Jenis-jenis Penalaran
Agar pesan yang ingin disampaikan sanggup diterima dengan baik oleh pembaca atau pendengar , maka seorang penulis atau pembicara mesti memakai kalimat yang komunikatif. Salah satu syarat biar kalimat disebut komunikatif yakni kalimat itu mesti sesuai dengan nalar.
Agar kalimat yang disampaikan sesuai dengan logika , pasti penulis atau pembicara mesti memiliki budi sehat yang bagus dalam menyebarkan kalimat di setiap paragraf atau pembicaraannya. Terdapat dua jenis budi sehat yang biasa digunakan , yaitu:
1. Penalaran deduksi
2. Penalaran induksi
Penalaran Deduksi
Penalaran deduksi yakni budi sehat yang ditangani kepada ide , data , atau fakta biasa ke dalam final yang khusus. Berdasarkan caranya , budi sehat deduksi dibagi menjadi dua yakni silogisme dan entimen.
#1 Silogisme
Silogisme yakni budi sehat deduksi yang ditangani secara tidak langsung. Pada budi sehat silogisme dikehendaki dua premis yakni premis biasa dan premis khusus. Premis yakni ide atau hal yang dianggap benar selaku landasan kesimpulan. Berdasarkan kedua premis itulah dirumuskan kesimpulan.
Contoh Silogisme
Premis biasa : | Hewan yang cuma menyantap tumbuh-tumbuhan disebut herbivora |
Premis khusus : | Kambing cuma menyantap tumbuh-tumbuhan |
Kesimpulan : | Kambing disebut herbivora |
Premis biasa : | Semua murid sekolah menengah atas wajib memakai seragam putih abu-abu |
Premis khusus : | Rani yakni murid sekolah menengah atas |
Kesimpulan : | Rani wajib memakai seragam putih abu-abu |
Baca juga : Merumuskan Kesimpulan dengan Teknik Deduksi dan Induksi.
#2 Entimen
Entimen yakni budi sehat deduksi yang ditangani secara langsung. Pada budi sehat entimen , kesimpulan dirumuskan cuma menurut satu premis. Karena itu , entimen ialah budi sehat silogisme yang diperpendek.
Contoh Entimen
1. Kambing disebut herbivora lantaran cuma menyantap tumbuh-tumbuhan.
2. Rani wajib memakai seragam putih abu-abu lantaran ia murid SMA
Penalaran Induksi
Penalaran induksi yakni budi sehat yang ditangani kepada gagasan-gagasan atau bencana khusus yang kemudian dihubungkan lewat ciri biasa untuk merumuskan suatu final yang meliputi semua ide tersebut. Penalaran induksi sanggup ditangani dengan generalisasi , analogi , dan relasi kausalitas.
#1 Generalisasi
Generalisasi yakni budi sehat induksi yang ditangani dengan cara memakai beberapa pernyataan yang memiliki ciri tertentu untuk menerima kesimpulan yang bersifat umum. Penalaran ini biasa digunakan dalam menyebarkan paragraf induksi.
Contoh Generalisasi
Pernyataan 1 : | Jika dipanaskan , besi akan memuai |
Pernyataan 2 : | Jika dipanaskan , emas akan memuai |
Pernyataan 3 : | Jika dipanaskan , tembaga akan memuai |
Kesimpulan : | Jika dipanaskan , semua logam akan memuai |
Pernyataan 1 : | Jika dibakar , botol plastik akan meleleh |
Pernyataan 2 : | Jika dibakar , tas plastik akan meleleh |
Pernyataan 3 : | Jika dibakar , cangkir plastik akan meleleh |
Kesimpulan : | Jika dibakar , benda yang yang dibikin dari palstik akan meleleh |
#2 Analogi
Analogi yakni budi sehat induksi dengan cara membandingkan dua hal atau lebih yang memiliki kesamaan. Selanjutnya dirumuskan kesimpulan menurut kesamaan tersebut.
Contoh Analogi
Pernyataan 1 : | Rani bersungguh-sungguh pergi ke perpustakaan untuk membaca buku. |
Pernyataan 2 : | Dian bahagia mendatangi toko buku untuk berbelanja buku bacaan. |
Kesimpulan : | Sama menyerupai Rani , Dian juga bersungguh-sungguh membaca buku. |
Baca juga : Langkah-langkah Menyusun Karangan yang Baik.
#3 Hubungan Kausal
Hubungan kausalitas yakni budi sehat yang diperoleh dari bencana yang memiliki relasi lantaran akibat. Penalaran kausal sanggup ditangani dengan teladan pengembangan paragraf sebab-akibat atau teladan akibat-sebab.
Contoh Sebab-Akibat
Sebab : | David malas mencar ilmu dan sering absen sekolah |
Akibat : | David tidak naik kelas |
Kesimpulan : | Karena malas mencar ilmu dan sering absen sekolah , David tidak naik kelas. |
Contoh Akibat-Sebab
Akibat : | Katty Perry membatalkan konsernya |
Sebab : | Isu teroris dan pencekalan |
Kesimpulan : | Katty Perry membatalkan konsernya lantaran gunjingan teroris dan pencekalan. |

Salah seorang pakar dan konsultan pendidikan yang kini mengabdikan hidup menjadi guru di pedalaman nun jauh di pelosok Indonesia.