Sekilas , ketiga ungkapan atau sifat tersebut memang terlihat sama , alasannya ketiganya membahas perihal kecenderungan elemen dalam melepas atau menangkap elektron. Akan tetapi , energi ionisasi dan afinitas elektron membahas kecenderungan tersebut terkait pembentukan ion. Sedangkan keelektronegatifan lebih ditujukan pada sebuah ikatan kimia.
Secara sederhana , keelektronegatifan sanggup diartikan selaku sebuah bilangan yang menggambarkan kecenderungan sebuah elemen untuk memukau elektron ke pihaknya dalam sebuah ikatan kimia. Makara , keelektronegatifan tidak dikaitkan dengan pembentukan ion menyerupai halnya energi ionisasi dan afinitas elektron.
Dengan kata lain , keelektronegatifan menyediakan kecenderungan sebuah elemen untuk bereaksi dengan elemen lain dan membentuk ikatan kimia. Harga keelektronegatifan bersifat relatif yakni cuma berupa harga perbandingan sebuah atom dengan atom lainnya.

Unsur yang memiliki harga keelektronegatifan besar , biasanya condong mendapatkan elektron dan membentuk bilangan oksidasi (biloks) negatif. Sebaliknya , jikalau elemen memiliki harga keelektronegatifan kecil , maka elemen tersebut condong melepas elektron membentu bilangan oksidasi positif.
Lalu bagaimana kecenderungan sifat keelektronegatifan elemen dalam metode periodik? Mesi terdapat beberapa penyimpangan di beberapa titik , tetapi kecenderungan sifat keelektronegatifan elemen sanggup ditarik kesimpulan selaku berikut:
1). Dari atas ke bawah dalam satu kelompok , keelektronegatifan berkurang
2). Dari kiri ke kanan dalam satu periode , keelektronegatifan bertambah.
Berikut harga keelektronegatifan dari beberapa elemen kelompok utama:
1). Golongan IA : H(2 ,1) , Li(1 ,0) , Na(0 ,9) , K(0 ,8) , Rb(0 ,8)
2). Golongan IIA : Be(1 ,5) , Mg(1 ,2) , Ca(1 ,0) , Sr(1 ,0) , Ba(0 ,9)
3). Golongan IIIA : B(2 ,0) , Al(1 ,5) , Ga(1 ,6)
4). Golongan IVA : C(2 ,5) , Si(1 ,8) , Ge(1 ,8)
5). Golongan VA : N(3 ,0) , P(2 ,1) , As(2 ,0) , Sb(1 ,9)
6). Golongan VIA : O(3 ,5) , S(2 ,5) , Se(2 ,4) , Te(2 ,1) , Po(1 ,9)
7). Golongan VIIA : F(4 ,0) , Cl(3 ,0) , Br(2 ,8) , I(2 ,5) , At(2 ,1).
Pada ilustrasi di atas ditunjukkan bagaimana kecenderungan sifat keelektronegatifan unsur-unsur kelompok utama (IA – VIIA). Golongan VIIIA tidak dimasukkan dalam daftar alasannya kelompok gas mulia biasanya berupa gas yang sungguh stabil sehingga tidak reaktif.
Unsur gas mulia (golongan VIIIA) terdapat di alam dalam wujud gas monoatomik yakni atom-atomnya bangun sendiri. Golongan gas mulia memiliki kulit terluar yang sudah terisi sarat sehingga menghasilkan unsur-unsur tersebut tidak reaktif.
Kecenderungan keelektronegatifan elemen gotong royong bermitra dengan energi ionisasi dan afinitas elektron. Unsur yang memiliki energi ionisasi dan afinitas elektron yang besar condong memiliki keelektronegatifan yang besar.
Sebaliknya , elemen yang memiliki energi ionisasi dan afinitas elektron yang kecil condong memiliki keelketronegatifan yang kecil pula. Kecenderungan ini pun berhubungan dengan sifat kereaktfian sebuah unsur. Kereaktifan sebuah elemen bergantung pada kecenderungan elemen tersebut melapas atau memukau elektron.
Dalam metode periodik elemen , elemen logam kelompok utama yang paling reaktif yakni unsur-unsur kelompok IA atau kelompok logam alkali. Sedangkan elemen nonlogam yang paling reaktif yakni unsur-unsur yang berada pada kelompok VIIA atau kelompok halogen.
Demikianlah pembahasan singkat perihal kecenderungan sifat keelektronegatifan elemen dalam metode periodik. Jika materi berguru ini berfaedah , bantu kami membagikannya terhadap kawan anda lewat tombol share yang tersedia di bawah ini. Terimakasih.

Salah seorang pakar dan konsultan pendidikan yang kini mengabdikan hidup menjadi guru di pedalaman nun jauh di pelosok Indonesia.