
Modus Anomali
———————
Sebuah film yang disutradarai oleh Joko Anwar dengan tema psychology thriller yang jarang ada dalam dunia perfilman Indonesia. Ide ceritanya tergolong baru setidaknya untuk ukuran film dalam negeri. Walaupun film ini yaitu film Indonesia namun dalam dialognya menggunakan bahasa Inggris yang cukup tidak mengecewakan baik. Tak heran jikalau film ini menerima penghargaan skenario terbaik di Bucheon Award pada Network of Asian Fantastic Film di Korea Selatan, padahal filmnya belum dibuat.
Film ini berkisah perihal John (Rio Dewanto) seorang pembunuh kejam dan psikopat yang sedang berada di hutan. Tidak jelas apa maksud dan maksudnya membunuh, yang terperinci sasarannya yaitu sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Namun tidak cuma sekedar membunuh namun juga mempermainkan keluarganya terutama anak-anaknya. Tidak cuma itu, beliau ingin menjadi bagian dari keluarga tersebut selaku seorang ayah. Kalau umumnya korban yang dikejar oleh sang pembunuh maka dalam film ini adalah sebaliknya sang pembunuh yang memposisikan dirinya dikejar oleh korban. Namun modus itu tidak akan tampakdalam 75 menit kisah berlangsung dan baru 15 menit terakhir akan tampakmodus bahu-membahu.
Film ini dibuat dengan pengambilan gambar metode hand carry camera sehingga memiliki gambar yang bergoyang. Apalagi nyaris keseluruhan gambar dibuat malam hari dan gelap serta John yang berlari-lari kesana kemari. Mata saya terasa cukup letih dan kecapekan mengikuti gerakan kamera seperti itu selama 1,5 jam. Seandainya dibuat dengan sistem stabil tentu mata terasa tenteram dan lebih baik.
Beberapa kelemahan dalam film ini yang saya dapatkan yakni pada adegan permulaan di malam hari ada suara burung. Sesuatu yang tidak masuk akal bila seekor burung berkicau di malam hari. Lebih lucu lagi alasannya adalah bunyi burung tersebut, kicauannya sama bunyinya di ketika pagi hari. Pada ketika kamera menyorot suatu gubuk dari kejauhan dan pelan-pelan mendekat, terlihat cahaya dari lampu yang menerangi genteng gubuk tsb dan pucuk-pucuk pohon disekitarnya. Padahal situasinya adalah gelap gulita tanpa penerangan apapun, namanya juga hutan.
Kekurangan lainnya ialah saat John muntah maka muntahannya terlihat mirip air kran atau pancuran yang mengalir deras dan banyak. Tentu saja sungguh tidak alami, tidak hanya sekali adegan tapi dua kali adegan mirip itu. Kemudian anak panah yang mengenai lengan John tampaksekali jikalau dikempit atau diselipkan dibawah ketiak. Tidak hanya itu dibagian akhir film luka tersebut hilang padahal digambarkan sebelumnya anak panah sampai tembus dari belakang sampai kedepan.
Selain itu, pada adegan anak perempuan mati karena tertusuk jebakan kayu di perutnya maka terlihat ada bekas dua lubang atau luka dibajunya. Padahal jikalau diamati pada kayunya sendiri, ada tiga potong kayu yang berlumuran darah setelah menembus perut anak perempuan tersebut. Selama malam hari wajah John tampakkusam dan sarat abu kehitaman namun dipagi hari tiba-tiba wajahnya berkembang menjadi bersih. Tata riasnya terlihat kecolongan dalam hal ini.
Kelebihan dari film ini yaitu pandangan baru ceritanya yang baru untuk ukuran film Indonesia sehingga penonton memiliki pilihan yang banyak dari sekedar film horor pocong.