Alkisah disebuah desa di Toraja yang berjulukan desa Bau, hiduplah seorang wanita cantik nan rupawan berjulukan Lebonna. Kulitnya putih,rambut panjang yang terurai dan hidung mancung membuat wanita ini tak tertandingi kecantikanya didesanya bahkan diseluruh penjuru Toraja pada waktu itu.
Banyak laki-laki yang ingin mempersuntingnya tapi dia selalu menolak. Akhirnya ia bertemu dengan seorang laki-laki ganteng dan pemberani, seorang ksatria berjulukan Massudilalong Paerengan. Perkenalan mereka usang kelamaan menjadi lebih erat dan makin mesra sampai keduanya saling berjanji akan sehidup semati dan jika mati kelak dikuburkan bahu-membahu.
Hubungan mereka sontak para pria dikampung mereka iri kepada Paerengan,begitupun dengan Lebonna banyak perempuan-wanita yang iri kepadanya karena telah sukses merebut hati Paerengan.
Hari demi hari berlalu kedua sejoli ini yang sedang dimabuk asmara ini menyiapkan relasi yang lebih serius. Paerengan berencana ingin melamar Lebonna. Akan namun sebuah kabar buruk datang,desa tetangga berencana akan menyerang desa mereka. Paerengan yang memang populer sakti disuruh oleh kepala budbahasa untuk memimpin pasukan didesanya mengusir serangan dari kampung tetangga.
Karena diberi tugas oleh kepala etika maka planning untuk mempersunting Lebonna pun dibatalkan. Sebelum berangkat ke medan perang Paerengan berjanji pada Lebonna jikalau beliau pulang nanti akan pribadi melamarnya. Lebonna pun menuruti perkataanya.
Keesokan harinya Paerengan dan pasukan pun berangkat ke perbatasan untuk menghadapi pasukan dari tetangga. Sementara Lebonna tinggal dirumahnya menenun kain sembari menunggu kekasihnya pulang dari medan perang.
Ketika pertempuran sedang berlangsung ada seorang pasukan Paerengan yang diam-diam lari dari medan perang (orang seperti inilah yang umum dipanggil dengan ungkapan “sampe deken”). Ia menuju ke tempat tinggal Lebonna dan mengatakan bahwa Massudilalong Paerengan telah gugur dimedan perang. Ia sengaja membuat kabar bohong alasannya adalah ingin merebut Lebonna dari Paerengan.
Mendengar kabar itu Lebonna langsung terkejut dan tidak sanggup menahan kesedihanya. Ia bahkan tidak percaya karena Paerengan sudah berjanji padanya akan sehidup semati denganya tetapi pasukan itu selalu berusaha menyakinkan Lebonna dengan berpura-pura murung bahwa yang dikatakanya itu benar.
Setelah mendengar kabar tersebut hari-hari Lebonna dihabiskan cuma dengan bersedih meratapi kepergian kekasihnya. Ia mengurung dirinya didalam rumah dan tak makan hingga berhari-hari. Sementara itu perjuangan pasukan itu untuk merebut hati Lebonna tidak membuahkan kesannya.
Setiap hari pasukan itu datang untuk menarik hati Lebonna namun selalu ditolak olehnya bahkan Lebonna tak bergeming sedikitpun untuk mengkhianati janjinya yang pernah dia ikat bersama Parengan. Karena saking cintanya terhadap Parengan kesudahannya Lebonna menetapkan untuk menepati janjinya sehidup semati bareng Parengan kekasihnya dengan cara tragis yakni bunuh diri.
Ia pun mengambil seuntai tali lalu menggantung lehernya dibelakang rumahnya sendiri demi menepati kesepakatan sehidup sematinya. Ketika seorang warga milihat Lebonna tergantung diatas pohon ia lalu berteriak mengundang keluarganya. Keluarga kemudian bergegas berniat untuk menyelamatkan nyawanya tetapi telah telat. Nyawa Lebonna telah tak tertolong lagi. Keluarganya sangat bersedih dengan apa yang dialami Lebonna. Ia tak menduga Lebonna akan melakukan hal yang seperti itu demi seorang Paerengan.
Beberapa hari sehabis kematiannya sebelum dikubur jasad Lebonna diupacarakan apalagi dahulu sesuai akhlak masyarakat Toraja. Ketika final keluarga dan saudara membawanya ke kawasan penguburan. Ia dikuburkan di Liang Batu (Batu besar yang dilubang dengan dipahat untuk memasukkan jenasah) keluarganya. Tapi ada hal abnormal ketika jenasah Lebonna dimasukkan kedalam Liang kerikil dimana pintu liang itu sudah ditutup rapat namun rambut Lebonna masih terurai keluar melewati sisi pintu liang.
Masyarakat yang tiba mengatar jenasah Lebonna pun berpendapat bahwa beliau belum rela masuk ke liang tersebut karena ada hal atau akad yang beliau belum peroleh atau buktikan ketika masih hidup.
