A. Ep : Ek = 1 : 3
B. Ep : Ek = 1 : 2
C. Ep : Ek = 2 : 1
D. Ep : Ek = 2 : 3
E. Ep : Ek = 3 : 2
Pembahasan :
Dik : m = m kg , ho = h m , h’ = 1/3 h m
Dit : Ep : Ek = …. ?
Konsep yang kita pakai untuk mengakhiri soal ini yakni rancangan energi , yakni energi mempunyai potensi , energi kinetik , dan kekekalan energi mekanik.
Energi mempunyai potensi yakni energi yang dimiliki oleh sebuah benda alasannya yakni posisi atau ketinggiannya. Besarnya berbanding lurus dengan ketinggian benda.
Artinya , kian tinggi posisi benda di atas permukaan bumi , maka akan kian besar energi mempunyai potensi yang dimilikinya.
Ep = m.g.h |
Keterangan :
Ep = energi mempunyai potensi (J)
m = massa benda (kg)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = ketinggian benda (m).
Energi kinetik yakni energi yang dimiliki oleh sebuah benda alasannya yakni kecepatannya. Dengan kata lain , energi ini dimiliki oleh benda yang bergerak.
Besar energi kinetik sebuah benda yang bergerak berbanding lurus dengan kuadrat kecepatannya. Secara sederhana , itu sepadan dengan kecepatannya.
Ek = ½ m.v2 |
Keterangan :
Ek = energi kinetik benda (J)
m = massa benda (kg)
v = kecepatan benda (m/s).
Artinya , kian besar kecepatan sebuah benda di saat bergerak , maka akan kian besar pula energi kinetik yang dimilikinya.
Jumlah energi mempunyai potensi dan energi kinetik yang dimiliki oleh sebuah benda disebut energi mekanik.
Hukum Kekekalan Energi Mekanik
Nah , rancangan berikutnya yang kita pakai untuk mengakhiri soal ini yakni rancangan aturan kekekalan energi mekanik.
Menurut aturan kekekalan energi mekanik , besar energi mekanik yang dimiliki oleh sebuah benda di tiap titik yakni sama besar atau tetap.
EMo = EM’ |
Keterangan :
EMo = energi mekanik benda di titik permulaan (J)
EM’ = energi mekanik benda setelah bergerak (J).
Nah , pada soal ini , kita akan membandingkan dua titik (posisi) balok , yakni di saat balok berada di puncak bidang miring , dan di saat balok berada pada ketinggian 1/3 h.

Di sini kita misalkan posisi permulaan benda , yakni klimaks selaku titik A dan titik pada ketinggian 1/3h selaku titik B.
Berdasarkan aturan kekekalan energi mekanik , maka berlaku:
⇒ EMA = EMB
⇒ EpA + EkA = EpB + EkB
Nah , alasannya yakni di titik A kecepatan balok yakni nol (vo = 0) , maka:
⇒ EpA + 0 = EpB + EkB
⇒ m.g.h = m.g.h’ + EkB
Karena ketinggian di titik B yakni 1/3h , maka persamaanya menjadi:
⇒ m.g.h = m.g.(1/3h) + EkB
⇒ m.g.h = 1/3 m.g.h + EkB
⇒ EkB = m.g.h – 1/3 m.g.h
⇒ EkB = 2/3 m.g.h
Dengan demikian , perbandingan energi mempunyai potensi dan energi kinetik di titik B adalah:
⇒ EpB : EkB = 1/3 mgh : 2/3 mgh
⇒ EpB : EkB = 1/3 : 2/3
⇒ EpB : EkB = 1/3 . 3/2
⇒ EpB : EkB = 1/2
⇒ EpB : EkB = 1 : 2
Jadi , perbandingan EpB : EkB adalah 1 : 2.
Tips Edutafsi :
Sobat tafsi sanggup mengakhiri soal di atas dengan cara yang lebih singkat yakni dengan mempersempit perhitungannya.
Coba amati lagi soal berikut!
Sebuah balok bermassa m kg dilepaskan dari puncak bidang miring yang licin menyerupai pada gambar di bawah. Jika ketinggian bidang miring tersebut yakni h meter , maka perbandingan energi mempunyai potensi dan energi kinetik balok di saat balok tersebut berada pada ketingian 1/3 h meter yakni …..
A. Ep : Ek = 1 : 3
B. Ep : Ek = 1 : 2
C. Ep : Ek = 2 : 1
D. Ep : Ek = 2 : 3
E. Ep : Ek = 3 : 2
Berdasarkan aturan kekekalan energi mekanik kita peroleh:
⇒ mgh = 1/3 mgh + EkB
Nah , di sini kita misalkan mgh = 1 , maka persamaanya menjadi:
⇒ 1 = 1/3 + EkB
⇒ EkB = 1 – 1/3
⇒ EkB = 2/3
Perbandingan antara energi mempunyai potensi dan energi kinetik di titik B:
⇒ EpB : EkB = 1/3 : 2/3
⇒ EpB : EkB = 1 : 2
Demikian pembahasan referensi soal energi , menyeleksi perbandingan energi mempunyai potensi dan eenrgi kinetik pada bidang miring yang sanggup edutafsi bagikan.
Jika pembahasan ini berharga , bantu kami membagikannya terhadap teman-teman Kalian melali tombol share yang tersedia. Terimakasih.

Salah seorang pakar dan konsultan pendidikan yang kini mengabdikan hidup menjadi guru di pedalaman nun jauh di pelosok Indonesia.