A. Hukum Pemantulan Cahaya
Hukum pemantulan cahaya sebenarnya telah dikenalkan dikala di dingklik menengah pertama. Di Sekolah Menengah Pertama , biasanya akan dijalankan suatu percobaan pemantulan cahaya menggunakan cermin datar. Percobaan tersebut ialah salah satu cara sederhana untuk menyaksikan aturan pemantulan cahaya. Melalui percobaan tersebut , diperlukan murid sanggup menyaksikan sifat pemantulan cahaya pada permukaan datar yang mengkilap menyerupai cermin.
Hukum pemantulan cahaya dicetuskan oleh Snellius. Hukum ini menerangkan bagaimana hubungan antara sinar tiba dan sinar pantul. Selain itu , aturan pemantulan cahaya juga mengkaji bagaiman hubungan antara sudut tiba dan sudut pantul dalam suatu pemantulan cahaya.
Dari percobaan yang dijalankan , diperoleh aturan pemantulan selaku berikut :
1). Sinar tiba , sinar pantul dan garis wajar terletak pada satu bidang datar
2). Besar sudut tiba sama dengan sudut pantul (i = r).
Garis wajar yakni garis yang tegak lurus dengan permukaan pemantul. Sudut tiba yakni sudut terbuat oleh sinar tiba dan garis normal. Sedangkan sudut pantul yakni sudut terbuat oleh sinar pantul dan garis normal.
B. Melukis Pembentukan Bayangan Oleh Cermin Datar
Pembentukan bayangan yang dihasilkan oleh suatu cermin biasanya sanggup dilihat lewat suatu ilutrasi dengan cara melukis sinar tiba dan sinar pantul pada cermin tersebut. Pada ilustrasi tersebut , bayangan yang dihasilkan oleh cermin terbentuk oleh perpotongan perpanjangan sinar-sinar pantul.
Untuk melukiskan bayangan yang dihasilkan oleh suatu cermin , maka kita sanggup menggunakan sinar-sinar penting yang berasal dari benda. Umumnya , sinar yang digunakan yakni sinar yang dihasilkan oleh ujung-ujung benda. Selanjutnya , pembentukan bayangan dilukis menurut aturan pemantulan cahaya.
Saat melukis pembentukan bayangan yang dihasilkan oleh cermin datar , maka kedua poin aturan pemantulan di atas mesti diperhatikan. Dalam hal ini , kita juga mesti jeli dalam membedakan mana sudut yang disebut sudut tiba dan mana sudut yang disebut sudut pantul. Karena meski sederhana , nyatanya banyak murid yang terkecoh di bab tersebut.
Secara garis besar , melukis pembentukan bayangan pada cermin datar sanggup dijalankan dengan beberapa langkah berikut ini :
1). Dipilih sinar yang dihasilkan oleh ujung benda untuk menyeleksi bayangan
2). Sinar yang jatuh dengan sudut tiba i dipantulkan dengan sudut pantul r (i = r)
3). Sinar yang jatuh tegak lurus cermin dipantulkan dalam arah berlawanan
4). Ditarik perpanjangan sinar-sinar pantul ke belakang cermin
5). Perpotongan perpanjangn sinar pantul inilah yang membentuk bayangan.
Ketika melukis sinar tiba dan sinar pantul , maka amati bahwa sudut terbuat oleh sinar pantul dengan garis wajar mesti sama besar dengan sudut terbuat oleh sinar tiba dengan garis wajar (sesuai dengan aturan pemantulan cahaya). Untuk jelasnya amati gambar di bawah.
C. Sifat Bayangan yang Dihasilkan Cermin Datar
Selain untuk menyaksikan proses pembentukan bayangan pada cermin lewat bukti geometri , melukis pembentukan bayangan biasanya juga digunakan untuk menyeleksi sifat bayangan yang dihasilkan oleh suatu cermin. Cermin datar kebetulan menciptakan bayang dengan sifat yang seragam dimanapun benda diletakkan.

Dari gambar ilutrasi di atas , sanggup dilihat karakteristik bayangan yang dihasilkan oleh cermin datar. Secara biasa , sifat bayangan yang dihasilkan oleh cermin datar yakni :
1). Jenis bayangan : maya (tidak sanggup ditangkap oleh layar)
2). Orientasi bayangan : tegak tetapi menghadap bertentangan arah dengan benda
3). Ukuran bayangan : sama besar dengan bendanya
4). Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin
5). Tinggi bayangan sama dengan tinggi benda.
Demikianlah pembahasan singkat mengenai pembentukan bayangan dan sifat-sifat bayangan yang dihasilkan oleh cermin datar. Jika pembahasan ini berfaedah , bantu kami membagikannya terhadap teman-teman anda lewat tombol share di bawah ini.

Salah seorang pakar dan konsultan pendidikan yang kini mengabdikan hidup menjadi guru di pedalaman nun jauh di pelosok Indonesia.