Sementara dimedan perang Paerengan dan pasukanya berhasil mengungguli perang. Ia sangat bersuka cita alasannya mampu mejalankan tugasnya dengan baik dan tidak tabah ingin pulang menemui kekasihnya Lebonna. Paerengan dan pasukanya alhasil pulang ke desa mereka.
Ketika hingga mereka disambut dengan penuh suka cita dan pujian khusunya Paerengan dikarenakan telah sukses memimpin pasukan didesanya mengalahkan pasukan desa tetangga. Paerengan yang tak tabah ingin bertemu dengan Lebonna eksklusif bergegas ke tempat tinggal Lebonna,tetapi alangkah kaget dia ketika hingga dirumah Lebonna,dia melihat dipekarangan rumah Lebonna masih ada pernak-pernik yang digunakan dalam upacara Rambu solo’ (upacara akhir hayat) terpasang dan gres sedikit yang dicabut.
Ia kemudian naik kerumah dan bertanya apa yang sedang terjadi. Dengan damai keluarga Lebonna menceritakan semua insiden maut Lebonna kepadanya. Bagaikan disambar petir disiang bolong Paerengan sangat kaget dan hampir tak percaya seluruhnya. Ia lalu berlari ke rumahnya dan mengurung diri.
Sama dengan kekasihnya Lebonna ketika mendengar kabar kematiannya hari-hari Paerengan cuma dihabiskan cuma untuk bersedih dan mengurung diri dirumahnya. Ia tidak makan berhari-hari dan tidak mau menjumpai seorang pun yang datang untuk menghiburnya.
Sementara itu ada seorang yang kebetulan juga sahabat erat dengan Perengan bernama Dodeng. Ia memiliki pohon induk (enau) yang berdekatan dengan kuburan Lebonna.
Kebetulan waktu itu orang yang umum disuruhnya untuk mengambil tuak (sari pohon enau yang dijadikan masyarakat Toraja sebagai minuman) sedang pergi keluar kampung maka dia sendiri yang pergi mengambil tuak tersebut ke pohonya pada sore hari. Sesampainya disana ia kemudian memanjat pohon tersebut dan mengambil tuak yang sudah ditadah disebuah timbo’ (daerah menadah sari pohon enau yang berbentuk bulat panjang terbuat dari patongan tiap ruas bambu) lalu mengubahnya dengan timbo’ lainnya yang masih kosong.
Dipohon enau itu terdapat 2 tangkai buah enau dimana yang satunya telah diiris untuk mengeluarkan sarinya dan yang satu masih diproses dengan cara “dipukul-pukul bab batang tempat keluarnya buah dengan menggunakan kayu balok yang dibuat bulat” (Tae’ ku tandai sanganna lan bahasa indonesia,hehe). Ketika Dodeng sedang menghantam-mukul tangkai buah enau itu datang-tiba dia mendengar suara rintihan seorang perempuan yang tak jauh dari tempatnya,bunyi itu mirip beliau kenal sebelumnya.
Ia tidak tahu bahwa bunyi itu adalah bunyi arwah Lebonna kekasih sahabatnya Paerengan. Rintihan kesedihan Lebonna (Dalam seni sastra Toraja Rintihan kesedihan disebut ‘londe’):
”Dodeng mangrambi ma’dedek”
”Dodeng ma’pa’tuang tuak”
”Rampanan pi pededekmu”)
”Anna pi te kamaliku”
”Ammu perangina mati”
”Ammu tandi talinga’na
”Parampoanna kadangku”
”Pepasan mase-maseku”
”Lako to’ Masudilalong”
”Muane sangkalama’ku”
”Muku murung”
”Lasang mateki eh so’ e”
”Paerengan..oh rendengku”
”Angku dolo angku mate”
”Tae sia lamate na la sisarak sungana”
“Kandean bo’bo’na Lebong”
“Rimbakan pote bolongna”
”Ulli-ulli sola duka borro sito’doan sedih”
“Kariuanmo lalanna, tarukanmo pessuleanna”
”Oh rendengku”
Pesan ini sudah dibuat menjadi sebuah yang dinyanyikan oleh “Metty Baan” dan diisi Kada Tomina (Gubahan) oleh “Johan Sampetoding” sebagai gambaran kata hati Paerangan Massudilalong silahkan dinonton atau didownload namun da’ tumangi’..
Jika diartikan secara singkat maksud pesan Lebonna kepada Paerengan adalah ia bersedih sebab beliau sudah mati demi menepati janjinya meskipun beliau dibohongi karena Paerengan masih hidup. Ia kecewa terhadap Paerengan yang tak mampu menepati janjinya sebab sampai ketika ini Paerengan masih hidup.
Dodeng yang mendengar rintihan permohonan itu kesannya tahu bahwa suara yang ia dengar itu yakni suara Lebonna. Ia kemudian bergegas turun dari pohon sambil gemetar ia berlari ke tempat tinggal. Tuak/arak yang beliau ambil terpaksa ia lewati alasannya saking takutnya. Sesampainya dirumah ia tidak pergi ke Paerengan untuk memberikan pesan itu kepadanya alasannya adalah masih tidak yakin apa yang didengarnya tadi. Ia kira itu hanya imajinasi saja. Ia pun jatuh sakit balasan terkejut mendengar suara itu.
