cinema lazimnya . Efek 3Dimensinya lebih terasa dibandingkan ketika menonton Men in Black3 yang serupa-sama 3Dimensi tetapi bukan IMAX. Pemandangan alamnya nampak lebih hidup terhampar ditengah kita. Adegan yang seakan-akan kita berada ditengah-tengahnya yakni dikala operasi caesar. Biar penonton laki-laki pun bisa mencicipi operasi caesar tsb.