Keesokkan harinya dia kembali lagi ke pohon enaunya untuk mengambil tuak yang baru dan yang ia lewati kemarin. Tapi sampai disana dia kembali mendengar bunyi itu dan tanpa pikir panjang ia eksklusif lari. Tapi karena saking paniknya ia berlari ke tempat tinggal Paerengan smabil berteriak.
Mendengar bunyi orang berteriak Paerengan eksklusif turun dari rumah lalu melihat Dodeng yang berlari ketakutan. Melihat perilaku Dodeng yang asing Parengan lalu menemuinya dan menanyakan apa yang terjadi padanya. Karena telah tak tahan kesudahannya Dodeng menceritakan semua yang dialaminya kepada Paerengan. Mendengar dongeng dari Dodeng Paerengan tak percaya dengan apa yang dikatakan Dodeng. Ia ingin membuktikanya sendiri.
Keesokan harinya dia kemudian pergi menemui Dodeng untuk pergi bersama ke tempat pohon eneunya. Mereka berangkat bareng ke kawasan pohon enau pada petang hari. Paerengan kemudian menyuruh Dodeng untuk naik kembali ke pohon enaunya sementara beliau bersembunyi. Tak lama lalu bunyi Lebonna pun kembali terdengar. Paerengan yang bersembunyi tak jauh dari kawasan Dodeng mendengarnya dengan terang.
Ia kemudian bergegas lari pulang ke rumahnya. Sesampainya dirumah beliau kemudian menutup pintu dan menangis penuh penyesalan karena telah ceroboh dari janjinya yang telah disepakati bareng Lebonna kekasih yang sangat dicintainya itu. Ia pun menyiapkan sesuatu demi menyanggupi janjinya kepada Lebonna.
Di pagi hari beliau memanggil semua pasukan dan keluarganya untuk berkumpul besok dilapangan terbuka sambil menjinjing tombak dengan alasan beliau akan mengadakan upacar merok (Upacara rambu tuka’) adalah upacara mentahbiskan rumah budpekerti Toraja ”Tongkonan” dengan menombak kerbau tetapi Paerengan menginginka kerbau ditombak dilapangan terbuka .
Keesokan harinya satu persatu pasukanya mulai datang ke lapangan.Begitu juga dengan keluarganya yang datang sambil menenteng kerbau. Ketika semua pasukan telah tiba beliau lalu menyuruh pasukanya untuk menghadapkan mata tombaknya keatas. Pasukan kemudian menurutinya karena dikiranya mereka akan menombak kerbau.
Kemudian Paerengan naik ke pendopo yang kebetulan ada dilapangan. Semua orang yang ada disitu menduga Paerengan akan menyampaikan kata-kata sebelum kerbaunya ditombak namun ternyata beliau melompat kebawah ke arah pasukanya dimana ratusan mata tombak pasukanya telah mengarah ke atas. Tubuh paerengan kemudian mendarat tepat diatas mata tombak-tombak pasukanya dan seketika itu juga dia pun langsung tewas.
Paerengan tewas secara menyedihkan dan sudah memenuhi janjinya terhadap Lebonna untuk sehidup semati selamanya. Semua orang yang hadir disitu terkejut dan tak percaya Paerengan akan melaksanakan itu. Keluaraga Paerengan lalu histeris menyaksikan maut tragis Paerengan. Mereka kemudian meminta pasukanya untuk membawanya pulang ke rumah.
Sebelum dikubur jasad Paerengan di upacara adatkan apalagi dahulu. Setelah beberapa hari diadakan upacara budpekerti Jasad Paerengan kemudian dibawa ke liang batu untuk dikuburkan. Tapi daerah jasad Paerengan dikuburkan bukan di liang batu kawasan Lebonna.
Sesudah dikuburka arwah Paerengan senantiasa menampakan diri dirumahnya sampai membuat keluraganya mulai ketakutan alasannya tidak tahu apa yang ia minta sehingga setiap malam menampakkan dirinya. Selama 3 hari arwah Paerengan senantiasa menampakan diri dirumahnya.
Mendengar kabar itu Dodeng sahabat Paerengan kemudian datang kerumah keluarga Paerengan dan menceritakan semua kejadian yang pernah dia alami ialah dikala mendengar bunyi rintihan Lebonna,ia kemudian beropini apa yang arwah Paerengan kerjakan sama halnya dengan yang dikerjakan Lebonna kepadanya.
Mendengar legalisasi Dodeng keesokan harinya keluarga Paerengan pergi ke liang kerikil Paerengan,mereka mengambil jasadnya lalu memindahkanya ke liang kerikil Lebonna. Setelah memindahkan jasad Paerengan tidak ada lagi penampakan arwah Paerengan begitupun dengan Suara rintihan Lebonna alasannya adalah mereka sudah bersatu kembali sesuai dengan komitmen yang mereka katakan di saat masih hidup.
Ahh Mandalan liu kela.. betapa mengharukan ketika orang yang telah hidup dialam kekal menagi komitmen…., biar ada yang membuatfilm nya…..!!!